18. Tak Ada Kabar

69.8K 3.8K 186
                                    

mulmed: Rachel sama evan ya hehe

***

Ponsel Rachel bergetar, nama Evan tertera di sana, dengan senyum ia mengangkat telepon itu, "Halo,"

"Gimana? Suka sama bunganya?" tanya Evan sambil duduk di atas motornya.

Pipi Rachel memanas sampai telinga "I-iya kak. Gak nyangka kakak bakal ngasih, hehe. Makasih ya kak."

Evan pun tersenyum "Sama-sama, cil." Entah apa arti cil dari Evan, tapi yang Rachel tahu pasti tak jauh dari kata-kata kecil. Mungkin, bocah kecil?

Rachel terkekeh "Kak Evan dimana sekarang?"

"Di kampus." Ujarnya berbohong, jelas-jelas ia ada di parkiran sekolah Rachel. Sengaja tak mau bilang, takut mengganggu Rachel.

"Boong. Gimana cara kakak nitipin ke temen aku kalo kakak ada di kampus?"

Evan terkekeh "Ada deh. Evan gitu. Anak kecil gak boleh tau," Rachel pun tertawa, "ya udah kamu belajar gih, nanti gurunya masuk loh."

Tepat setelah Evan bilang begitu, Bu Grace pun masuk untuk mengajar Matematika. Rachel menelan saliva nya, "Iya kak, pas banget gurunya udah masuk. Nanti sambung lagi ya kak. Bye." Dengan cepat ia mematikan teleponnya, sebelum ketahuan Bu Grace.

--

Nita-salah satu pacar Evan-memberikan kalung pemberian Evan. Dengan raut wajah serius ia berkata "Kita putus." Evan menghembuskan napas berat. Sebenarnya ia juga tidak apa-apa kalau harus putus dari Nita, namun ia berpura-pura sedih saja.

"Kenapa?" tanya Evan dengan suara beratnya.

"Pake nanya lagi. Emang kamu masih sayang sama aku?" tanya Nita dengan wajah nyolot, karena ia sendiri juga kesal dengan Evan.

Evan menunduk, ia memang tak ada rasa dengan Nita. Bahkan sejak pertama kali pacaran pun ia juga tidak punya rasa, hanya untuk koleksi saja.

Namun tidak untuk Rachel, perasaan Evan pada Rachel lebih dari sekedar mengoleksi. Bukan, Rachel bukan koleksinya. Rachel adalah ratu di hatinya di atas cewek-cewek lain di sekitar Evan.

"Van? Kok gak jawab?" Nita melipat tangannya di dada. Evan pun terdiam dan Nita sudah tahu jawabannya, Evan tak menyayanginya.

Nita mengangguk "Ya udahlah. Ini udah keputusan yang tepat juga." Nita pun pergi meninggalkan Evan, lalu langkahnya terhenti. Hatinya masih tak mau melepaskan Evan. Evan pun hanya terdiam menatap Nita yang tiba-tiba berhenti berjalan.

Nita pun berlari kecil menuju Evan lalu memeluknya. Dahi Evan berkerut, apa maksudnya?

"Tapi aku sayang kamu Van,"

Bahkan, sudah jelas-jelas Evan tak menyayanginya, namun Nita masih menaruh perasaan pada Evan. Masih berharap Evan menjadi kekasihnya. Beginilah kelebihan Evan, entah darimana ia memiliki magnet terhadap cewek-cewek di sekitarnya walau ia sudah menyakiti mereka.

"Please, kasih aku kesempatan biar kamu bisa sayang sama aku." Ucap Nita. Evan menahan tawa, terlalu drama menurutnya. Namun ia mengusap punggung Nita, walau tak selembut saat ia mengusap punggung Rachel.

"Terserah lo Nit." Dan bodohnya Evan masih menerima cewek itu di hidupnya.

--

Dari jam dua siang, tak kunjung ada kabar dari Evan. Chat Line dari Rachel pun tak dibalas. Sampai sekarang sudah pukul 16.30 masih belum ada juga kabar darinya. Sambil menunggu, Rachel pun mengerjakan peer.

Selesai mengerjakan peer pun juga masih belum ada kabar. Ia pun memainkan ponsel nya di atas ranjang dan juga membaca novel-novel di aplikasi Wattpad.

Meet a PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang