Sick

1.2K 53 8
                                    

Yong In Pov

Yongie, kau bisa tidur duluan. Aku akan pulang larut malam ini. Jam kuliahku harus di undur karena urusan lain. Nanti kita bicarakan lagi. Saranghae, Chagi. – Pesan dari Kookie beberapa menit yang lalu.

Aku menatap layar Hpku datar. Mendesah kesal karena malam ini harus tidur tanpa nyanyian Kookie seperti malam kemarin. Padahal malam ini sudah berniat untuk membahas masalah memasak yang membuat Kookie marah, tapi ternyata Kookie malah pulang larut. -_-

"Urusan apa? Apa ini ada hubungannya dengan yeoja itu?" Gerutuku.

Aku menatap pantulan diriku dicermin. Sungguh mengerikan. Maksudku, lingkaran kantung mata yang membengkak dan wajah yang kusut membuatku takut sendiri untuk menatap diriku di cermin. Mungkin itu bukan aku. Elakku lesu dan segera menuju ranjang. Membaringkan diriku disana dengan berjuta pikiran tentang Kookie.

Meski Kookie pulang larut, setidaknya dia masih mau memberitahuku bukan? Apalagi dia memanggilku Chagi. Mungkin dia sudah tidak marah denganku. Tapi tetap saja! Aku ingin Kookie disini. Hatiku masih bertanya-tanya dengan kejadian tadi siang. Tidak hanya aku yang hutang penjelasan pada Kookie, tapi Kookie juga hutang penjelasan padaku!

Perlahan tapi pasti, aku terlelap karena lelah dengan emosiku. Mungkin masa kehamilanku sedang di uji. Aku harus lebih kuat untuk melewatinya. Pemikiran seperti itulah yang membuatku sedikit tenang dan akhirnya bisa terlelap. Toh, Kookie menyuruhku tidur duluan. Aku tidak salah kan?

Jung Kook Pov

Aku memasuki rumahku dengan langakah pelan. Ini sudah pukul setengah dua belas malam. Biasanya aku paling telat pulang itu jam 10 malam. Aku tak melihat tanda-tanda bahwa Yongie masih terjaga. Sepertinya dia sudah tidur. Setidaknya aku bisa bernafas lega karena dia tidak mengabaikan kesehatannya.

Saat memasuki kamar, aku melihat Yongie yang terlelap dengan wajah lelahnya.

"Sebenarnya apa saja yang Yongie lakukan hari ini? Wajahnya bahkan terlihat lebih lelah dariku." Gumamku pelan sambil mengusap pipinya lembut.

"Chagi, Selama seminggu kedepan, aku akan sedikit sibuk. Mian jika nanti kau merasa sedikit diabaikan. Aku harap kau mengerti." Bisikku pelan tepat ditelinganya. Yongie menggeliat pelan dalam tidurnya. Aku mengecup bibirnya singkat sebelum masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk tidur.

------

"Selamat Pagi, Chagi." Sapaku serak.

"Pagi juga, Kookie." Balasnya canggung.

Aku menghela nafasku pelan.

"Kenapa kau canggung sekali denganku?" Tanyaku lembut dengan memainkan rambutnya. Yongie hanya diam dan menatapku tanpa berkedip.

"Wae? Apa aku sangat tampan pagi ini? Aku tahu itu." Candaku riang. Yongie mengerjapkan matanya beberapa kali dan itu membuatku gemas.

"Kau sudah tidak marah padaku?" Tanyanya takut-takut.

"Aku tidak pernah marah padamu." Jawabku santai.

"Tapi waktu itu..." Ucapnya menggantung.

"Itu karena aku kecewa padamu. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin aku juga salah karena terlalu banyak melarangmu." Jelasku tegas. Mata Yongie sudah berkaca-kaca.

"Mianhae Kookie. Aku benar-benar tak bermaksud bohong padamu. Aku hanya ingin menjalankan tugasku sebagai istri dengan baik." Lirihnya dengan suara bergetar. Aaigoo, aku membuatnya menangis lagi. Ckckck.

"Aku mengerti. Mulai sekarang aku tak akan melarangmu melakukan apapun. Asalkan kau tidak boleh terlalu lelah. Arra?" Tegasku. Yongie mengangguk spontan.

Doctor LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang