Bagian 7

197 70 12
                                    

Tepat pukul delapan malam nanti, Gishel harus sudah siap dengan dress berwarna tosca yang diberikan kepadanya dari Rendra tadi siang. Entah mengapa semua yang ada di pikiran Gishel tertuju kepada skenario apa yang akan dibuat oleh Rendra. Semoga ini bukan mimpi buruk bagi Gishel. Semoga ini wujud dari semua mimpi indah Gishel.

Jam dinding di kamar Ibu Gishel menunjukan tepat pukul tujuh malam. Satu jam lagi, ia akan di jemput sang pangeran. Dia sengaja masuk ke kamar Ibunya, karena di kamar itu terdapat alat make up yang lengkap. Gishel tidak terbiasa untuk berdandan, bahkan ia tidak pernah berdandan diri sendiri, melainkan perlu bantuan dari orang lain.

"Aduh gimana nih?" gumamnya sambil melihat bayangannya di cermin meja rias milik ibunya. "Ntar kalo muka gue kek badut gimana ceritanya, huh."

Sesekali Gishel membuka HP nya. Ia melihat notifikasi LINE dari Zana.

Zana ngapain nge-chat gue nih.. Batin Gishel kemudian ia membuka chat dari Zana. Sebelum membacanya, seketika Gishel teringat sesuatu. "Oh iya Zana! dia kan pinter dandan, gue suruh aja dia ke rumah gue. Hehe."

Zanahira : Eh kutu kebo, sepi nihhh

Gishela Permata : Kerumah gue GECE!

Gishela Permata : Gece pokoknya ya gece!

Zanahira : Apaan sih lo shel, tumben ngajak gw kerumah lo

Zanahira : Ada apa gerangan?

Zanahira : Kalo ada gama sih gue mau2 ae, ehem

Gishela Permata : Yaudah kerumah gue dulu! urusan gama entaran

Zanahira : OK! otewe otewe!

Tak lama, Zana Datang kerumah Gishel. Hanya memakai kaos berwarna hitam yang bertuliskan Barbie berwarna pink, dan short pants. Rumah Zana memang tidak terlalu jauh dari rumah Gishel, hanya beda blok saja.

"Ngapain sih shel?," Zana memasuki rumah Gishel setelah dibukakan pintu oleh Gishel, sambil melihat-lihat keadaan rumah Gishel yang begitu hening. Hanya ada suara TV diruang keluarga yang sengaja Gishel hidupkan supaya suasana yang hening bisa terpecahkan. "Gama mana?." lanjut Zana.

Gishel mendorong Zana untuk segera duduk di sofa ruang keluarga. "Beerbe, lo tunggu sini!"

"Idih, main nyuruh-nyuruh aja. Udah kaga di sediain kentang goreng sama milkshake juga!." Zana kemudian meraih remote TV yang berada di sebelahnya. Ia mengganti chanel favoritnya.

Gishel keluar dari kamar Ibunya. membawa sebuah tas kecil, berisi make up di tangan kanannya. Dan paper bag yang berisi baju pemberian Rendra, di tangan kirinya.

Zana memandangi Gishel heran. "Oh-My-God. Makin ngaco lo shel, mau mainan apaan bawa gitu-gituan?."

"Ini tas isi..."

"Udah tau, gue juga punya soalnya." ucap Zana memotong pembicaraan Gishel.

Gishel memutar kedua bola matanya. "Yaudah buruan make up-in gue!" ia menaruh tas yang berisi make up dan paper bag itu ke pangkuan Zana.

"Hellooo.. lo pikir gue kang make up artis?" Zana menyingkirkan barang itu dari pangkuannya.

"Zana ihh, buruan! bentar lagi kak Rendra dateng. Eh."

Mata Zana seketika mendelik, mendengar perkataan Gishel yang membuatnya tak percaya. Diikuti oleh mulutnya yang perlahan membuka lebar.

"Jad-jadi, lo beneran mau nge-date sama kak Rendra? kenapa lo nggak bilang? ini yang namanya sahabat? oke fine! kalo gitu gue bakal dandanin lo secantik mungkin! harusss! melebihi kecantikan gue! gapapa gue rela! demi lo, sahabat gue!" ucapan Zana tanpa jeda, membuat Gishel melongo.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang