Devarino, cowok berambut hitam legam dengan gaya acak acakannya tengah sibuk merapikan seragam sekolah sambil menatap kaca UKS. Sudah dua kali ia menemani seorang gadis yang tengah terbaring di kasur dengan keadaan pingsan, dan dengan gadis yang sama.Rino mendekat kearah kasur yang ditiduri oleh Andita, sambil menaruh kedua tangannya di saku celana ia tengah berpikir, ga mungkin dia pingsan hanya karena kaget atau apalah itu. Pasti ada sesuatu.
Rino menghela napas, dan berjalan keluar, meninggalkan gadis itu.
"Eh dev, kok bisa dia pingsan?" sesaat setelah Rino keluar, seorang gadis mendekatinya dan bertanya kepadanya.
Rino menatap gadis itu dan mengangkat bahunya, "Gue ga tau"
Bianca, gadis yang kini merasa risau dengan Andita, langsung masuk kedalam UKS
Dirinya memang tidak mengenal Andita ataupun bertemu langsung dengan Andita tapi disaat Andita pingsan, ada gejolak aneh yang Bianca rasakan, seperti itu adalah kesalahannya, membuat Andita kaget dan pingsan.Bianca mendekati gadis itu dan menatapnya lama. Bianca ingin sekali membangunkannya, dan mengobrol dengan Andita. Hanya saja, Bianca bukanlah tipikal gadis sok kenal sok dekat
"Gue kayak pernah ngeliat lo, tapi gue ga tau kapan dan dimana." Bianca seperti bicara pada angin, tak ada yang menyahut. Andita hanya terbaring diam dengan nafas yang teratur.
Bianca langsung bergegas keluar ketika jari Andita bergerak pelan, berusaha sadar dari pingsan. Bianca menemui Rino dan menyuruh cowok itu untuk menemani Andita. Rino menurut dan masuk kedalam UKS.
Andita ternyata sudah setengah sadar, matanya melihat sekeliling dan berdecak kesal. Dirinya harus kembali terbaring ditempat yang ia benci. Andita kembali mengatupkan kedua mata dan langsung terbangun karena suara sepatu seseorang, yaitu Rino.
Andita bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk bersandar di kasur, dan menatap Rino yang melipat tangannya didada, "Lo ngerepotin."
"Huh?"
"Dua kali," Rino mengangkat tangannya dan membentuk dua jari, "Dua kali lo gue temenin lo pingsan." Ucap Rino sambil mendengus.
Andita hanya terdiam dan menunduk, "Gue sama sekali ga minta bantuan lo."
Rino memekik dalam hati, ingin sekali ia ingin berkata kasar namun dirinya mengurungkan niatnya mengingat kondisi Andita.
"Lo itu kenapa sih tadi? Kaget kok bisa sampe sepingsan gitu atau lo ga pernah liat orang berantem ya?" cerocos Rino
Andita hanya terdiam, tak berminat menjawab pertanyaan Rino
"Yaelah malah diam, gue ngomong nih." Rino sudah tidak sabaran lagi, karena dirinya memang udah bosan di UKS dan aromanya.
"Mending lo keluar deh, bacot tau ga."
Andita tidak suka dengan orang yang memaksakan, dia hanya ingin berbaring menenangkan dirinya sendiri. Berusaha mengontrol gerakan nafasnya yang kembali beradu cepat.
Rino pun tidak ingin membuat emosi Andita meledak, ia menurut dan berjalan keluar dari UKS.
Seusai Rino keluar dari UKS, Andita tidak sanggup lagi dengan nafasnya yang sudah sesak sedari tadi. Ia menekan dadanya, terasa nyeri karena jantung yang berdetak kencang. Andita mengambil segelas air yang berada di meja dekat kasur, lalu meneguknya pelan.
Andita tiba-tiba saja merasakan pusing di kepalanya, dan jelas dia sudah berkeringat di dahi dan pelipisnya. Lagi-lagi Andita membenci kondisi dimana ia harus melawan phobianya.
Dengan terpaksa, ia berusaha bersikap tenang dan kembali berbaring, bersamaan dengan Rino yang kembali masuk ke dalam UKS.
Rino tidak tahu kalau Andita baru saja berbaring dan malah membangunkan Andita.
"Dit, bangun, nih gue bawa makanan." Rino mulai mencolek bahu Andita yang tertutupi selimut.
Andita tidak bereaksi, Rino kembali menggerakan bahu gadis itu hingga Andita terbangun.
"Gue pengen istirahat." Andita menatap sebal kearah Rino. Pasalnya, dua detik lagi ia akan tertidur namun cowok itu malah membangunkannya.
Rino segera menaruh tangannya didahi Andita, "Badan lo anget dan muka lo pucat. Lo makan dulu, gue bawa nasi uduk nih." Rino langsung mengambil sebuah bungkusan yang ia taruh diatas meja.
Andita menoleh kearah jam yang berada didinding, menunjukkan pukul 10.48 sehingga mau tak mau dirinya harus makan mengingat Andita tidak sarapan tadi pagi.
Rino mulai membuka bungkusan nasi uduk dan berniat menyuapi Andita, namun gadis itu menolak.
"Ngapain lo nyuapin gue, gue bisa makan sendiri." Andita langsung merebut sendok dan makanan itu dan mulai melahapnya.
Rino tersenyum kecil, dan memperhatikan Andita yang sedang makan. Jujur saja, cowok itu juga belum makan sejak pagi dan harus tertunda karena Andita dan sialnya lagi, ia tidak membeli makanan untuk dirinya sendiri.
Andita merasa dirinya sudah terlalu diperhatikan oleh cowok yang disampingnya, dirinya pun menatap Rino dan ia bisa melihat tatapan Rino yang sudah seperti memelas ingin makan.
"Dev, buka mulut lo coba." Sahut Andita sambil mengangkat sendok yang dipenuhi dengan nasi dan lauk.
Dahi Rino menghenyit, "Napa lo manggil gue Dev?" lalu membuka mulutnya.
Tanpa hitungan, Andita menyuapi Rino dengan sendok yang ia pakai tadi. Rino terkejut dengan apa yang Andita lakukan, ia pun terpaksa mengunyah nasi yang sudah berada dimulutnya karena suapan Andita.
"Karena nama lo Devarino, kalau gue panggil Rino agak gimana gitu, kalo gue panggil Rin berasa nama cewek, yaudah gue manggil aja Dev." Jelas Andita yang kembali memakan makanannya.
"Dan kenapa lo nyuapin gue? kan itu,..."
"Gue mau minta maaf karena udah ngerepotin lo dan ngebuat lo ga makan dikantin tadi." Terang Andita dengan wajah yang bersalah.
Rino mengerti lalu menggeleng, "Gausah, lo ga ngerepotin. Gue seneng ngebantu orang."
perasaan tadi dia bilang gue ngerepotin pikir Andita dalam hati.
"Dan tolong jangan panggil gue Dev, karena ga nyaman buat gue" sambungnya.
Andita mengangguk.
"Yaudah mana lagi suapannya?" tanya Rino bercanda dan tidak berharap Andita akan menyuapinya lagi.
Andita malah tertawa, lantas dia menyuapi Rino lagi.
"Ini yang ga sehat siapa, yan makan siapa" Andita tertawa begitu juga dengan Rino.
Masing-masing tidak menyadari bagaimana kedekatan mereka berdua membuat nafas Andita yang tadi sangat sesak kini teratur kembali seperti normal. Seolah olah mengabaikan warna putih yang menyelimuti ruangan itu dan karena Devarino, pada siang itu, warna putih yang menyelimuti ruangan UKS serasa berwarna warni bagi Andita.
***
Author's note : Sorry for typos :")
Jangan lupa vote dan kasih komentar ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Regards, Andita
Teen Fiction- - Andita Kanania Ermilangga, Kehidupan Andita menjadi lebih rumit, ketika; 1. Orang tuanya memutuskan untuk bercerai, 2. Ibunya menikah lagi, 3. Memiliki saudara tiri, 4. Pindah ke sekolah baru, dan 5, Dijodohkan oleh ayah tirinya. Ini adalah ceri...