Dia diam. Berarti aku diizinkan.Langit yang semula cerah sekarang berubah menjadi gelap, sinar matahari mulai meredup digantikan awan gelap. Dan sepertinya akan turun hujan.
Dalam hitungan detik. Ribuan bahkan jutaan tetesan air jatuh ke permukaan bumi. Membuat tanah yang tadinya kering berubah menjadi basah. Dan jalanan berubah menjadi licin.
Aku belum sampai rumah. Tubuhku menggigil karena tubuhku hanya dilapisi kaos dan celana lefis.
Aku mengeratkan pegangan ku dipinggangnya. Dan harapanku cuman satu semoga dia tidak mengusir tanganku yang sekarang terasa mati rasa. Aku menenggelamkan wajahku di pundaknya.
Dia diam. Artinya dia mengizinkan.
Tapi tiba tiba motor yang sedang kunaikki terasa menepi dan terhenti. Aku mendongak dan malihat kiri kanan.
Dia ternyata mengajakku neduh di depan warung.Eh enggak. Bukan.
Dia membuka helm dan memasangkan langsung kekepala ku tanpa peduli dengan ekspresi bingung diwajahku. Padahal hujan sedang deras derasnya dia membiarkan dirinya kehujanan.
Lalu dia melepas jaket yang melekat ditubuhnya lalu lagi lagi memasangkan ke badanku. Sepertinya jaket ini anti hujan. Tapi dia gimana? Dia keujanan dong. Dan kalian tau sekarang dia hanya mengenakan kaos putih oblong dan tanpa helm jadi rambutnya berubah jadi acak kadul tertimpa air.
Dia mengibaskan rambutnya beberapa kali, lalu dia menaiki motornya kembali. Dia menengok kearahku, aku diam persis patung. Sikap dia membuatku mati kutu.
"Ayo naik keburu tambah deres!" Sentaknya membuatku mengerjapkan mata beberapa kali lalu kemudian naik ke atas motor.
"Kamu gak dingin?" Ucapku polos.
"Menurut lo?" Teriaknya sambil sesekali mengusap wajahnya yang tebasuh air hujan sangat deras.
"Emm.. Nanti ada polisi gimana? Kan kamu gak pake helm."
"Polisi juga ogah nilang ujan ujan begini. Udah diem tinggal duduk aja banyak tanya." Ujarnya.
Aku terdiam. Melihat wajahnya yang basah dari kaca spion membuat senyum dibibirku mengembang. Ternyata dia gak seburuk yang aku kira.
**
Saat motor yang aku naiki menepi di tepat depan rumah ku lalu aku berusaha melepas jaket miliknya. Aku lupa bahwa dia sudah tau rumahku.
"Udah gak usah pegang dulu. Helm nya aja sini."
Aku menurutinya lalu melepas helm itu dari kepala ku. Lalu dia memaikanya dan pergi begitu saja. Walaupun suasana dingin tapi jaketnya bisa membuatku hangat saat ini. Aku terkekeh pelan melihat motornya dari belakang dan hilang dibelokan.
"Non Nadineeeee!!! Baru sembuh kok hujan hujanan?? Yaampunn" teriakan bi inah didepan pintu membuatku menghembuskan nafas berat.
**
Delano pov'
Saya membantingkan tubuh yang terasa remuk di atas sofa di ruang tamu. Baru teringat perlakuan saya pada perempuan yang baru saja saya antar berlebihan membuat saya mengacak ngacak rambut frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano
Teen Fiction[PER-PART AKAN SAYA PERBAHARUI, SO KALO LUPA SILAHKAN DIBACA KEMBALI.] Semua berawal dari kecelakaan itu. Kecelakaan yang merubah kehidupan berwarnaku. Kecelakaan yang mampu membuat hidupku menjadi abu abu. Kecelakaan itu merenggut nyawa hero ku, t...