empat

5.3K 442 29
                                    


Cowok berseragam anak sekolah itu nampak terburu-buru melompati dinding pembatas SMA N 12. Dengan secepat kilat ia berlari meninggalkan sekolah itu dan menemui Joni --Temannya.

"Lama amat lu. Gue dah tunggu dari tadi. Buruan, dah telat nih. Lu sih."

Omelan langsung di terima Rino dari temannya itu. Ya, cowok itu bernama Devarino.

"Biasa aja kali."

"Punya gue mana?"

Rino cengengesan sendiri ketika Joni meminta jajanan yang sudah dijanjikan cowok itu kepadanya

"Udah gue kasih ke orang laen."

Joni langsung menampilkan wajah sebalnya. Pasalnya, Rino tadi sudah memaksa cowok berkacamata itu untuk menemani Rino ke sekolah itu.

Bayangkan saja sepuluh menit lagi gerbang SMA Penabur Wijaya bakalan ditutup eh Rino mengajak Joni untuk menemaninya. Sampai-sampai cowok itu berjanji akan memberikan jajanan untuk Joni.

"Buruan! katanya udah telat!"

Ternyata selama Joni merajuk, Rino sudah berjalan duluan. Keduanya pun langsung berlarian menuju mobil honda jazz milik Rino yang terparkir jauh dari sekolah yang baru saja mereka kunjungi, dan keduanya bergegas ke sekolah SMA PW mengingat waktu sudah lewat dua puluh menit jam tujuh pagi.

"Eh betewe, jajanan yang lu janjikan ke gue lu kasih ke siapa?", tanya Joni ketika baru saja turun dari mobil Rino yang sudah terparkir di samping sekolah mereka --SMA Penabur Wijaya.

"Huh? Cewek. Ga tau namanya, tapi lumayan cantiklah dia."

Mereka berdua berjalan beriringan ke dinding pembatas dan menatap dinding itu.

"Lu serius? Gila! kalau cewek lu kasih. lah gue, tega lu No!"

Rino menatap temannya itu dan terkekeh, ia sudah bersiap dalam posisi melompati dinding itu sambil menatap Joni yang berada di bawahnya. Jadi ia duduk di atas dinding pembatas luar dan dalam sekolah.

"Bodo amat. Yang penting gue happy boleh makan rosta lagi. Bayangin kantin SMA Penabur Wijaya, Jajanannya dua kali lipat lebih mahal dari sekolah tadi. Bisa-bisa duit gue terkuras kalau jajan disini."

Joni menatapnya jengkel dan sudah bersiap menaiki dinding, "Yee kayak lu kagak punya duit aja. Bapak lu kan nyatanya orang kaya. Lah cuma segitu doang lu harus repot-repot ke sekolah tadi."

"Lah, gue ntuh cuma hemat duit. Kebayang jajanan disana dua ribu rupiah nah dikantin sini malah lima ribu."

"Ck. cuma seberapa gitu doang."

"Dih kayak lo udah kaya beneran. Mending simpan duit buat hal yang bener.", ujar Rino dengan tampang sok bijaknya.

"Bener apanya. Palingan lu beli rokok setengah bungkus."

Rino hanya tertawa, "Yaelah itu sih pengecualian Jon. Kan secara rokok tuh,--"

"JONI, RINO!!! NGAPAIN KALIAN DUDUK DIATAS SITU?! TURUN!"

"Mampus!" Rino langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya ketika salah satu guru killer disekolahnya memergoki keduanya.

"Lu sih."

Keduanya pun turun dan menghadap Ibu Meyta selaku guru BP SMA Penabur Wijaya.

"Bolos lagi?!"

"Iya bu. Gue dan Rino mampir ke sekolah yang diujung kecamatan tau kan bu? buat,-- adaww!! apaan sih lu!"

Joni yang tengah berbicara langsung dijitak oleh Rino saking jengkelnya ia terhadap mulut temannya itu.

"Buset. Jangan terlalu jujur Jon!", bisik Rino dengan umpatan kesalnya.

Regards, AnditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang