Extra Part

57 6 0
                                    

"Ingatlah apapun yang terjadi akan selalu terjaga di dalam lubuk hati kita dan tersimpan oleh ingatan kita."

-----

Tepat sehari setelah kejadian itu merenggut nyawa Geunta. Pemakaman dilaksanakan secepat mungkin. Gishel berjalan mengiringi tempat peristirahatan terakhir Geunta. Dengan memakai pakaian serba hitam dan memakai scraf  hitam pula ia berjalan dan berusaha tegar.

Di samping Gishel, Nasya dan Mayda terus mendampinginya. Mereka berdua ikut terpukul melihat sahabatnya ditinggalkan selama-lamanya oleh Geunta.

Sebuah foto Geunta memakai seragam kebanggaannya dibawa oleh Gishel. Gishel menyesal telah mengatakan jika ia takut ditinggalkan oleh Geunta. Rasa takut itu sekarang bahkan menjadi kenyataan.

Di saat seperti itu, sesekali Gishel teringat dengan kenangan-kenangan bersama Geunta. Dari awal bertemu, hingga sekarang. Dari kenangan manis, maupun pait terus bergantian mengisi pikiran Gishel.

*****

Pemakaman sudah berlalu. Sedikit demi sedikit orang-orang meninggalkan Gishel yang masih berlutut di sebelah tempat Geunta dimakamkan. Ia terus menyebutakan sebuah penyesalan yang terus menghantuinya.

Nasya mendekati Gishel. "Shel, pulang yuk."

Gishel menggelengkan kepalanya seolah belum siap untuk meninggalkan Geunta.

"Udah mau sore, kita pulang yuk. Geunta pasti udah tenang disana." Mayda ikut membujuk Gishel.

"Enggak, kalian duluan aja. Gue bisa pulang sendiri." ucap Gishel.

Nasya dan Mayda tidak bisa memaksa Gishel. Mereka berdua akhirnya memilih untuk meninggalkan Gishel sejenak dan menunggu di mobil. Tidak mungkin untuk benar-benar meninggalkan Gishel pulang sendiri nantinya.

Sekarang Gishel sendiri. Dia terus memandangi batu nisan di depannya.

"Harusnya gue gak nyuruh lo tetep di mobil, Ge. Harusnya gue ajak lo ikut masuk ke minimarket." Gishel terus menyalahkan dirinya. "Ini salah gue. Gue gak mau nyalahin lo karna lo gak mau janji untuk gak ninggalin gue. Gue tahu takdir itu gak bisa ditebak."

"Selamat tinggal, captain."

Gishel memeluk batu nisan Geunta. Air matanya kembali mengalir dan tidak ada habisnya. Padahal sudah seharian dia menangis melihat semua ini terjadi.

Mungkin semua ini sudah ditulis oleh Tuhan. Gishel tidak bisa terus menerus menyesalinya. Ia berusaha untuk dewasa menjalani semua ini. Mungkin juga ini awal dari kehidupan Gishel yang baru. Tentunya tanpa Geunta. Gishel hanya bisa memendam semua tentang Geunta di hatinya.

Tanpa ada tanda-tanda, tiba-tiba hujan turun mengguyur Gishel. Sepertinya langit ikut berduka. Gishel harus bergegas pergi, namun berat baginya.

Seorang lelaki membawa payung mendekat ke Gishel. Ia terlihat gagah mengenakan jas hitamnya. Lelaki itu memayungi tubuh Gishel dengan payung yang dibawanya. Sontak Gishel langsung mendongak melihat wajah lelaki itu.

Wajah yang tidak asing untuk Gishel. Dia "Gama.."

Sebuah perpisahan dan pertemuan terjadi dengan begitu saja. Tanpa memandang apapun keadaannya. Dan semua itu selalu tiba-tiba. Setelah kepergian Geunta untuk selamanya, Gishel justru kedatangan seseorang yang pernah mewarnai hidupnya kembali.

Siapapun kalian, Geunta Fahmi Al Rasyid, Gama Reviansyah, dan orang-orang yang ada dalam hidup saya. Terima kasih sudah memberi pelajaran kepada saya. Pelajaran hidup itu semua sangat berharga bagi saya. Terima kasih sudah menjadi pelangi setelah kesedihan. Terima kasih sudah menjadi matahari di saat tersesat. Dan terima kasih sudah menjadi bulan dan bintang yang tersenyum di penghujung hari untuk saya.

Saya bahagia sekaligus beruntung memiliki kalian. Jangan biarkan sebuah rasa takut membuat kalian menyesal juga seperti apa yang telah terjadi kepada saya. Hargai semua hal yang sudah terjadi sebagai sebuah tameng untuk masa yang akan datang. Terima kasih dari saya. Saya menyayangi kalian semua yang menyayangi saya juga.

-Gishela Permata.

-----

a/n

SETELAH SEKIAN LAMA MENGALAMI PERBELITAN AKHIRNYA END JUGA! TERIMA KASIH UNTUK SEMUA YANG MEMBACA! SARANGHAE❤

Author,
Fira Nikmah Amsaynaa.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang