Bagian 34

64 8 4
                                    

Author POV

"Eh, ga kerasa udah lama ya kita ga main bareng gini." ucap Mayda.

Mayda dan Nasya kali ini sedang berada di rumah Gishel. Memang sejak Ujian Nasional mereka sibuk untuk mempersiapkan Ujian. Jarang sekali mereka berkumpul seperti ini. Dan sekarang setelah Ujian selesai akhirnya mereka bisa berkumpul bersama lagi.

"Yaa.." jawab Gishel singkat.

"Idih, sok singkat lo!" cibir Nasya. "Btw, ada gosip apa selama ini?"

Mayda menaikkan satu alisnya. "Sejak kapan lo tertarik sama gosip? Lo kena  virusnya Zana ya?"

Zana, sudah lama juga mereka tidak membahas teman lama mereka itu.

"Zana? Siapa ya?" jawab Nasya dengan sok gaya sok amnesia.

Sejujurnya mereka masih bingung harus bagaimana menyikapi semua yang telah terjadi 2 tahun yang lalu itu. Antara kesal dan pengertian terhadap semua yang telah dilakukan salah satu teman dekat mereka itu.

"Ck. Bodo lah, Nas." Mayda mulai kesal dengan tingkah Nasya.

"Dia inget kita ga sih? Enggak deh kayanya. Gue aja ga inget dia tuh," Nasya terus memberi kode. "Bener kan, shel? Emang dia pernah berusaha ngehubungi lo? Apa sengaja biar ga ada yang ganggu dia karna udah dapetin yang dia mau?"

"Nasyaaaa." gerutu Gishel. Seketika Gishel malas mendengar Nasya mengungkit-ungkit soal Zana.

"Kenapa? Gue tuh bener-bener ga ngerti deh sama dia. Dulu dia perlahan ngejauh dan tiba-tiba dia udah mau cabut aja ke Paris tanpa pamit ke kita. Udah bawa anak orang lagi. Sejahtera amat idupnya. Sedangkan kita disini? Dapet kabar sehuruf aja susah. Itu yang namanya temen?" entah apa yang membuat Nasya tiba-tiba kesal dan membahas tentang itu.

"Udahhh. Biarin waktu yang jawab. Kalo dia bener-bener masih ngehargain kita, suatu saat pasti dia dateng." Mayda berusaha mendinginkan suasana.

"Generasi pengagum micin." cibir Nasya. Ia kemudian beranjak menuju dapur di rumah Gishel. Berniat untuk mengambil minuman dingin.

Gishel hanya bisa menghembuskan nafasnya.

"Gue kangen Gama, May. Banget." tiba-tiba Gishel menyeletuk kata-kata seperti itu.

"Dia juga kangen lo di sana. Dan itu pasti!" jawab Mayda.

"Iya? Kenapa dia ga pernah ngehubungin gue? Bahkan dia ngebiarin kita lost contact gitu aja." kata Gishel. "Padahal gue berharap banget, di setiap hari bahagia gue, dia selalu ada di samping gue. Kenyataannya itu semua cuma masa lalu."

"Dia lagi nunggu waktu yang tepat aja. Percaya sama gue, shel. Dari seribu orang yang kenal lo dan deket sama lo, dia itu salah satu yang terbaik di hidup lo. Ga mungkin dia sejahat itu. Pasti ada alesan atas semua ini." lagi-lagi Mayda bersikap bijaksana.

Gama, salah satu seseorang yang terbaik di hidup Gishel.

"Lo berdua juga!" ucap Gishel yang seketika berubah dari sikap menerung menjadi ceria.

Nasya yang sedang berjalan kembali ke tempat Gishel dan Mayda sambil meminum minuman dingin seketika tersentak mendengar Gishel.

"Uhuk! Hah? Apa-apa?" tanya Nasya memastikan perkataan Gishel.

"Ya, kalian terbaik!" kata Gishel dengan gaya logat seperti kartun Boboi Boy.

Mayda mencubit kedua pipi Gishel. "Utututututu."

Gishel meringis kesakitan dan segera menepis Mayda. "Apaan dah!"

"Sering-sering ya ngomong kaya gitu. Biar idup gue ga miris mulu. Huaaa." Nasya memeluk Gishel dan Mayda.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang