Bagian 29

47 8 0
                                    

Author POV

Setelah perjalanan hampir 2 jam dari Puncak, akhirnya sampai juga di rumah Gishel. Jam yang melingkar di tangan Geunta sudah menunjukan pukul 15:25. Itu menandakan sudah masuk Ashar.

Gishel beranjak turun dari mobil. Kemudian diikuti Geunta.

Mereka sudah berada di teras rumah kediaman Gishel. Baru saja Gishel ingin membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam rumah. Ya jelas saja, mama Gishel yang membukanya. Dia sudah hafal dengan suara mobil dari Geunta yang terparkir di depan rumah. Maka dari itu mama Gishel segera membuka pintu untuk anak tercintanya.

"Assalamu'alaikum mah!" ucap Gishel dan Geunta bersamaan.

"Wa'alaikumsalam.."

Gishel langsung memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu. Melepas rindu dengan ibunda tercinta. Sedangkan Geunta hanya tersenyum tipis melihat drama sinetron di depannya.

Mama Gishel melepas pelukan. "Ih kangen banget mama tuh."

"Sama mah. Kangen mama bikinin susu coklat sama bawain pisang ke kamar Gishel." jawab Gishel.

"Apa? Kok gue baru tau," Geunta terkejut dengan perkataan Gishel yang belum ia tau. "Manja banget Gishel ya, mah?"

Gishel mengerutkan dahinya. Kemudian mencubit perut Geunta pelan. Di sisi lain, Mama Gishel hanya senyum-senyum dan paham melihat kedua anak di depannya yang sedang kasmaran.

"Kamu ngapain manggil mama aku pake sebutan mama juga? Nyebelin." oceh Gishel.

Geunta meringis kesakitan. Karena sendari tadi Gishel masih mencubit perutnya. "Ya udah jangan dicubit mulu, ahh sakit."

"Gishel..." ucap mama Gishel mengkode agar berhenti mencubit Geunta.

Gishel melepas cubitan. "Abis ngeselin, mah."

"Apa salahnya sih, calon mantu manggil mama dengan sebutan mama juga?" kata mama membuat Gishel terbelalak. Tetapi memang sebelumnya Gishel sudah menduga, jika mamahnya sekongkolan dengan Geunta.

Gishel memasang lirikan pedas ke kedua orang di depannya. "Kalian sekongkol nih? Oke fine!"

"Wlee.." Geunta menjulurkan lidahnya ke arah Gishel. Gishel hanya cemberut, karna dikalahkan oleh dua orang sekongkol. "Aku ga disuruh masuk, mah?" lanjut Geunta.

"Ga usah mah biarin aja di luar. Geunta kan supir baru Gishel." ledek Gishel membalas dendam.

"Apa sih kamu. Ya udah masuk yuk. Ngobrolnya di dalem biar lebih afdol." ucap mama Gishel mempersilahkan Geunta.

Lagi-lagi Gishel kalah.

"Ih mama. Ya udah mama masuk dulu. Aku ada pengin ngomong sama onta tengil ini." kata Gishel.

Mama Gishel masuk ke dalam rumah sesuai keinginan anak semata wayangnya. Kita hanya tinggal Gishel dan Geunta di teras rumah. Mereka salih bertatapan.

"Mau ngomong apa?" tanya Geunta mendahului Gishel.

Gishel menggeleng sambil senyum-senyum jahil.

"Serius, ada apa? Dengan siapa? Dimana? Apa passwordnya?" ucap Geunta membuat Gishel tidak bisa berhenti senyum. "Gawat! Pacar saya mulai gila!"

Gishel tidak bisa menahan tawanya karena kelakuan Geunta. "Pfftt.. Kenapa sih, bercanda terus?"

"Biar lo senyum." jawab Geunta singkat.

"Kalo gila gimana?"

"Kan gue dokternya." lagi-lagi jawaban Geunta kembali membuat senyum Gishel tidak bisa mereda.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang