Bagian 37 [End]

49 7 3
                                    

Gue langsung gemeter denger berita di tv. Apa yang terjadi? Gue bener-bener takut. Cemas. Gimana kalo itu Geunta? Gimana kalo itu pesawat yang ditumpangi Geunta? Kaki gue langsung lemes.

"S-shel.." ucap Nasya berusaha agar gue tetap tenang.

Bulir-bulir air mata tiba-tiba mengalir di pipi gue. "Nas, itu gak mungkin Geunta kan? Nasya jawab gue itu bukan Geunta kan! Nas! Gak mungkin! Itu bukan Geunta.."

"Gishel tenang. Lo gak boleh kaya gini. Berita itu belum pasti." Nasya meluk gue.

"Kenapa gue ngerasa kalo itu Geunta, Nas. Gue harus gimana? Hiks," tangisan gue makin menjadi-jadi. "Telpon, gue harus telpon Geunta."

Dengan segera gue telpon Geunta.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

"Angkat, Ge!" gue mencoba telpon lagi.

"Shel, udah. Mungkin aja dia lagi dijalan dan matiin hpnya." Nasya nyoba tenangin gue dengan semua cara.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Lagi, gue gak mau ada sesuatu yang menyakitkan terulang lagi. Gue benci itu. Gue benci waktu yang bikin semua berantakan. Gue gak mau semua itu terjadi lagi. Cukup gue ditinggal oleh sahabat gue. Jangan terulang lagi untuk orang-orang yang gue sayang.

-----

Author POV

Keadaan benar-benar menjadi kacau. Harapan yang tadinya indah seketika hilang menjadi harapan yang pupus. Gishela Permata, wanita yang suasana hatinya suka naik turun sekarang hatinya sedang terguncang.

Untuk memastikan apakah itu benar Geunta atau bukan, Gishel segera pergi ke bandara.

Dengan langkah penuh harap Gishel terus mencari dimana keberadaan Geunta. Dari kejauhan, lelaki dengan postur tubuh yang sangat sempurna mengenakan seragam kebesarannya, berjalan menuju ke Gishel. Ia melambai-lambaikan tangannya kepada Gishel.

Gishel seperti tersambar oleh petir saat itu. Dia  memastikan jika itu benar-benar Geunta. Lelaki yang sudah tiga tahun meninggalkannya untuk pendidikan menjadi pilot.

Gishel tidak percaya, air matanya benar-benar pecah. Ternyata itu Geunta. "Geunta? Geunta Fahmi Al Rasyid?"

Geunta tersenyum dan segera memeluk tubuh Gishel. Kecelakaan pesawat itu ternyata bukan terjadi pada Geunta. Dia kembali dengan keadaan seperti terakhir bertemu dengan Gishel. Yang berbeda hanya dia tambah tampan memakai seragam pilot.

Gishel masih dalam pelukan Geunta. Ia memukul-mukul dada Geunta sambil terus menangis bahagia.

"Aku takut kamu pergi." ucap Gishel terisak.

Geunta melepas pelukan Gishel. "Ada saatnya aku pergi. Tapi gak selamanya aku ninggalin kamu."

"Jangan.." tiba-tiba Gishel kembali memeluk Geunta dengan erat.

"Kangen banget ya? Sampe segitunya." Geunta malah meledek Gishel.

"Ge.."

"Hm?"

"Janji jangan pergi tinggalin aku?"

Semenjak mendengar berita itu, tingkah laku Gishel sangat berubah menjadi overprotective terhadap Geunta. Geunta paham apa yang sedang dirasakan oleh kekasihnya itu. Namun Geunta berusaha untuk melupakan hal itu dari Gishel.

"Enggak." jawab Geunta singkat.

Gishel langsung mendongak melihat wajah Geunta. "Serius.."

Tak ada balasan kata dari Geunta. Geunta malah mengecup kening Gishel. Rasanya dia ingin menarik jawaban tadi. Namun itu mustahil. Karna kapan saja perpisahan pasti akan terjadi, entah apapun penyebabnya.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang