18 - Sepait kopi.

121 9 0
                                    

'Malam minggu nih guys. Waktunya kita happy happy. Hmm yang dapat talitha tangkap nih dari kacamata saya yang ada di kamar atau rumah kalian, ada yang sedang galau merana nih. Kenapa? Putus cinta? Cinta bertepuk sebelah tangan? Atauu abis diomelin sama ibu?. Hmm masih jaman galau? Mendingan dengerin lagu kesukaan talitha nih kalau lagi galau. Cek it out.'

Alunan lagu mulai terdengar dari radio tip mini yang dibelikan mama waktu aku berumur 13 tahun.

Raisa - kali kedua.

Jika wangi mu saja bisa
Memindahkan duniaku
Maka cintamu pasti bisa
Mengubah jalan hidupku

"Arghhhhhh!!" Aku menggerang frustasi mendengarnya.

Jika senyummu saja bisa
Mencuri detak jantungku
Maka pelukanmu yang bisa
Menyapu seluruh hatiku

Refleks tanganku mematikan tip itu dengan kasar. Fikiranku sama sekali kacau saat ini. Sebenarnya ada hubungan apa Delano dan Davinia? Arghhh! Fikiranku sama sekali tidak bisa lepas memikirkan laki laki menyebalkan itu. Bagaimana bisa aku mencintai laki laki itu? Bahkan dia tidak masuk dalam kriteria laki laki yang aku impikan sejak kecil.

Saking lelah memikirkanya kepalaku terasa pening, hingga sepertinya tertidur di meja belajar.

**

Delano pov'

Saya melihatnya, matanya berair, saya tau dia melihat saya dengan perempuan laknat itu. Davinia perempuan yang saya cintai, tapi dulu, garis bawahi kata DULU.

Wajah yang cantik, putih, tinggi berisi hanyalah plastik yang melapisi kelicikanya.

Sedikit cerita, dulu saat kami (saya dan Davinia) masih saling mencintai. Saya baru merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai. Kesan pertama yang saya lihat dari Davinia adalah perempuan sempurna.

Namun, kata kesempurnaan itu lenyap dalam fikiran saya semenjak saya tau dia menyukai Dikta. Kakak kandungku. Jangan tanya bagaimana rasanya. Sakit? Jelas. Berdiri diposisi yang sangat berat dan keputusan akhirnya adalah saya mengikhlaskanya untuk Dikta.

Namun tidak terhitung berapa hari Davinia menghilang seolah tertelan bumi tiba tiba. kalian tau apa yang dia lakukan? Tiba tiba dia kembali seolah tidak pernah terjadi apa apa, dan yang lebih parahnya lagi dia kembali mengejar saya apalagi setelah dia tau bahwa Dikta Buta.

Saya tidak akan pernah menjilat ludah yang sudah saya buang. Karena bagi saya itu menjijikan.

Kemarin saat pulang sekolah saya terjebak dalam sandiwara nya yang melebihi bunglon saat menyamar. Dia bilang sedang dalam bahaya karena dicegat preman dekat sekolah, dengan terpaksa yang saat itu saya sedang menikmati libur ala sendiri alias bolos harus terganggu, berhubung saya masih mempunyai hati nulari sebagai manusia, saya menjemputnya disebrang gerbang sekolah.

Jujur gak ada niat saya menghianati perempuan yang sedang saya cintai saat ini. Saat melihatnya menaiki taxi dengan air mata yang sedetik kemudian akan terjatuh membuat hati saya berdenyut nyeri. Ingin sekali saya mengejarnya dan memeluknya dengan erat sembari meyakinkan bahwa saya tidak main main jika sudah jatuh hati. Tapi sekali lagi gara gara perempuan laknat itu manarik tanganku untuk tetap bersamanya membuatku tidak bisa berkutik.

Malam Minggu.

Saya akan menemuinya dirumah.

-

Tokkk.. Tokkk 

Tangan saya terasa mati rasa saat ini, jantung saya terasa berdenyut sangat cepat. Perempuan itu memiliki efek yang luar biasa.

Saat ini saya sudah berada didepan rumah Nadine, saya harus menjelaskan tentang kesalahpahaman tadi siang.

DelanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang