lima

4.5K 392 17
                                    


Gadis yang menggunakan dress panjang berwarna krem itu hanya menatap diam seolah-olah tak peduli dengan sepasang kekasih yang sedang mengikat janji suci pernikahan.

Andita, gadis itu tak menyangka pilihannya yang jatuh ke Selina malah membawa Andita ke keluarga yang baru.

Selina dan Pras terlihat sangat bahagia di altar, menghiraukan tepuk tangan meriah para tamu undangan terutama kedua anak masing-masing mereka yang menatap tak suka sedangkan anak yang satunya ikut tersenyum bahagia melihat Pras --ayahnya yang tengah mesra dengan Ibu barunya --Selina.

Andita hanya menatap semua momen itu dari kursi tamu, tak ingin bersama-sama dengan rombongan pengantin. Untung saja Selina memilih tema pernikahan dengan warna krem yang tak jauh dengan warna pernikahan umumnya --warna putih yang ditakuti gadis itu.

Beberapa jam telah berlalu, namun Andita memilih untuk pulang. Ia bosan dengan acara itu, ditambah Adik tirinya yang selalu memandang benci kearahnya.

Ia teringat pertama kalinya gadis itu bertemu dengan Leona, adik tirinya. Penuh tatapan kebencian bahkan saling bersalaman pun hanya setengah detik saja.

Andita pulang sendirian diantar salah satu mobil rombongan. Tapi arah pulangnya bukan ke apartemen melainkan ke rumah barunya --ralat, tetapi ke rumah Pras.

Akhirnya ia sampai dirumah bertingkat dua itu, pekerjaan Pras mampu mencukupi kebutuhan keluarganya bahkan tak segan segan ia memilih hal yang sederhana ketimbang harus membeli rumah mewah seperti milik Ronald.

Andita memasuki pelataran rumah berwarna hijau itu untuk kedua kalinya

Taman bunga yang menghiasi depan rumah, sebuah pohon besar dan kursi taman di bawahnya bahkan kolam kecil di sebelah pagar rumah.

Ia langsung memasuki Rumah itu, yang ternyata terdapat berpuluh-puluh pekerja yang memang ditugaskan berada di rumah itu untuk mengurusi pernikahan Selina dan Pras.

"Hello Andita, kau langsung pulang ternyata. Bosan?"

Andita menoleh dan menatap Ina, pembantu setia keluarga Pras yang baru saja menyapanya. Andita hanya tersenyum dan melangkah masuk ke kamarnya di lantai dua.

Kamar yang dikhususkan untuknya bernuansa kuning, warna favoritnya. Barang-barang pindahannya pun belum ia rapihkan itupun barang bawahannya hanya sedikit, yang lainnya berada di apartemen --tanpa sepengetahuan Selina.

Andita yang masih dengan dress panjangnya langsung berbaring di kasur empuk di kamarnya. Ia menatap langit-langit ruangan sampai ponselnya yang tersisip di clutchnya berbunyi.

Dengan malas ia mengambil ponselnya dan terpampang nama Vano di layar ponselnya. Gadis itu mencibir kesal karena Vano merupakan kakak tirinya --anak Pras yang menurut Andita, sangat sok kenal.

Ia mengangkat telepon Vano dan hanya bergumam.

"Hallo, dita? Dimana? Nih kita semua mau ke resepsi kamu gimana?"

Andita berpikir sejenak dan menghela napasnya, "Gak usah. Dita dirumah."

"Oh okelah, tapi kalau terjadi apa-apa...  Bentar Leona!   maaf, nanti kalo butuh sesuatu telpon kakak aja ya.   Iya-iya Leona!!"

Vano menutup telponnya ketika Leona berteriak memanggil kakaknya itu untuk masuk ke dalam mobil. Ia menggerutu kesal karena kakaknya lebih memilih menelpon Andita ditengah kesibukan mereka.

apa bagusnya sih gadis itu, dasar anak seorang jalang!

Leona mulai mendumel kesal dan merajuk ditengah perjalanan,  Vano yang sudah mengetahui sikap Leona hanya menghela napas dan bersiap-siap membujuk Leona.

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang