tiga

5.3K 466 34
                                    

Andita berguling kesana kemari di Kasurnya. Hatinya tidak tenang, Dan sedikit lelah. Bagaimana tidak, Menangis 3 jam di Kamar sungguh melelahkan.

Kemudian ia tiba-tiba saja bangkit dari aksinya di kasur dan duduk termenung.

AAAHHH!

Ia mengacak-acak rambutnya kemudian kembali berguling kesana-kemari.

"Ah, lo bodoh!"

Berbagai umpatan ia keluarkan sambil memeluk gulingnya.

Ia menarik selimutnya membungkusi tubuhnya sampai setengah wajah. Gadis itu mencoba untuk tidur, sampai ia mengatupkan matanya berpas-pasan dengan Selina yang baru saja pulang ke rumah dan mendapati Ronald tengah menyambutnya sambil berkacak pinggang.

"Apa?"

Singkat dan jelas, Selina malas berargumen kembali denhan pria itu mengingat kemarin keduanya saling membentak hebat.

"Kenapa tabunganku tinggal segini?"

Dengan tatapan mengintimidasi, Ronald menunjukkan Secarik kertas. Selina merampas kertas itu dan membaca beberapa angka yang tertera. Masa bodoh dengan itu.

"Mana kutahu?!"

Selina memang tak tahu apa-apa, namun nyatanya pikiran Ronald sudah melencang jauh.

"Kamu kan yang habisin? beli apa saja kau? Bir? Gaun malam?"

Tak terima, Selina menatap tajam kearahnya. "Apa yang kau bicarakan, Ronald?"

Selina mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah.

Ronald tersenyum menyeringai, "Kau beli barang haram kan pake uangku? jawab!"

Plak.

Cepat dan tangkas. Tamparan Selina tepat di pipi Ronald.

Ronald kaget, ia meraba pipinya. Tak sakit, tapi tentu saja Ia kaget dengan tindakan istrinya. Ia menoleh Ke arah Istrinya yang sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"APA YANG KAU MAKSUD RONALD?! KAU PIKIR AKU MENGGUNAKAN UANG ITU HANYA UNTUK SENANG-SENANG?"

Ronald menunggingkan senyum liciknya. "Ya siapa tau."

"GILA KAU RONALD. TAK TAHU KAU, JIKA SI ANSELMA LAH YANG HABISIN UANG KITA?!"

"HEH? APA KATAMU? UANG KITA? UANGKUU!"

Sedangkan Gadis yang sudah terbangun beberapa menit yang lalu, sudah berada di posisi paling ia benci seumur hidupnya, duduk di Ujung Kasur sambil menekuk lututnya menahan Tangisnya.

"SEKALI LAGI, SELINA. JANGAN PERNAH SANGKUT PAUT DENGAN ANSELMA. DIA TAK BERSALAH."

"OUCH. LIAT KEPALA RUMAH TANGGA INI. MEMBELA SEKRETARISNYA DI DEPAN ISTRINYA!"

Andita menutup telinganya. Kembali ia tak sanggup mendengar obrolan yang menurutnya sangat menyakitkan hati.

Gadis itu ingin sekali Meneriaki sepasang suami istri di Lantai bawah untuk tak berkelahi lagi. Namun Lidahnya terasa keluh, Bahkan menggerakan kakinya saja ia tak sanggup. Dirinya tertahan karena gemetar tubuhnya, bahkan kasur yang ia duduki sudah bercecaran air mata dan keringat gadis itu.

Hentikan.

Batinnya terasa sakit sekali bersamaan dengan tangisnya. suara seraknya membuat ia lebih tersedu-sedu.

Hikss. Hentikan.

Plak.

Seketika nafasnya tercekat, bahkan hanya satu suara bergema sampai kamarnya, membuat dunia Andita seketika berhenti. Ia tak yakin apa yang ia dengar barusan.

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang