Kepala Andita seakan-akan berputar-putar dalam benaknya. Andita yang berseragam putih abu-abu namun dilapisi mantel lembut berwarna krem itu terlihat gelisah. Keringat dingin mulai memenuhi seluruh wajah dan badannya. Tubuhnya seakan akan ingin lari dari apa yang dihadapannya.
Pulpen ditangan kanannya sudah bergetar hebat karena gerakan jari tangan Andita. Pelajaran Biologi Ibu Olivia diacuhkannya. Kini dirinya terpaku akan setumpuk buku didepannya.
Buku Tebal.
Andita benci itu. Ia berusaha menenangkan badannya berusaha rileks namun ketakutannya membuat Ibu Olivia yang duduk dikursi depan merasakan ada yang aneh. Ia pun menatap Andita yang suda berkeringat itu,
"Dita, kenapa kamu?"
Seketika seluruh isi ruagan menatapnya. Dita tergagap ingin menanggapi apalagi tatapan meremehkan yang ia terima dari sebagian isi kelas.
"Ah, aku... ehmm.. aa-kuu.."
Belum selesai ia menjawab, Kinan menyahut.
"Dita Phobia buku."
Ibu olivia yang pertama kali mengajar di kelas itu kaget.
Bagaimana ia akan belajar jika ia takut buku?Ibu Andita menghela napas. "Apa benar dita?"
Andita mengangguk Lesu dan menutup bukunya dibantu Asri --Teman dekatnya untuk menjauhkan Andita dari buku di mejanya.
Ibu olivia mengangguk mengert kemudian bergeser posisi membelakangi Papan tulis.
"Baiklah Dita, pastikan kamu berusaa melenyapkan ketakutan itu karena itu akan menghambat proses belajar kamu. Mengerti?"
Peringatan yanh selalu Andita terima ketika belajar di sekolahnya. Andita mengangguk pelan sebagai jawaban.
Kemudian Ibu Olivia kembali mengajar. Andita pun membersihkan keringatnya menggunakan Saputangan seolah-olah membersihkan sisa-sisa ketakutannya. Lalu Tiba-tiba Rachel --Si ketua kelas menatap remeh kearahnya dan menggerakan bibirnya seolah berkata, "Loser"
Andita tau apa yang diucapkan Rachel. Sudah terbiasa olehnya namun ia mengacuhkannya dan berusaha fokus akan pembelajaran ibu Olivia.
*
"Gila! enak banget."
Asri baru saja selesai makan, ia menepuk perut ratanya sambil bergelorah senang.
Andita yang melihat itu terkekeh geli, "Biasa aja. Lo juga tiap hari makan itu kan."
Asri tersenyum lebar sambil menampilkan giginya. "Yee. Kan itu kemarin-kemarin. Asal lo tau hari ini masakan pak toro enak bangeeett."
Sudah seperti preman, Asri bersandar sambil menaruh lengan tangannya ke belakang kursi.
Andita hanya tersenyum melihatnya sebelum ia dihampiri Eris --Teman Andita yang di kelas sebelah yang kebetulan juga berkenalan dengannya tadi pagi."Dit, Cowok sana titipin ini nih"
Sambil memyodorkan Bingkisan warna merah, Eris langsung pergi.
"Tumben banget si Eris.. Buka cepetan."
Bisik Asri dengan antusias yang penasaran dengan kotak itu Andita kemudian mengangguk pelan dan membuka kotak itu.
Sebuah penampakan mengerikan yang ia dapatkan.
"Aaahh!!"
Andita berdiri dari tempat duduknya begitu juga Asri. Keringat dingin Andita mulai bercucuran, tangannya bergemetaran ketika penutup kotak itu masih ada ditangannya dan langsung jatuh ke lantai.
Asri menghela napas dan menopang tubuh andita untuk duduk di Bangku yang jauh dari kotak yang ternyata berisi Tikus mati berceceran darah dan seekor laba-laba besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regards, Andita
Teen Fiction- - Andita Kanania Ermilangga, Kehidupan Andita menjadi lebih rumit, ketika; 1. Orang tuanya memutuskan untuk bercerai, 2. Ibunya menikah lagi, 3. Memiliki saudara tiri, 4. Pindah ke sekolah baru, dan 5, Dijodohkan oleh ayah tirinya. Ini adalah ceri...