sepuluh

2.6K 236 11
                                    

Setelah menemui Kepsek, Andita setuju bahwa ia akan masuk ke kelasnya setelah jam istirahat. Sebenarnya Andita tidak tahu harus melakukan apa disekolah itu selang menunggu jam istirahat nanti. Sedangkan setelah ia keluar dari ruang guru, jam masih jam setengah sembilan. Kata Kepsek tadi, jam istirahat pada jam sepuluh.

"Kamu ada kenalan di sekolah ini?"

Andita menatap Kepsek dengan ragu lalu mengangguk, "iya ada."

Kepsek mengangguk, "Baiklah, temui dia dan suruh dia temani kamu."

Andita tercekat, ia tidak tahu harus bertemu siapa. Apakah Leona, atau Devarino.

*

Andita memilih duduk di salah satu bangku di koridor sambil menunggu jam istirahat.

"Koridornya kayak rumah sakit aja, ada bangku kayak gini." pikir Andita sambil tersenyum geli dan berpegangan di bangku yang terbuat dari besi itu.

Sekolah nampak ramai namun tidak ada seorang pun diluar kelas, semuanya berada didalam. Andita seperti mendengar suara yang ingin cepat cepat keluar dari kelas, seperti ingin keluar dari pelajaran matematika ataupun pelajaran membosankan lainnya.

Baru saja Andita mengusap pelipisnya, selintas seorang cowok berlarian di ujung koridor. Andita tidak tahu siapa dia karena dia berlari sepintas, Andita masih menatap ujung koridor dan meyakinkan dirinya bahwa yang ia liat sekilas tadi adalah seorang cowok.

Sekian detik kemudian seseorang berlari kearah koridor Andita berada, dan gadis itu mengerjap matanya, yang ia liat adalah Rino yang tengah berlari sambil sesekali menatap kebelakang cowok itu.

Sesampai didepan Andita, Rino berhenti dan terkejut melihat gadis itu, "Njir ketemu lo."

Rino menghembuskan nafas lelahnya dan ikut duduk disamping Andita, ia menatap gadis itu yang masih tetap diam dalam duduknya. Rino tengah mengatur nafasnya sehabis dikejar Pak Handoko tadi. Pasalnya cowok itu ga sengaja menginjak kaki pak Handoko, bukannya minta maaf malah Rino menyolot,
"Aduh pak kakinya dijaga atuh, kaki gue jadi cinta sama kaki bapak, kesenggol deh." ditambah Pak Handoko lagi badmood, makanya pak Handoko mengejar Rino hingga ujung koridor.

"Lo ngapain diluar?" tanpa memandang Rino, Andita bertanya.

"Dikejar guru tadi, eh, lo ada minuman ga, gue haus bat nih."

Tanpa menunggu sahutan Andita, cowok itu meraih tas Andita yang ada disamping gadis itu, dan menemukan botol air mineral. Tanpa satu dua tiga, Rino meneguknya hingga setengah botol. Ingin sekali Andita berkata kasar, namun melihat Rino yang kehausan, ia tidak tega.

Andita membiarkan Rino minum sampai habis, hingga Rino bisa mengatur nafas dan posisi duduk cowok itu. "Lo sendiri ngapain di luar? harusnya lo udah dikelas jam segini."

"Disuruh Kepsek nunggu sampai kelar istirahat baru gue masuk kelas."

Rino berpikir sejenak, "Emang lo kelas berapa?"

Andita mengangkat bahunya, "Gue lupa nanya, makanya nanti gue balik ke Ruang Guru."

Rino terlihat sumringah, "Gue anter ya." ujarnya sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ngapain?"

"Cari sensasi doang. Karena cowok kayak gue kalo masuk ruang guru keliatan keren, enak aja dianggap anak alim."

Andita mengerutkan dahinya, "Lo emang anak kurang ajar?"

Rino berdecak dan menahan tawanya, "Pertanyaan lo ambigu."

"Pengen aja gitu keliatan alim padahal kurangajar." lanjutnya.

"Ada dua hal dari kata kata lo tadi, lo munafik, dan lo terlalu kepedean." ucap Andita sambil menatap Rino

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang