Rachel kini menatap dirinya di cermin. Kini ia tampak berbeda dari biasanya. Lipgloss berwarna pink soft kini bertengger di bibirnya, rambut bagian bawahnya juga dibikin ikal, selain itu kutek berwarna merah muda juga mewarnai kuku-kukunya. Berlebihan gak ya kalo ke sekolah kayak gini?
Karena Evan, ia melakukan ini semua. Sebenarnya, tidak ada pertemuan nantinya antara mereka, tapi Rachel berjaga-jaga saja kalau nanti Evan mengajaknya pergi. Entah, ia hanya ingin tampil sedikit lebih menarik di depan Evan.
Rachel pun pergi keluar kamarnya untuk sarapan. Sebenarnya sedikit malu kalau nanti akan mendengar komentar dari orang tuanya, tapi biarlah.
"Cie... mau kemana sih hari ini sampe dandan segala?" ejek Karina sambil senyum-senyum memandang putrinya.
Rachel sedikit malu "Gak kemana-mana kok, cuma janjian aja tampil begini sama Alya." Ucapnya berbohong.
Fajar terkekeh "Atau mau jalan sama si Evan?"
Mata Rachel membulat, bisa-bisanya papa nya malah menggodanya seperti ini "Ih, apa sih pa, orang gak kok. Oh ya, papa jangan jutek-jutek dong sama Kak Evan." Rachel memanyunkan bibirnya, ia pun duduk di kursi meja makan.
"Kenapa?" tanya Fajar lalu menggigit roti.
"Ya kan takutnya Kak Evan nanti gak mau main lagi sama Rachel."
Fajar terkekeh "Ya gak lah, sayang. Kalo dia emang mau temenan sama kamu, dia gak mungkin main ninggalin kamu aja cuma karena masalah sepele. Lagian papa kan gak siksa dia, jadi apa yang harus ditakutin?" ucap Fajar lalu kembali melahap roti. Bener juga ya, batin Rachel.
"Oh ya Hel, Mang Ujang kan masih belom balik, jadi kamu pergi ke sekolah naik taksi ya, udah mama pesenin kok," Rachel mengangguk, tiba-tiba ia teringat kejadian waktu Evan mengantarnya ke sekolah, membuat Rachel tersenyum-senyum sendiri, walau Fajar dan Karina tidak menyadari senyuman itu.
"Oh ya, waktu hari pertama Mang Ujang gak bisa anter kamu, terus kamu ke sekolah naik apa? Kan kita semua pada lupa kasih tau kamu." Akhirnya Karina bisa melontarkan pertanyaan ini karena kemarin-kemarin ia sudah sibuk dan selalu lupa menanyakan hal ini.
"Hm, aku sama Kak Evan berangkatnya." Fajar dan Karina sontak memandang wajah polos putrinya ini.
Sementara Evan sedang sibuk berbincang di ponsel dengan salah satu pacarnya yaitu Rara "Kamu tuh kemaren kemana aja sih, gak ada kabar?! Kamu sama cewek lain ya? Selingkuh ya kamu?!" pertanyaan sudah berentet diberikan Rara, padahal pertanyaan pertama pun belum sempat Evan jawab.
Evan mengusap tengkuknya "Ga kok sayang, aku kemaren dari rumah temen ku, terus kita kerjain tugas bareng." Ucap Evan setengah berbohong, setengah jujur.
Rara mengernyitkan alisnya "Kamu? Bikin tugas? Sejak kapan? Boong ya kamu!"
Evan menggaruk kepalanya "Gak sayanggg. Ini karena tugas kelompok makannya temen-temen ku nyuruh aku kerja bareng, kalo individu mah aku juga ga bakal mau kerjain."
Rara pun terdiam, kali ini ia percaya pada Evan "Awas ya kamu kalo boong." Ucapan Rara tak terlalu dihiraukan Evan karena telepon kamar apartemen Evan berbunyi, dengan terpaksa Evan pun harus mematikan sambungan teleponnya dengan Rara.
"Sayang, bentar ya, telepon apartemen ku bunyi. Nanti aku telepon lagi, bye." Evan langsung cepat-cepat mematikan sambungan telepon dengan Rara, sebelum Rara semakin ngegas.
Dengan cepat Evan langsung mengangkat telepon yang tepat berada di nakas sebelah tempat tidurnya "Halo,"
"EVAAAN," suara Jessica tengah nyaring di sebelah sana, membuat Evan sedikit menjauhkan gagang telepon dari telinganya "kamu kemana aja?! Dari semalem aku chat, SMS, telpon gak dibales. Tadi, aku telepon ke handphone mu tapi sedang sibuk. Kamu telponan sama siapa hah?!"
Evan menghela napas panjang "Iya, semalem aku ada tugas yang harus dikerjain sama temen-temen, maaf ya gak ngabarin. Kalo tadi aku lagi telponan sama mama." Jawab Evan menjawab satu per satu pertanyaan Jessica.
Jessica memanyunkan bibirnya "Kamu jangan kayak gitu dong, aku pikir kamu lupa sama aku."
Evan terkekeh "Gak lah sayang..." kini Evan menatap layar ponsel nya yang menyala karena ada notifikasi Line masuk, tertera nama Diva di sana,
Diva: van jangan lupa ya nanti mampir ke rumah ;)
Evan pun hanya tersenyum miring di sana.
Rachel sudah sampai di kelasnya sambil memegang tali gendongan tas nya. Ia pun berdiri di dekat Alya, Henny, dan Eva. Melihat Rachel terdiam di sana dengan hal-hal yang berbeda pada dirinya, membuat mereka bertiga tertawa "Lo tumben banget dandan begini? Ada apa?" tanya Henny sambil menahan tawa.
Rachel dengan cemberut duduk di sebelah Eva "Gak apa-apa. Emangnya gak boleh?"
"Ya boleh-boleh aja sih. Kenapa? Lo lagi suka ya sama cowok di sini?" tanya Eva mengintrogasi.
Rachel dengan cepat menggelengkan kepalanya "Gak kok!"
"Iya, sukanya bukan sama yang di sini, tapi sama yang di kampus itu tuhh..." goda Alya pada Rachel, membuat pipi Rachel memerah. "Ih, Alya diem deh." Ucap Rachel dengan lucunya.
"Tapi percuma sih lo dandan di sini, kan si Evan gak ngeliat." Ucap Eva sambil memandang Rachel dari atas sampai bawah.
"Siapa tau dia ngajak ketemuan lagi kayak kemaren, jadinya kan gue udah siap."
Alya tersenyum "Cie Rachel... akhrinya move on juga." Ucapnya lalu mencolek dagu Rachel. Rachel hanya menunduk sambil tersenyum malu.
"Oh ya," tiba-tiba Henny menyeletuk "kemaren si Evan ngajak ngomong lo apaan?"
"Ah iya!" Rachel yang tadinya ingin cerita jadi sempat lupa karena teman-temannya membahas penampilannya hari ini "Jadi ... kemaren itu Kak Evan minta tolong gue buat jadi pacar pura-puraannya."
Eva, Alya, dan Henny serentak menganga lebar "Apa?! Pacar boong-boongan?" ucap mereka yang lagi-lagi serempak.
Rachel menganggukan kepalanya, sedikit malu.
"Terus, lo terima?" tanya Alya.
Rachel mengangguk pelan, semoga saja kali ini teman-temannya tak menyalahkan langkah yang sudah ia ambil.
"Bagus!" ucap Alya "Ini bakal jadi awal yang bagus. Pasti kalian bakal jadian beneran deh nantinya." Ucap Alya sambil tersenyum mantap.
"Sok tau, emang tau darimana?" tanya Rachel yang mencoba tidak mau terlalu terbuai dengan ucapan manis Alya.
"Iyalah, lo sama dia bakal ngabisin banyak waktu nantinya, kalo dia bisa bikin lo nyaman, pasti bisa jadian." Ucap Alya yang yakin seratus persen.
Sementara Evan mengacak rambutnya frustasi, lagi-lagi karena Rachel. Entah mengapa, ia sangat merindukan sesosok anak kecil yang baru saja ia temui sekitar beberapa minggu yang lalu.
Telepon gak ya... Evan sedari tadi menatap layar ponselnya, berharap ada nama Rachel muncul di sana, namun nihil. Evan pun menatap jam sudah menunjukan pukul 7.22. Pasti dia lagi belajar, ah jangan telpon deh. Evan pun berakhir dengan keputusan untuk menemui teman-temannya.
****
comment nya, please?:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet a Playboy
Teen Fiction[ cerita telah diterbitkan; beberapa part dihapus; untuk pemesanan chat line: liza_k ] Gadis berparas cantik dengan wajah lugu, Rachel Diandra, dipertemukan dengan sesosok raja playboy di sebuah club saat ia baru pertama kali ke sana bersama teman-t...