Dinginnya AC di kamar disebuah rumah dekat lokasi kejadian Andita menabrak Rino, membuat Andita yang tengah terlelap langsung celingak-celinguk sendiri dalam tidurnya.Rino yang tengah membersihkan luka di dahinya menatap Andita lewat pantulan kaca. Senyumnya terukir kecil ketika melihat gadis itu pingsan --lebih tepatnya, tertidur pulas.
Ia memutar tubuhnya dan berjalan ke sofa di dekat kasur yang ditiduri Andita. Ia duduk dan menatap lekat gadis itu sambil berusaha menelan saliva-nya.
Buset dah! yang naruh tuh cewek kok gak nyadar apa, Roknya kan eeerrgghh!
Tak ingin berpikiran lebih negatif, Rino bangkit dari duduknya dan menyelimuti Andita. Sekilas ia menatap wajah gadis itu dan kembali tersenyum.
Kayak pernah liat. Tapi dimana ya?
Rino menggeleng-geleng kepalanya dan tersenyum, Yapastilah pernah. Rino gitu lho perempuan mana sih yang gak ngeliat gue?! Pikirnya dengan kepedeab tingkat tinggi.
Baru saja ia ingin kembali ke sofa, terdengar suara dari kasur Andita.
"Ah!"
Gadis itu terbangun dengan sendirinya, tanpa mimpi buruk apapun. Ia mengatur nafasnya sebaik mungkin dan belum menyadari Rino yang sudah dalam keadaan setengah duduk --Pantatnya yang masih melayang di atas 20cm diatas Sofa (duduk diudara)
Cowok itu sendiri menatap kaget gadis yang baru saja terbangun dan mengerjap-ngerjap matanya.
Andita sendiri ia menyadari jika ia tengah berada di kasur tapi bukan kasur kamarnya. Ia menyentuh selimut yang menyelimutinya membuat ia langsung melempar jauh selimut itu.
Jantungnya bergerak tak karuan, lagi.
Ia mengatur nafasnya dan berusaha untuk tenang. Ia mengatup matanya dan meramas pinggiran kasur.
"Kenapa lo?"
Rino yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik gadis itu, langsung membuka suara.
Membuat Andita menoleh cepat kearah Rino. Matanya menunjukkan tatapan aneh.
"Lo siapa?"
Rino mendelik, "Ish. Ternyata masih ada yang gak kenal gue."
Andita sendiri bingung, "Heh?"
Rino (gak jadi duduk) mendekat kearah Andita, "Rino. Devarino." tangannya terangkat mengajak Andita bersalaman.
Andita hanya menatap tangan itu dan mengerutkan dahinya, "Andita."
Merasa diacuhkan, Rino sendiri mendumel kesal dalam hati dan menarik kembali tangannya menahan malu.
Andita menatap cowok itu, ia tahu betul jika ia pernah bertemu dengan cowok didepannya ini.
Tapi dimana ya?
Tatapannya jatuh kearah Dahi Rino yang perlahan mengeluarkan darah segar. Ah cowok itu belum membersihkan dengan benar.
Segera Andita langsung mengalihkan pandangannya berusaha menahan gugup.
Rino sendiri menatap gadis itu, bingung. "Lo kenapa?"
Andita sesekali melirik wajah cowok "Da, dahi lo, ber berdarah."
Keringat dingin sudah bercucuran di pelipis Andita. Tangannya sudah gemetar, dan detak jantungnya mulai bergerak cepat.
Rino sendiri ia langsung berjalan ke arah kaca di ruangan itu dan mengambil sapu tangan warna kuning dan membersihkan darahnya.
Andita membulatkan mata ketika melihat sapu tangannya berada di tangan Rino, "Hey! Itu saputangan gue."
Rino menatap Andita lewat panulan kaca, "Ya. Ini punya lo gue pungut di jalan tadi."
Andita menatapnya bingung, "Di jalan? emang apa yang terjadi?"
Rino membalik badannya dan melipat tangan didadanya, "Lo bertabrakan dengan gue. Lo jalan pake apa si? kok bisa-bisanya nabrak gue?"
"Lah, mana gue tau lo bakalan nabrak gue."
"Ck."
Rino kembali duduk di sofa sambil menekan dahinya dengan sapu tanga milik Andita.
"Ini dimana?"
Rino menoleh dan mendapati Andita tengah menatap seisi ruangan. "Rumah sepupu gue."
Andita mangut-mangut dan berusaha menahan kegugupannya. Pasalnya, kini keringat dingin sudah membanjiri badannya ditambah sapu tangan miliknya ada pada Rino.
Rino sesekali melirik Andita yang ia tahu tengah gugup, "Lo kenapa?
Andita menatapnya, "Heh? Nggak."
Rino mengerutkan dahi sambil menatap seisi ruangan, "Lo kayak ketakutan. Lo takut,--"
Lalu tatapannya berhenti diudara dan menyeringai licik "Lo phobia8 ruangan kecil gini ya?"
Andita membulatkan matanya, "Kagak!"
Tok.Tok.
Rino dan Andita menatap pintu yang berada diujung kanan ruangan. Rino bangkit berdiri dan membuat tatapan Andita mengikuti Rino yang berjalan membuka pintu.
"Holla! Fanya disini. Didalam udah oke?"
Terdengar suara imut seorang cewek membuat Rino yang berhadapan langsung dengannya mendengus. Andita sendiri mengintip siapa yang mengetok pintu barusan. Dan ia mendapati seorang cewek yang sangat cantik tengah menatap Rino.
Andita menggigit bibirnya, Duhh itu ceweknya gak sih? ah mampus.
"Lumayan Oke. Masuk." Andita langsung diam ketika melihat Rino dengan santainya mempersilahkan cewek itu masuk dan tersenyum manis kearah Andita.
"Hallo. Kamu pasti Andita ya?" Tanya cewek itu setelah sampai dipinggiran kasur Andita. Andita terdiam sebentar ketika menatap Rino dan cewek itu bergantian.
"Tau dari mana?"
"Dari ipod lo. Tertulis Andita." Cewek itu mengeluarkan Ipod warna kuning dan earphone yang masih tersambung dan memberikannya kepada Andita.
Andita menerima barang miliknya dan tersenyum tipis. "Makasih."
"Sama-sama." Ujarnya diakhiri Senyuman manis yang belum pernah Andita liat sebelumnya.
"Aduh, keringet Lo bercucuran dimana-mana. Bentar." Cewek itu berjalan ke sebuah lemari kecil di pinggiran sofa dan kembali dengan sebuah handuk.
"Nih." Ia memberikannya kepada Andita dan tersenyum lebar.
"Makasih sekali lagi. Na-nama lo siapa?" Tanya Andita seraya membersihkan keringat dinginnya.
"Nama gue Fanya. Cewek terimut yang akan menjadi Teman lo."
"Dih! Songong lo Nya!" Teriak Rino dari arah sofa membuat Fanya menatap sebal kearahnya.
"Ye. Lo aja yang iri liat kecantikan gue melebihi gebetan-gebetan sialan lo itu."
Perkataan keras dari Fanya membuat Rino menatapnya dalam diam. "Apa? gue sialan? Bodo" Ujar Fanya tiba-tiba.
Membuat Andita bingung, Dia bicara mah siapa? padahal Rino diam aja.
Fanya menatap lembut kearah Andita, "Gue denger itu." Katanya membuat Andita diam.
Rino menghela napas dan menatap Andita, "Sepupu gue yang satu ini bisa baca pikiran. Hati-hati aja ama pikiran lo."
Kata-kata Rino barusan membuat senyum Fanya melebar lagi.
Aduhh...
Keep Enjoy^^
ps: Maaf ya lama update
pss: Jangan lupa Voment^^
psss: Kependekkan ya? Maaf deh^^
pssss: -
KAMU SEDANG MEMBACA
Regards, Andita
Ficção Adolescente- - Andita Kanania Ermilangga, Kehidupan Andita menjadi lebih rumit, ketika; 1. Orang tuanya memutuskan untuk bercerai, 2. Ibunya menikah lagi, 3. Memiliki saudara tiri, 4. Pindah ke sekolah baru, dan 5, Dijodohkan oleh ayah tirinya. Ini adalah ceri...