Bagian 14

114 20 3
                                    

Chapter ini nyambung sama percakapan part special group chat Berisik yak.

~Happy Reading~

-----

Bosan.

Itu yang dirasakan Gishel saat ini. Ia hanya ditemani oleh ponsel dan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Menikmati lagu yang sedang di putar, sambil berbaring telungkup di tempat tidurnya.

Malam minggu yang sangat horor bagi Gishel. Karena biasanya malam minggu ia habiskan bermain video game bersama Gama, kali ini tidak.

Karena sudah terlalu lama Gishel hanya berbaring, membuatnya pegal juga. Ia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur.

Gishel menuju ke dapur, untuk mencari apakah masih ada cemilan yang bisa ia makan. Bergegas Gishel membuka kulkas di dapur.

Sial. Hanya tersisa dua buah pisang dan minuman dingin satu botol.

"Besok gue makan apa?" Gishel mulai frustasi dan mengacak-acak rambutnya yang digerai, sebahu. "Lulus aja belum, udah berasa jadi anak kos aja."

Cacing di dalam perut Gishel tidak bisa menolak makanan yang tersisa tadi. Akhirnya dengan terpaksa, karena tadi sore Gishel tidak makan malam, Gishel mengambil dua buah pisang dan minuman dingin itu. Ia membawa, kembali ke kamar.

Dengan hati yang dangkal Gishel melahap habis pisang tadi. "Mamah sama papah kapan pulang sih, ck."

Gishel sangat merasakan kesepian di rumah. Mengingat kedua orang tuanya yang masih berada di luar kota, karena tuntutan pekerjaan.

"Gue nggak suka sendirian!"

"Gue kangen masakan Mamah"

"Papah juga udah lama nggak peluk Gue"

"ARRRGGHHHH."

Teriakan-teriakan yang terlontar dari mulut Gishel sengaja ia keluarkan. Agar Gishel lebih merasa lega dengan kekesalannya. Walaupun kemudian hanya dibalas oleh suara jangkring.

"Ga guna lo teriak-teriak shel."

Suara yang muncul dari luar rumahnya mengagetkan Gishel. Segera Gishel ingin mengeceknya lewat balkon kamarnya.

Gishel melihat kebawah, mencari-cari dari mana suara itu berasal.

Ternyata Geunta. Ia sudah berada di depan pagar rumah Gishel. Membawa bungkusan plastik berwarna putih di tangan kanannya.

Emang suara gue segede itu ya, sampe Geunta denger. Gishel membatin.

"Ngapain lo malem-malem kesini?" ucap Gishel dengan ketus.

"Yee.. Orang lagi lewat, terus dikagetin sama teriakan-teriakan gajelas lo. Ya udah gue kesini," jawab Geunta asal di bawah sana. Padahal dia memang sudah niat untuk berkunjung ke rumah Gishel. "Buruan turun, bukain gerbangnya!"

Dengan langkah malas, Gishel berbalik badan. Segera menuju ke luar rumah menemui Geunta.

*****

Tak lama, Gishel sudah berada di depan rumah. Kemudian ia membukakan gerbang untuk Geunta.

"Cemberut aja." ledek Geunta sambil berjalan masuk.

Gishel mematung. Ia penasaran apa yang dibawa oleh Geunta, yang sendari tadi masih menggantung di tangan kanan Geunta.

PLATONIC [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang