2 - Laknat!✔️

263 20 0
                                    

•[PART SUDAH DIPERBAHARUI]

Satu hari ini terasa lama sekali. Jam dinding seolah enggan untuk berputar. Ah sungguh hari ini benar-benar membosankan sekaligus menyebalkan. Aku harus terjebak oleh taruhan konyol Alin dan yang lebih buruknya lagi bahan taruhan tersebut sekarang duduk dibelakangku persis.

"Non Nadine. Syukurlah non sudah pulang, ayo makan siang dulu non bibi udah siapkan" ucap bi Inah yang sekarang berdiri diambang pintu menyambut kedatanganku. Seperti biasanya.

"Ah nanti aja bi aku belum laper, Aku kekamar dulu" mood ku sedikit hancur hari ini. Bukan sedikit juga tapi sudah penuh.

Bibi terlihat tersenyum lembut melihat tingkah ku seperti anak kecil.

"Yaudah non istirahat dulu, kalau sudah lapar panggil bibi biar bibi siapkan." Aku tak menangapinya.

**

Aku membantingkan badanku dikasur hingga memantul. Mengingat ucapan Alin bagaimana jika aku kalah, bukan masalah jika aku akan kekurangan uang jajan selama satu bulan penuh. Tapi masalahnya jika aku jatuh cinta dengan Delano sudah pasti aku akan ditertawakan oleh Alin. Ah itu memalukan! Seorang Nadine Anastasya yang biasanya menertawakan Alin dan sekarang..

Aku mengusap wajahku dengan kasar. Berusaha membangunkan ku dari mimpi buruk yang tidak akan pernah terjadi. Semoga saja.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Sore yang tidak jauh berbeda seperti sore-sore kamarin. Aku sendirian. Biasanya kak Reno selalu mengajak ku bermain bulu tangkis ditaman dekat rumah tapi sekarang.. Hari hari ku terasa hambar mau pagi, siang, sore, malam semua terasa hambar dan aku selalu sendirian.

Drrrrttt drrrrrttttt...

Getaran dari handphone ku berhasil menyadarkan ku dari lamunan yang sepertinya tak kan pernah berakhir ini.

Alin : Woi Nad.. Ke Taman deket rumah kamu deh sekarang cepetan! Urgent!."

Aku mengerang frustasi membaca pesan singkat dari Alin. Gak disekolah, gak dirumah dia sama saja. Merepotkan.

"Oke.."

Dengan terpaksa aku bangkit dari teman hidupku 'kasur'. Menganti pakaian ku yang semula cocok untuk tidur sekarang menjadi lebih rapi dan sedikit feminim dengan celana hitam panjang dan kaos pendek bergambar Mickey Mouse.

Setelah siap aku langsung keluar rumah tapi sebelum itu aku sudah berpamitan dengan bi Inah karena aku tidak mau dia panik mencariku.

Sesampai ditaman aku sama sekali tidak melihat sosok Alin dan malah mendapatkan sosok yang aku kenal ah baru ku kenal apa belum kenal. Sial! Delano.

Dia sedang bermain bulu tangkis bersama teman nya. Dan tanpa sengaja mata kami bertemu dan.. Deg! Aku mematung. Tuhann kenapa aku tiba tiba beku gini saat melihat mata tajam mirip elang itu. Alin!!!! Awas kamu besok!

Dia mengampiri ku ahh sial gimana ini?! Dari jauh dia tampak begitu tampan dan dia mirip sekali dengan kak Reno. Ah apa apaan ini kenapa aku malah memujinya.

Semakin dekat. Semakin dekat dan kalian tau aku seperti orang bego saat ini diam seperti patung. Persis, bedanya mungkin aku masih bernafas walaupun sedikit sesak.

Dan sekarang dia ada didepanku. Dia melirik ku sekilas dan membungkuk. Ahh apa yang dia lakukan.
Dia mengambil kok yang ternyata sedari tadi berada di sebelah kaki ku. Oh tuhan hilangkan aku sekarang ini juga.

"Kalo orang minta tolong jangan bengong aja." ucapnya lalu melengos pergi meninggalkan ku yang masih mematung. Lalu aku menepuk jidatku kencang "begooo!"

Berarti dia dari tadi memperhatikan ku untuk minta tolong mengambil kok yang berada di dekatku ahh kenapa aku jadi linglung gini sih. Sial! Aku merutuki diriku sendiri.

**

Keesokan harinya..

Aku mengebrak meja ku dengan kasar. Melihat wajah cengengesan Alin yang merasa tak berdosa sama sekali. Ah dia ini menyebalkan, gimana bisa aku berpura pura marah depan dia.

"Apa sih Nad, ngagetin aja dateng dateng." ucap Alin sok polos dan pura pura gak tau. Padahal aku yakin sekali dalam hati nya sedang tertawa melihat wajahku marah seperti sekarang.

"Aku malu Alinnnn!!!!!! Ngerti gasih? Kemarin kamu nyuruh aku dateng ke taman tapi kamu nya gak ada. Eh yang ada malah.." Ucapku gugup. Ah intinya aku malu.

"Delano? Haha sengaja. Biar kamu ketemu haha..." Ledeknya yang langsung lari pergi keluar kelas.

Setelah Alin pergi dan aku hanya mendengus kesal melihatnya berlari yang pengen banget aku kejar, males banget.

Baru aja duduk, baru aja mulai bernafas dengan tenang yang diomongin muncul dari pintu kelas. Ohh Tuhan sembunyikan aku untuk sementara.

Kami saling bersitatap untuk beberapa detik. Aku menelan ludah pelan ahh inimah ketauan banget aku gugupnya. Sebelum pada akhirnya dia tersenyum. Tapiii, bukan senyuman sapaan yang kutangkap dari wajahnya tapi senyuman sok ah atau jangan jangan dia meledek ku atas kejadian kemarin sore? Arghhhhhh!

Tiba tiba Alin masuk kelas dengan ngosngosan. "Ihhh Nad kok kamu gak ngejar aku sih, kan aku kaya orang bego jadinya lari lari sendiri" Aku langsung membuang muka kearah Alin. Melototinya.

"Apasih?" Ujar Alin gak mengerti. Aduh aku kode itu lin tersangka ada disamping aku. Harus ngapain ini?. Dan Alin tersentak kaget saat menyadari Delano sedang berdiri disampingku.

"Ehh... Delano. Hmmm mau ngapain?" Ujar Alin yang sekarang tengah berdiri di samping bangku nya. Haha terlihat sekali Alin gugup, biasanya dia seperti ini saat dia sedang berhadapan dengan orang yang dia suka.

Bukan nya malah dijawab Delano malah melengos pergi meninggalkan kami berdua. "Dasar cowok sok ganteng." Rutukku dalam hati.

"Haha sukurin mang enak di cuekin." ujarku sambil terkekeh melihat wajah Alin cemberut memperhatikan punggung Delano yang lama lama menghilang dibalik pintu.

"Ihh sumpah ya tu cowo ngeselin banget. Untung ganteng jadi bawaan nya pengen dipacarin aja." ujarnya lalu melirikku yang mulai mengerutkan dahi heran "hehe engga engga Nad, gak akan aku ambil kok pengeran kamu" ujarnya lalu mencolek daguku usil.

"Ihhh.. apaan sih Lin geli tau gak. Aku tuh gak suka sama dia jadi kalo mau kamu mau sama dia juga silahkan" ucap ku acuh.

"Yakinnn? Gak nyesel? Nanti aku ambil kamu mewek lagi hehe" ledek Alin. Ahh menyebalkan sekali Alin ini.

**

Alin pov'

Sebenarya aku mencintai Delano. Sungguh, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Tapi, melihat wajah merah merona Nadine saat aku meledek soal Delano sudah sangat jelas bahwa Nadine mulai menyukainya.

Sudah terlalu lama Nadine tak mengeluarkan senyuman seperti sekarang ini. Semenjak kakaknya meninggal akibat kecelakaan itu dia sama sekali tak pernah tersenyum, dia selalu diam jika dikelas, melamun seperti orang tak punya semangat hidup.

Aku rela jika harus melihat orang yang aku cintai dan sahabat yang aku sayangi bahagia walaupun aku harus merelakan Delano untuk Nadine.

Sedikit cerita bahwa aku sudah mengenal Delano jauh jauh hari sebelum dia masuk sekolah ini.

____________________________________

*btw saya sedikit ngakak kalo baca ulang, aneh gitu tapi ya gapapalah hehe💕

Next-

DelanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang