Cita-cita

8.6K 180 8
                                    

Jeon Jungkook Pov
"Sedang apa kalian? Dia bukan model disini!" Seru seorang Dokter pria yang bernama Kim Seok Jin, Sunbae ku yang paling tua disini walaupun umurnya baru 28 tahun. Aku tersenyum melihat omelannya itu. Diantara kami bertujuh, Jin Hyung lah yang paling tua dan dia yang paling kesal jika ada banyak perawat, karyawan, atau bahkan pasien yang memandangiku terang-terangan. Hyung bilang, kenapa aku tak jadi model saja? Terkadang Aku membuat mereka kewalahan karena tidak sedikit pasien yang protes karena bukan aku yang mengobati mereka. Aku juga heran, padahal menurutku, Hyung-Hyungku itu juga tampan. Walaupun kadang mereka bertindak aneh tapi mereka dalam kategori pria tampan. But, kenapa hanya aku yang banyak di kejar-kejar pasien? Jawabannya hanya satu!
#Flashback setahun yang lalu.
Aku Jeon Jungkook, usia 22 tahun, bekerja di RS ini baru satu tahun. Hari ini aku mendapat pasien anak kecil yang sungguh membuatku kelabakan. Anak kecil itu selalu menangis keras saat aku akan memeriksanya. Bahkan, ibunya saja tidak bisa menenangkannya. Tanpa pikir panjang, terlintas lah sebuah ide dan ya! Aku menyanyi dengan suara emasku di iringi tarian dan juga sesekali bernyanyi dengan rapp. Awalnya, anak itu hanya diam, dan lama kelamaan dia tertawa melihatku. Saat itu aku tak memikirkan apapun. Asalkan anak ini tak menangis saat di periksa, itu sudah cukup. Ini demi kesehatannya. Anak itu dirawat selama seminggu. Selama itulah aku harus menyanyi dan menari demi bisa memeriksa keadaannya. Tanpa disangka, setiap kali aku bernyanyi dan menari, banyak mata yang melihatku secara sengaja dan cuma-cuma. Perawat, pasien, dokter, dan karyawan yang semuanya hampir perempuan, berdecak kagum setiap kali melihat dan mendengarku bernyanyi. Dan karena itulah aku mempunyai banyak fans dadakan sampai saat ini. Banyak yang sengaja memintaku menyanyi atau menari lagi seperti saat itu, tapi aku menolaknya. Sudah sejak lama aku memimpikan profesi ini. Profesi sebagai dokter.
#Flashback End
"Yang lain dimana Hyung?" Tanyaku.
"Masih memeriksa pasien." Balas Jin Hyung santai dengan memakan coklatnya.
"Aku keluar dulu Hyung. Ada yang terlupa." Ucapku setelah mengingatnya.
"Ne.." Lirih Jin Hyung.
Aku berjalan di koridor rumah sakit dengan sedikit tergesa. Aku melupakan handphone ku di meja kantin. Semoga saja tak ada yang mengambilnya. Itu HP kesayanganku.

Han Yong In Pov
RS selalu ramai seperti biasanya. Dan aku tidak melihat ada dokter yang bisa di katakan tampan. Semua yang kulihat tua-tua dokternya, jadi aku agak kesal hari ini. Biasanya jika aku ke sini, ada 1 atau 2 dokter yang tampan dan keren. Tapi hari ini nihil. Aku berjalan kekantin dan memesan makanan.
Saat aku sudah menerima makananku, ponselku berbunyi dan tertera nama Appa disana.
"Halo Appa.." Sapaku ceria.
"Halo chagi, apa kau masih di RS?" tanya Appa.
"Ne. Eomma belum menjemputku, katanya mau mampir beli kue dulu sebelum ke kantor Appa." jelasku.
"Pantas saja, Eommamu di telfon susah sekali. Pasti terlalu asyik memilih kue." Canda Appa dengan terkekeh. Aku tersenyum mendengarnya, begitulah Appa dan Eomma. Seperti pasangan muda saja yang masih suka bercanda. Tapi aku menyukainya.
"Ne Appa. Oya, Aku makan dulu ya.. Perutku minta di isi Appa. Nanti aku telfon jika Eomma sudah menjemputku." Ucapku diselingi nada santai. Aku duduk disalah satu meja dan meletakkan piringku asal.
"Ne. Makanlah dengan baik. Jaga kesehatanmu." Nasehat Appa.
"Ne, Saranghae Appa." Ucapku manja.
"Nado Saranghae." balas Appa dengan tawa renyahnya. Aku menutup panggilan ini dan segera makan. Dengan lahap aku menghabiskan makananku yang cukup banyak ini. Alhasil perutku benar-benar kenyang.
"Huhh! Kenyangnya.. Apa aku bisa berjalan dengan baik?" kekehku sadar dengan gumamanku sendiri.
Aku beranjak dari kursi ku dan menarik nampan yang ku bawa tadi.
Prakk
Ada sebuah ponsel yang jatuh dan untungnya tidak pecah. Syukurlah. Aku mengambilnya dan mengira-ngira siapa pemilik ponselnya. Tapi ponsel ini di kode. Menyebalkan. Bagaimana aku tahu kalo ini ponsel punya siapa? Ah sudahlah, jika ponsel ini penting, pasti nanti akan ada yang menghubungiku.
Aku berjalan santai dengan sesekali mengecek ponselku. Menunggu panggilan dari Eomma. Aku melihat banyak dokter berkeliaran dan aku selalu suka dengan profesi mereka itu. Dulu aku ingin bisa menjadi dokter, tapi itu tidak mungkin setelah Aku tahu jika aku tidak akan pernah lolos seleksi menjadi mahasiswa kedokteran. Aku mengalihkan mimpiku menjadi pelukis. Menyalurkan imajinasi ku dengan sesuka hati tanpa adanya syarat yang berat. Ponselku berdering di tengah lamunanku. Eomma calling..
"Ne Eomma." Jawabku setelah tahu jika Eomma menungguku di parkiran.
Aku berjalan dengan agak cepat, sampai di persimpangan koridor, aku bertubrukan dengan seorang dokter. Tubuhku terhuyung tapi tidak sampai jatuh ke lantai. Kepalaku sedikit pening karena benturan itu.
Aku membungkuk sebagai permintaan maaf ku.
"Maaf dok, saya sungguh tidak sengaja." Ucapku menyesal. Walaupun bukan salahku seratus persen, aku tetap harus minta maaf. Aku mendongakkan kepalaku saat tak mendapat respon darinya. Saat melihat wajah tampannya yang sedang merapikan letak peralatan dokternya, aku terpesona. Jantungku deg-degan dengan kencang. Walaupun aku suka dokter berwajah tampan, dia berbeda. Aku tidak hanya sekedar suka, karena jantungku juga ikut merespon. Apa ini? Jatuh cinta pada pandangan pertama kah? Ah Molla.
"Ne, gwenchana. Apa anda baik-baik saja?" tanyanya sopan.
"Ne. Saya baik-baik saja." Jawabku senetral mungkin tanpa bisa memelankan detak jantung yang menggila ini.
"Baiklah, saya permisi." pamitnya membungkuk sopan.
"Ne." Balasku ramah.
Oh! Baru saja aku melihat dokter tampan dan mempesona seperti dia. Aku rela datang setiap hari kesini hanya untuk melihatnya. Kekehku dalam hati menanggapi pikiranku sendiri.
Aku melanjutkan jalanku menyusul Eomma.

Doctor LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang