Ucapan Delano berakibat buruk terhadap jantungku. Semalaman aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata mengingat kata kata itu. Aku belum sepenuhnya percaya jika ia benar benar serius atau hanya bercanda.Sebelum pulang dari rumahnya kemarin sore, dia sempat bercerita banyak hal tentang keluarga nya. Ternyata dia tahu seluk beluk sekolah dari Dikta kakaknya, dan yang membuatku kaget adalah pandangan baik yang kulihat dari Dikta, salah, dia sedikit bandel ternyata. Tapi semua ditutupi melalui prestasi yang selalu dia dapatkan.
Dan aku bertanya padanya sejak kapan dia punya perasaan mmm suka itu. Haha aku masih ragu bilang itu. Dia menjawab 'sejak tadi'. monster aneh itu ternyata bisa juga masuk secara perlahan. Ke hati. Hanya satu yang aku rasakan malam ini. Aku tidak sabar hari esok.
**
Ntah kenapa pagi ini rasa nya semangat sekali, rasanya ingin cepat cepat disekolah. Apa mungkin gara gara Delano? Ah begitu dahsyat nya efek ucapanya kemarin.
Saat baru menuruni mobil yang mengantarku langsung saja aku berjalan dengan cepat menuju kelas. Masih sepi saat melihat jam yang melingkar ditangan kiriku "oh pantesan aja masih jam segini." Gumamku pada diri sendiri.
Aku tersentak kaget saat ada orang yang memangilku dari belakang. Davinia.
"Hey Dav. Kenapa?" Ujarku saat dia sekarang sudah berjalan sejajar denganku.
"Mmm mau ngobrol boleh? Kita duduk disitu dulu yuk sebentar aja mau gak?" Dia menunjuk kursi panjang dibawah pohon.
"Boleh." Ujarku.
"Aku liat akhir akhir ini kamu deket sama Delano. Apa kalian udah..." Tanyanya saat kami sudah duduk dikursi besi berwarna hijau.
"Eh enggak mmmm.. aku gak ada apa apa kok sama dia." Ujarku sedikit gugup.
"Mm apa kamu tau kalau dia mantan pacar aku?"
"Hah?" Sontak aku melongo kaget mendengarnya. Apa aku gak salah dengar?
"Kok bisa?" Lanjutku. "Eh- maksudnya."Dia tampak mengerutkan kening heran melihatku yang sepertinya kaget berlebihan.
"Kepokok pembicaraan aja ya. Jujur aku masih sayang sama dia. Tujuan aku pindah sekolah kesini adalah dia. Ada alasan kenapa kita berdua bisa putus dan itu terlalu panjang untuk aku ceritain ke kamu sekarang. Suatu saat nanti kamu bakalan tau dengan sendiri tanpa aku kasih tau. Intinya sih aku cuman ingetin kamu jangan pernah ambil dia dari aku." Ujarnya. "Aku mohon jangan buat dia suka sama kamu Nad. Karena aku gak mau ada salah paham antara aku sama kamu, dan aku gak mau pertemanan kita akan berubah." Lanjutnya, aku masih terdiam tanpa kata. Masih belum percaya akan kata kata itu.
"Itu aja yang mau aku omongin. Aku ke kelas dulu." Ujarnya yang kemudian pergi meninggalkan ku yang masih belum menanggapi ucapan yang seperti sindiran secara halus tapi menohok.
Aku menarik nafas dalam dalam berusaha menetralkan pikiran dan hati yang sedikit sakit. Baru saja semalam aku merasa senang tapi harus merasakan sakit yang tidak terlihat seperti sekarang.
Akupun bangkit dan berjalan pelan menuju kekelas. Rasanya sakit tapi jika kufikir ulang apa aku benar benar menyukai Delano? Jika tidak, perasaan apa ini?
Saat tiba dikelas aku tidak melihat sosok laki laki itu, yang kemarin bilang jika ia mencintaiku. Kemana dia?. Saat aku duduk dibangku dan mengeluarkan buku buku dan meletakkan dalam laci, tapi aneh ada sesuatu didalam laci itu. Surat kecil berwarna Ungu muda.
"Surat apa itu?" Ujar Alin yang sekarang duduknya merapat denganku. Penyakit kepo nya kumat.
"Gatau." Kataku. Akupun mulai membuka surat tanpa tanda pengirim itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano
Teen Fiction[PER-PART AKAN SAYA PERBAHARUI, SO KALO LUPA SILAHKAN DIBACA KEMBALI.] Semua berawal dari kecelakaan itu. Kecelakaan yang merubah kehidupan berwarnaku. Kecelakaan yang mampu membuat hidupku menjadi abu abu. Kecelakaan itu merenggut nyawa hero ku, t...