Bagian 1

837 159 76
                                    

Dalam perjalanan menuju rumah, Gishel tak henti mengeluarkan air matanya. Dia memeluk erat tubuh Gama dari belakang. Karena ke khawatiran Gama terus muncul dengan isak tangis Gishel, dia menancap gas motor nya membelah jalan.

Berkali - kali Gama sekedar melihat Gishel yang tak henti menangis dari spion. Tetapi sama sekali tidak di pedulikan oleh Gishel.

"Shel, turun" Gama mematikan mesin motornya yang sudah terparkir di depan rumah Gishel. "Shellll lo budek apa gimana? turun buru!" sekali lagi Gama memerintah Gishel dengan nada sedikit keras untuk segera turun dari motornya, tetapi sama sekali tidak ada respon dari Gishel. "Anjir.. ni bocah malah tidur. ck ngerepotin gue banget sih shel.. shel.." Gama menengok ke belakang, ternyata Gishel tertidur lelap.

Dengan gerak cepat Gama langsung turun dari motor nya dan segera menggendong Gishel di punggung nya. Tanpa basa-basi dia masuk ke dalam rumah Gishel yang selalu terbuka lebar untuk nya. Ya.. dari kecil memang Gama ber sahabat dengan Gishel. Rumah mereka juga saling berhadapan. Jadi sudah menjadi hal biasa Gama asal menyelonong masuk ke rumah Gishel. Orang tua Gishel juga sudah mengetahui sifat dari Gama.

"Gama" terdengar suara Mama Gishel yang sedang menutup gorden jendela ruang tamu. Saat itu hari memang sudah petang.

"Eh, mama. Gishel nih kebiasaan kalo di boncengin mesti tidur" Gama berhenti sejenak, dan kemudian menuju ke kamar Gishel.

Gama membaring kan Gishel di tempat tidur nya yang serba warna hitam, di sudut kamar ada TV LED lengkap dengan playstation, dan tidak terlihat lemari rias untuk berdandan di dalam kamarnya, hanya kaca berbentuk persegi panjang yang terpaku di dinding. Bisa di bilang, Gishel adalah cewek tomboy. Tetapi bisa juga jadi cewek banget kalo lagi jatuh cinta. Makan nya dia sering di sebut cewek aneh oleh teman-teman nya.

"Dasar kebo!" cetus Gama sambil menarik hidung Gishel.

"Emmmmm.. Gamaaa" Gishel terbangun karena Gama terus meledek Gishel.

"Ngapa bangun? mending tidur aja selamanya biar nggak ngerepotin gue" Gama menghidup kan TV dan playstation yang ada di kamar Gishel. Mereka berdua memang sama-sama gamers. "Lo udah pecahin misi yang terakhir belum shel?"

"Bodoamat! hari ini gue males main itu" Gishel menarik selimut sampai menutupi seluruh badan nya.

"Gue kagak nanya lo main game itu hari ini apa kagak loh. Gue nanya nya lu udah selesai in misi terakhirnya belum, heh" . "Kalo belum payah!"

Gishel kembali terlelap di dalam selimut yang menutupi nya. Mungkin dia masih stres dengan kejadian tadi siang.

"Shel? anjir gue ngomong di kacangin malah tidur lagi"

Karena bosan di tinggal tidur oleh Gishel, Gama pun memilih untuk pulang ke rumah nya. Sebetul nya dia lebih nyaman berada di rumah Gishel, karena tidak ada orang di rumah. Ayah Gama sibuk dengan pekerjaan nya, begitu pun dengan Ibu Gama.

*****

Gama melempar kan badan nya ke atas tempat tidur. "Huuhh, capek" di pejam kan lah mata nya sejenak. Andai orang tua gue care kaya orang tua Gishel.. Batin Gama.

Semenjak Gama masuk SMA, memang kesibukan orang tua Gama bertambah banyak bagaikan air yang meluap-luap. Seolah-olah kasih sayang orang tua nya juga ikut berkurang. Gama selalu berusaha keras untuk terbiasa dengan suasana ini.

"Haus juga abis gendong anak babi" Gama menuju ke dapur untuk mengambil minum di dalam lemari es agar tubuh nya kembali segar. Beberapa detik setelah meneguk air minum yang ia ambil, tiba-tiba HP nya berdering dengan ringtone lagu Dessert yang di nyanyi kan oleh Dawin. Terpampang jelas tulisan Gishel di HP Gama menelfon nya.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang