sembilan

2.6K 226 14
                                        

Andita tahu bahwa tak seharusnya ia pulang telat kayak gini. Dan untung saja Mami Kila mau mengantar Andita untuk pulang.

Perasaan Andita yang terus berkata harus pulang ke rumah ibunya, kini Andita tahu kenapa.

Baru saja Andita membuka pagar rumah, Selina keluar dengan mata yang berkaca-kaca. Perasaan menggebu-gebu yang dirasakan oleh Andita, ia menutup mata, takut apa yang akan terjadi.

Sebuah pelukan erat yang ia dapatkan dari Selina. Wanita itu memeluk erat anak gadisnya itu, hingga nyaris menangis. Dan Pras melihat semua itu.

Terdapat rasa lega dihatinya, terdapat pula rasa kecewa dengan Andita yang pulang terlalu sore.

"Kamu kemana aja? udah jam 6 sore." tangan Selina mulai meraba pipi Andita. Selina mulai menatap tubuh Andita yang acak acakkan dan memegang tangan anaknya.

"Ayo masuk, mama udah masakkin makanan. Kamu makan ya?"

Belum saja Andita menjawab, Selina langsung merangkul anaknya dan membawa gadis itu masuk diikuti Pras yang mengacak rambut Andita.

Sesampai di meja makan, berbagai masakan udah ada didepan mata, diikuti langkah kaki Leona dari arah tangga. Leona sendiri udah pulang sekolah sejak jam 2 siang tadi.

Kini tatapannya menatap Andita yang menatap dirinya juga. Leona menaikkan alis nya dan menghiraukan Andita.

Leona berjalan menuju kursi disamping Pras, dan Selina langsung menarik kursi untuk Andita.

"Aku ke kamar dulu."

Andita langsung menaiki tangga dan pergi ke kamarnya, baru saja ia ingin membuka kamarnya, seseorang menarik lengannya,

"Astaga dita! kamu kemana aja?!"

Vano memegang erat kedua lengan Andita dan menatap lekat gadis itu. Andita membalas tatapan Vano dan tersenyum kecil,

"Dari sekolah."

Andita mulai melepas genggaman tangan kakak tirinya, dan berjalan masuk ke kamarnya.

*

"mulai besok, Vano yang bakal nganter kamu."

Aktifitas Andita terhenti begitu saja, disaat Selina mengucapkan kalimat itu, baru saja ia ingin membantah, Leona mendahuluinya.

"Ga, terus aku berangkat sama siapa dong."

Andita merasa puas dengan bantahan Leona, dia pun tidak mau jika harus berangkat bersama Vano maupun Leona.

"Mobil nya muat bertiga, Leona sama Andita satu sekolah kan, ya udah."

Kini Pras menimpali, membuat Andita maupun Leona menghembuskan nafas kasar. Sedangkan Vano, hanya melanjutkan makannya dengan tenang dan tersenyum kecil.

"Besok gue anter ya."

Sesudah itu keheningan menyelimuti mereka, hanya ada suara dentingan alat makan di ruangan itu.

*

Keesokan harinya

Seperti kebiasaan Selina sebelumnya, ia kini menyiapkan sarapan untuk Pras dan ketiga anaknya. Sesaat ia menatap Andita yang tengah melamun yang sedang mengunyah roti selai cokelat kesukaannya.

Selina tersenyum hangat.

"Ayo adik adik, kita berangkat."

Vano turun dari tangga membuat lamunan Andita buyar. Gadis itu langsung berdiri dan meminum teh hangat miliknya, lalu mengambil tas kuning yang ia taruh di kursi sebelahnya.

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang