enam

4.7K 354 14
                                    

Outfit-nya Andita di mulmed ya, anggap aja di Kaus kakinya ada tulisan SMA PENABUR WIJAYA 😂 *paansih

happyReading^^

Andita menatap pantulan dirinya di kaca yang sudah siap dengan seragam barunya. Seragam SMA Penabur Wijaya mewajibkan warna abu-abu sebagai warna seragam siswa-siswinya.

Dan untuk Andita sendiri, memakai semacam rompi abu-abu sewarna dengan dasi kupukupu dan rok lipat pendek beberapa cm diatas lutut. Untuk bagian dalam rompi adalah kemeja putih bergaris abu-abu di bagian lengan. Dan tak lupa kauskaki Hitam panjang berlogo SMA Penabur Wijaya.

Seragamnya mempunyai unsur warna putih, dan membuat Andita berkeringat dan gugup.

Untung saja di kantung roknya ia sudah menyiapkan Sapu tangan untuk berjaga-jaga jika ia bakal mandi keringat.

Ia pun menghela napas dan menunduk kepalanya, ia tak yakin dengan apa yang akan ia hadapi.

Bagaimana jika mereka membenciku?

Pertanyaan itulah yang Andita tanyakan ke Vano, tapi pria itu hanya berkata, "Yakinlah pada dirimu Dit. Kakak tau pasti di sekolah nanti kamu akan menemukan seorang sahabat yang akan setia menemani kamu. Dan tentu saja seorang cowok."

Niat Vano yang ingin menghibur Andita sukses sudah, senyum Andita mengembang kecil ketika ia mendengar ucapan Vano saat itu.

Ah, Dia sungguh bijak.

Andita mulai berpikir dalam hatinya. Semalam ia sudah memutuskan untuk mempunyai satu teman saja di sekolah barunya dan menjauhkan diri dari yang namanya Pembully-an , karena Andita tau ada Leona yang membencinya di Sekolah itu.

Andita menggeleng kepala ketika mengingat cewek itu, Siapapun dia gue harus berani. Ya, berani Andita!

Tekad Andita sudah kuat, ia pun melangkah keluar kamarnya --di rumah Pras, dan menuruni tangga.

Vano, Selina dan Pras menyambutnya dengan senyum mengembang. "Disitu kau rupanya. Ayo duduk dan kita sarapan."

Perkataan Pras barusan membuat Andita terdiam sebentar, ia menatap Selina yang tengah menaruh susu putih dan tatapannya langsung beralih ke Vano.

Ia menggeleng, "Ga usah om, Andita gak terbiasa sarapan. Andita duluan."

Andita mulai melangkah berniat meninggalkan Selina dan Pras yang baru saja kaget dengan ucapan gadis itu barusan. "Maafin Andita ya.", ujar Selina sambil memijat pelan bahu Pras dan menyuruh Vano mengantarnya.

"Dita!"

Andita menoleh kebelakang dan menatap Vano yang dibelakangnya. Andita memberikan tatapan apa? yang langsung dipahami Vano.

Vano menarik Andita dan membawa gadis itu ke mobilnya, berniat mengantar Andita.

"Lepasin kak. Andita mau jalan aja."

Vano mengerutkan dahinya, "Yakin?"

Andita mengangguk, "Iya yakin. Andita mau jalan aja Bye."

Gadis itu pun keluar dari mobil Vano dan berjalan keluar rumah. Sungguh, Andita belum tau sekolah nya dimana. Ia hanya tau jalan kearah sekolahnya, tapi letaknya yang ia gak tahu.

Ia memakai earphone kuningnya dan Andita memutuskan untuk tetap melangkah menuju jalan yang ia ketahui menuju ke sekolah barunya. Untung saja Bel sekolah masuk jam 08.30 masih ada sejam gue bisa cari sekolah itu.

*

"HOY RINO!! SINI KAMU!!"

"Cabut Dev!"

"LARII DIM!"

Lelaki bernama Rino itu tertawa cekikikan ketika melihat pria gendut yang tengah mengejarnya dengan Dimas, sahabatnya.

Rino tengah membuat kekacauan sepanjang kios-kios di sekitar Trotoar. Bayangkan saja, makanan-makanan ringan ia ambil begitu saja tanpa meminta ataupun membayarnya.

"Eh dasar kau bocah! balikin Chitato saya!"

Sudah dari tadi pria itu meneriaki kedua berandalan itu, namun tetap saja mereka mengacuhkannya.

"Dek, pinjam bentar ya. Dim! lu pake sepeda sana!" Rino meneriaki Dimas sambil menaiki skateboard yang baru saja ia pinjam. Dimas yang diteriakinya langsung mengangguk paham dan langsung meminjam sepeda dari seorang anak kecil.

Dengan sigap, keduanya pun melaju kencang meninggalkan pria gendut yang mulai lelah.

"Hahahahaha."

Keduanya tertawa puas sambil menatap kantungan ditangan Rino yang penuh dengan makanan ringan.

"Buset Dev! lo ambil berapa?"

Rino menatap Dimas dan terkekeh, "Semua kayaknya, hehe."

Dimas tertawa kecil, "semerdeka lo aja deh."

Keduanya mulai melaju melewati trotoar, dengan skateboard dan sepeda.

Dari persimpangan jalan, di trotoar yang terhubung dengan trotoar lainnya nampak seorang gadis memakai earphone sambil melirik kanan kiri.

Gadis itu adalah Andita. Ia mulai kebingungan karena perempatan jalan didepannya.

ah! gue begok banget sih!

Ia mulai merutuki kebodohannya dan mulai berjalan sambil menghentakkan.

"DEV! BURUAN! TELAT NIH!" Dimas meneriaki Rino yang masih dibelakang mengatur laju skateboard yang ia gunakan.

Rino menatap Dimas sekilas dan mencibir, "Iye!" Ia pun mempercepat gerakannya dan mulai melaju melewati Dimas.

Rino melaju bersamaan dengan Andita dari arah belokan kanan. Dan saat Andita yang berjalan dengan hentakan kaki dan Rino dengan skateboard pinjamannya langsung keduanya bertabrakan.

Bruk.

Rino terjatuh dengan berbagai makanan ringan dan skateboard pinjamannya terlempar ke jalan raya membuat semua mata memandangi aksi ceroboh mereka.

Sedangkan Andita, yang terlempar jauh tepat di dekat tiang lalu lintas langsung merasa pusing. Ia menatap sekitar, dan langsung pingsan ketika warga mendekat dan meneriaki gadis itu.

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang