Bagian 15

126 21 2
                                    

Gishel memiliki janji untuk menemani Zana. Seperti biasa, apalagi jika bukan berbelanja. Sebetulnya Gishel sangat malas. Tapi demi sahabatnya, kenapa tidak. Hitung-hitung juga untuk menghilangkan kejenuhan.

Setelah berkeliling ke beberapa toko di mall, akhirnya Zana mengajak Gishel pulang. Ia sudah mendapatkan barang yang diinginkan.

"Pulang yuk." ajak Zana yang membawa banyak paper bag di kedua tangannya.

Gishel sekilas melirik barang belanaan Zana. Ternyata lebih rempong dari ibu-ibu.

Tanpa sepatah kata, dan hanya mengangguk. Gishel berlalu meninggalkan Zana di belakangnya. Ia sudah lelah, mengikuti nenek rempong, Zana.

"Eh Gishel! Tungguin ihhh.." Zana segera mengikuti langkah Gishel yang menuju ke arah parkiran, dengan tergopoh-gopoh dan kewalahan membawa barang belanjaannya. Sesekali barang-barang itu jatuh, membuat Zana harus cepat mengambilnnya sebelum di tinggal oleh Gishel.

*****

Gishel sudah menunggu di samping mobil milik Zana. Ia tidak bisa masuk, karena kuncinnya masih dipegang oleh Zana.

"Hhh.. lama banget sih, rempong!" keluh Gishel.

Tak lama Zana datang sambil ngos-ngosan. Wajahnya yang penuh dengan polesan make up, sekarang dibanjiri oleh keringat yang terus-menerus menetes.

"Lama banget sih! Lo nggak tau gue udah laper ha?" pekik Gishel.

Zana mengatur nafas. "Lo tuh- hhh.. Lo-"

"Ahh.. La-lo la-lo nggak nyampe-nyampe. Mending buka mobilnya cepetan!"

Nafas Zana belum teratur. Ia menyondorkan kunci mobil kepada Gishel. "Hh.. lo aja yang- hh. Buk-buka."

"Lo pikir gue supir lo kali. Orang tinggal pencet tombolnya juga, pake gue segala yang buka."

Segera Gishel menekan tombol buka kunci mobil, di remotnya.

Pik pik

Setelah terbuka kuncinya, Zana segera menaruh belanjaannya di bagasi. Kemudian ia membuka pintu mobil depan sebelah pengemudi.

Gishel menahan Zana yang akan masuk. "Eh, eh.. Ngapain buka pintu ini?"

"Lah ya masuk mobil. Lo pikir gue setan, yang bisa nembus gitu apa."

"Nih.." Gishel mengembalikan kunci mobil kepada Zana yang berada di tangannya.

Zana cengo. "Ngapain di kasih ke gue lagi? Kan lo yang mau nyetir."

"Dih ogah! Gue capek muter-muter nemenin lo belanja."

"Lo pikir gue nggak capek ngejar-ngejar lo hah?!"

"Siapa suruh ngejar-ngejar."

"Masih untung lo dapet tumpangan ya shel. Udah buruan lo yang nyetir!"

"No! Big no! Mobil-mobil sapa? Yang ngajak pergi juga sapa?"

"Ohh.. lo lupa perjanjian kita?"

Mendengar kata-kata itu, Gishel sejenak berfikir.

"Lo kan udah janji kalo lo yang mau nyetir, berangkat-pulang. Gue juga udah janji kan, kalo lo nyetir ntar gue traktir makan. Yakan?" Zana menaik-turunkan alisnya. "Kalo nggak mau nyetir, yaudah nggak jadi gue traktir. Katanya tadi laper."

"Ck. Wtf! Siniin kuncinya," akhirnya Gishel mengalah. Kali ini ia harus menjadi supir jadi-jadian Zana. "Tapi kalo nabrak, nggak ada asuransi dari gue ya!"

*****

Sesuai perjanjian, Zana akan mentraktir Gishel karena sudah mau mengemudi mobilnya.

Kali ini mereka memilih untuk makan di kafe milik ayah Geunta.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang