20. Kenalan Kak Evan

64.7K 3.5K 108
                                    

Jari-jari Fajar mengetuk-ngetuk meja kayu di rumahnya, kejadian ini terulang lagi. "Kamu pikir segampang itu dapetin anak saya?"

Evan menelan ludahnya, "E-engga kok om, gak mikir gitu."

Fajar mengangguk-angguk "Kamu sebelum mau jadi pacar anak saya, harus hadepin saya dulu, Evan." Ucapnya lembut namun tersirat ketegasan di sana.

Evan mengangguk kaku. Ia merasa pasrah akan apa yang nanti dilakukan Fajar padanya nanti, "Push up seratus kali."

Mata Evan dan Rachel langsung membulat, "Ih, Papa!"

"Sstt," Fajar meletakan telunjuknya di depan bibir "biarin aja, ayo cepet." Ucapnya dengan wajah senga.

"Bu-buat apa om?" tanya Evan hati-hati.

Fajar berdehem "Saya mau memastikan kalo kamu cukup kuat ngejaga putri semata wayang saya."

Evan dengan kaku pun berdiri, biarin lah, kemauan mertua. Yah, namanya juga TNI, gak jauh-jauh dari push up.

"Di sini om?" tanya Evan gak yakin.

"Iya lah."

"Sekarang?"

Fajar mencebikkan bibirnya, mengerti kekesalan Fajar, Evan langsung melaksanakan kemauan Fajar--push up.

--

"98... 99... 98... 99..." Fajar sengaja tak mau menyelesaikan sampai seratus. Sukurin lo, gue kerjain.

"100!" ucap Rachel, langsung Evan mendaratkan badannya di lantai. Keringat membasahi pelipis dan tubuhnya.

Fajar pun beranjak dari kursinya "Bagus. Siap-siap buat tes fisik berikutnya." Fajar pun berlalu, meninggalkan Evan yang terkulai lemas di lantai.

--

"Makasih ya om, tante." Evan berjabat tangan dengan mereka. Setelah push up, Evan langsung disuguhi makan malam oleh keluarga Rachel. Sebenarnya Evan sedikit ngantuk karena sehabis olah raga lalu makan sampai kenyang, benar-benar membuatnya mengantuk.

"Sama-sama Evan. Sering-sering ke sini ya." Ucap Karina dengan khas gaya keibuannya. Evan hanya tersenyum lalu mengangguk, "Siap tante." Evan pun memasang helm hitamnya dan menaiki motornya. Klakson sebentar, lalu pergi meninggalkan rumah Rachel. Rachel, Fajar, dan Karina pun masuk ke dalam rumah.

"Ih Papa, jangan gitu kek sama Kak Evan!" ucap Rachel kesal dengan dahi berkerut.

"Gak apa-apa. Biar dia gak gampangin kamu." Fajar pun berlalu meninggalkan mereka. Karina menatap Rachel lalu mengusap punggungnya, "Semua bapak itu begitu Hel kalo sama anak perempuannya. Dulu, mama juga gitu kok. Papa juga kenyang di-bully sama Opa." Karina tertawa sendiri mengingat saat ia masih muda dulu.

Rachel terkekeh "Serius ma? Lucu banget sih..." Rachel sedari dulu memang ingin sekali memiliki hubungan dengan pasangannya sama seperti Papa Mamanya. Semoga nanti aku sama Kak Evan bisa langgeng kayak papa mama...

"Iya sayang. Itu artinya Papa sayang sama kamu." Ucap Karina tersenyum membuat senyum Rachel ikut mengembang "Aku tau Ma..."

--

Sementara Evan kini sedang berenang di kolam renang apartemennya. Padahal tadi ia sudah merasa kantuk, namun barusan ia tidak bisa tidur. Ia pun memutuskan untuk berenang di dinginnya malam.

Entah mengapa, hatinya tergerak untuk menelpon Nana, Ibunya. Untungnya saja Nana langsung mengangkat, padahal sudah pukul setengah dua belas malam.

"Halo Ma, kok belom tidur?" tanya Evan, badannya masih di kolam renang.

"Halo sayaaang. Iya Mama masih ada kerjaan yang harus diselesain. Kamu sendiri kok belom tidur?" ini yang paling Evan tidak sukai dari Nana. Mendewakan pekerjaannya dibanding kesehatannya dan... keluarganya.

Meet a PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang