Bagian 5

280 101 21
                                    

Sore itu, Gishel memiliki kegiatan baru. Akhirnya keinginan yang selama ini ia impikan terwujud. Menjadi salah satu anggota tim basket. Dan tujuan utama Gishel adalah agar lebih dekat dengan Rendra.

Diam-diam Gishel menyukai Rendra, sang kapten basket yang ketampanan nya tidak diragukan. Entah ini sebuah fatamorgana atau bukan. Setidaknya cara ini lah yang dapat ia tempuh agar di pandang menjadi wanita normal.

Dengan semangat Gishel menggoes sepeda lipat nya menuju ke lapangan basket di sekolahnya. Memang tidak begitu jauh dari kediamannya. Dengan berpakaian bak pemain basket profesional, baju seragam basket berwarna merah pernomor punggung 19, tas berisi handuk dan air mineral, juga rambutnya yang di ikat menjadi satu.

Tinnn Tinnn

Bunyi klakson mobil di belakangnya membuat telinganya penging. Akhirnya Gishel memutuskan untuk menepi. Di lihat nya mobil BMW berwarna hitam yang tadi terus menerus membunyikan klakson nya. Di bukalah kaca mobil itu, terlihat seorang pria memakai kacamata hitam dengan gaya yang cool.

"Mau bareng?" pria itu membuka kacamata hitam nya.

Mimpi mimpi mimpi.. busettt nggak salah lagi kan mata gue, dia Kak Rendra. Oh my god! i'm so fucking happy. Gue harus jawab apa coba? ahhhh gila gila gila... Batin Gishel tak karuan dan mendadak lebay.

"Tujuan kita sama kan? buruan sini sebelum gue berubah pikiran. Lipet sepeda lo, masukin bagasi." perintah Rendra dengan dingin nya.

Hah? masukin bagasi? emang gue kuat? ahh bodo yang penting dapet tumpangan. kapan lagi coba?.. Batin Gishel kemudian melipat sepedanya. Saat akan mengangkat sepedanya di masukan ke bagasi, tiba-tiba tangan Gishel kram. Gerak cepat tangan Rendra meraih sepeda yang hampir sajja jatuh dan melukai mobil kesayangan nya.

"Goblok! kalo nggak kuat bilang, jangan sok strong." pekik Rendra sambil memasukan sepeda Gishel, kemudian menutup kembali bagasi.

"So-sorry kak. Arrghh." tangan Gishel masih kram, dia hanya bisa meringis kesakitan.

"Lo kram? ayok masuk mobil, ntar gue semprotin obat biar nggak kram." Rendra membuka kan pintu mobil untuk Gishel. Gishel hanya mengangguk pasrah.

Didalam mobil, suasana hening tidak bisa dipecahkan. Rendra mengambil kotak P3K untuk mengobati tangan Gishel yang kram. Tak ada percakapan sama sekali tertutur.

Setelah selesai mengobati Gishel, Rendra kemudian menancapkan gas mobilnya dengan cepat. Mereka sudah terlambat setengah jam untuk mengikuti eskul basket.

Hari pertama gue latian malah terlambat gini ck... pekik Gishel dalam hati.

*****

Pak Sugi bersama anak didiknya sudah berkumpul di lapangan. Sambil menunggu sang kapten basket yang di bangga-banggakan nya.

Rendra dan Gishel berlari kecil dari parkiran menuju ke lapangan. "Telat ya gue? sorry-sorry." ucap Rendra sambil terus menata napasnya.

"Nggak biasanya kamu telat Ren? ada apa?! liat ini sudah jam berapa?." tanya Pak Sugi yang sudah mulai kehilangan kesabaran sambil memperlihatkan jam tangannya.

"Maaf pak, iya saya tahu sudah telat setengah jam. Tadi saya bertemu Gishel, anggota baru tim basket, dijalan abis keserempet motor." jelas Rendra mengagetkan Gishel yang sedang merunduk di sebelah nya.

Gishel melongo sejenak. "Hah?...." tiba-tiba kaki Rendra meninjak kaki Gishel dengan lembut. "Aw.. e-eh iya pak untung ada kak Rendra, kalo enggak mungkin hari ini saya nggak ikut latian." lanjut Gishel dengan gugup.

Pak Sugi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sebagai hukumannya kalian berdua lari keliling lapangan 10 kali!."

"Hah? 10 kali?!." pekik Gishel dan Rendra bersamaan.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang