Bagian 30

48 7 1
                                    

Satu hari kemarin, para siswa kelas sepuluh diberi waktu untuk istirahat setelah kegiatan widya wisata. Dan hari ini, mereka sudah harus berangkat sekolah lagi.

"Pelit banget sih gurunya. Ngasih libur sehari doang." gerutu Nasya.

"Ntar kalo kenaikan kelas. Ampe gumoh lo libur mulu." timpal Mayda.

Kali ini mereka sangat tidak lengkap karna tidak adanya kehadiran Zana. Entahlah dia menghilang kemana. Beberapa hari ini memang sangat sulit dihubungi.

Begitupun Gama. Dari tadi Gishel justru sedang melamunin Gama. Bahkan mungkin tidak mendengarkan kedua temannya bercakap-cakap. Dulu, Gama yang setiap saat ada bersamanya, sekarang sudah berubah.

Gishel sangat rindu saat-saat bersama Gama. Apalagi jika sedang berseteru karena hal sepele.

"Gam, lo gila ya!" tiba-tiba Gishel berkata seperti itu di depan teman-temannya.

Sontak Nasya dan Mayda langsung terkekeh melihat tingkah temannya itu.

"Gishel? Waras kan lo?" tanya Mayda sambil menyentuh dahi Gishel.

"Ngomong sendiri dih, freak." Nasya ikut bicara melihat tingkah aneh Gishel.

Seketika Gishel langsung bangun dari lamunannya. Melamun memang bukan hal yang aneh untuk Gishel. Dia sangat suka melamun. Apalagi berkhayal. Seperti imajinasinya sangat tidak terbatas. Apa saja bisa dia lamunkan.

"Hah? Eh, waras-waras." kata Gishel terbata-bata.

Mayda dan Nasya menaikkan satu alisnya.

"Lo kalo ada masalah cerita aja sih. Kaya sama siapa." ucap Nasya.

"Gue bingung."

"Kenapa?"

"Gue bingung sama sikap Gama dan Zana. Mereka akhir-akhir ini tuh kaya ngehindar gitu tau ga." jelas Gishel mengeluarkan unek-uneknya.

"Iya bener njir. Zana tuh kalo gue hubungin selalu ga ngerespon. Terus kan, dia paling anti banget tuh bolos-bolos kaya sekarang. Tapi kenapa sekarang dia jadi sering bolos gitu? Kan aneh ya. Apa jangan-jangan..." ucap Nasya panjang lebar.

Gishel makin serius. "Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan Zana sama Gama tuh sekongkolan gitu, shel. Abisnya sifat mereka tuh jadi aneh kan. Ya walaupun masih mendingan Gama sih, masih mau berbaur di grup chat." lanjut Nasya.

"Tapi mereka sekongkolan apa coba?" Mayda masih belum bisa menangkap kata-kata Nasya.

Nasya menghela nafas. "Huh. Dari dulu lo tau kan kalo Zana tuh naksir sama Gama? Nah atas dasar itu Zana tuh bisa aja jadi ngikut-ngikut Gama,"

"Terus, semenjak Geunta--" kata-kata Nasya terhenti.

"Sssttt.. jangan besar-besar suaranya." suruh Gishel.

Mereka memang sedang berada di kelas. Begitupun Geunta yang masih duduk di bangkunya, tepatnya di sebrang bangku Gishel berada bersama Nasya dan Mayda.

Nasya mengecilkan volume suaranya. "Iyaa.. sejak Geunta pindah ke sekolah ini, Gama kan sifatnya mulai beda gitu kan sama lo, shel. Apalagi pas dia tau kalo Geunta naksir sama lo. Kek sekarang Gama tuh udah pasrah banget idupnya sumpah. Gara-gara lo tolak berkali-kali."

"Gue tolak Gama karna gue emang ga ada rasa pengin jadi pacarnya. Lagian gue udah sayang sama dia lebih dari pacar. Dia udah kaya kakak gue sendiri. Pokoknya dia udah kaya bagian dari keluarga gue. Dan gue juga tau kalo temen deket gue suka sama Gama. Jadi, ya gimana? Cinta ga bisa dipaksain gitu aja." kata Gishel menjelaskan kepada kedua teman dekatnya itu.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang