Author Pov
Setelah malam pertama kemarin, Yong In telah secara resmi menjadi milik seorang Jeon Jung Kook seutuhnya. Begitu juga sebaliknya. Mereka berdua masih tinggal di rumah Yong In. Selesai makan malam, kedua orang tuanya memberikan sebuah tiket liburan ke Pulau Maldives. Bagi orang yang berstatus sebagai pengantin baru tentu saja itu bukan hanya sekedar liburan biasa, tapi bisa dikatakan sebagai Honeymoon. Bahkan Appa dan Eomma Yong In tak segan-segan menyuruh mereka untuk cepat-cepat punya momongan agar Appa dan Eomma Yong In bisa punya cucu lagi selain dari Hyuni dan Nari. Apalagi Appa dan Eomma Kookie yang belum punya cucu? Eomma Yong In bilang jika Appa dan Eomma Kookie juga ingin segera memiliki cucu. Tentu saja hal itu membuat Yong In dan Kookie merona malu. Mereka belum terbiasa untuk membahas hal-hal seperti itu secara gamblang. Tapi sebagai anak dan menantu yang baik, mereka hanya bisa mengiyakan apa yang diminta oleh kedua orang tua mereka.Yong In Pov
Setelah makan malam selesai, aku mencari udara segar di balkon kamarku. Mataku menatap jauh taman di halaman rumahku yang cukup luas itu. Tak terasa sekarang aku sudah berstatus sebagai seorang istri. Kehidupanku jelas tak bisa sama lagi seperti aku yang belum menikah. Sekarang aku punya suami yang harus aku urus dan aku hormati.
Aku masih memikirkan permintaan Eomma dan Appa yang secara terang-terangan meminta cucu dari kami. Kookie sih senang-senang aja, toh emang dia sudah menanyakan soal anak bahkan sebelum kami menikah. Sedangkan aku masih takut, aku belum terlalu siap menjadi seorang ibu. Bagaimana kalo aku tak bisa jadi ibu yang baik nantinya? Aku tak ingin anakku sengsara hanya karena aku yang tak bisa menjalankan peranku sebagai ibu. Aku takut memikirkannya.
Besok kami harus berangkat ke Maldives. Mulai Besok juga mungkin aku dan Kookie berusaha untuk memenuhi permintaan kedua orang tua kami. Aku menghela nafas ku pelan. Bagaimana pun juga, aku ini seorang istri, aku harus bisa jadi istri yang baik. Tidak lucu juga jika baru satu hari aku menyandang status sebagai istri Kookie tapi aku sudah mengecewakannya. Sungguh aku tak mengharapkan hal itu sama sekali.
Disaat pikiranku masih melayang jauh, dua lengan hangat melingkari pinggangku. Aku bisa merasakan kehangatan yang di salurkan olehnya. Oleh suamiku, Kookie. Dalam hati aku tersenyum. Sepertinya Kookie sudah selesai berbincang dengan Appa.Jung Kook Pov
"Sedang apa Chagia?" tanyaku sambil memeluk pinggangnya mesra. Dia hanya tersenyum miring dan kembali fokus pada pemandangan taman dari balkon kamar kami. Aku semakin mengeratkan pelukanku.
"Kenapa kau tak menjawab ku Yongie?" Bisikku tepat di telinganya.
"Geli Kookie.." Protesnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu jawab aku." Tegasku. Ku letakkan daguku di lekukan lehernya.
"Aku hanya sedang menikmati pemandangan." jawabnya santai.
"Jinjja? Hanya itu?" tanyaku tak percaya.
"Ne." balasnya lirih.
"Apa kau sedang memikirkan ku?" tanyaku antusias.
"Apa aku harus?" tanyanya innocent.
"Jangan meledekku chagi. Aku bisa membuatmu tak berkutik jika terus meledekku." ancamku. Dia hanya terkekeh mendengar ucapanku. Kami menikmati udara malam dalam keheningan. Menyelami pikiran masing-masing dalam diam. Untuk beberapa saat aku menikmati posisi ini. Tapi kurasa udara semakin dingin.
"Sudah mulai dingin. Sebaiknya kita masuk Chagi. Lagi pula kita besok harus ke Bandara pagi-pagi." ucapku lembut masih dengan posisi yang sama.
"Kalau begitu lepaskan pelukanmu, Kookie." perintahnya halus.
"Oh iya, kajja masuk." ku lepaskan pelukanku dan segera menarik jemarinya lembut, kami masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.Yong In Pov
"Segera berikan kami cucu ne? Jangan menunda-nunda karena kami sudah tua." pesan Eommaku saat mengantar aku dan Kookie sampai ke bandara.
"Benar. Berusahalah dengan baik. Kami tunggu kabar bagusnya." Tambah ShiNa Eomma semangat.
Aku hanya tersenyum kikuk. Inikan bandara, jelas banyak orang berlalu lalang. Ah, aku benar-benar salah tingkah mendengar ucapan Eomma dan Eomma mertuaku.
"Tenang saja Eomma. Kami akan melakukannya dengan sangat baik." Ucap Kookie penuh keyakinan dengan tangannya yang sudah memeluk pinggangku posesif. Aku semakin salah tingkah.
"Bagus Kookie. Jadilah Gentleman!" Ucap Appa Kookie semangat.
"Jaga Yong In baik-baik, Kookie." pesan Appa tulus.
"Ne Abonim. Kalau begitu kami pamit." pamit Kookie.
"Kami pamit. Daah.." Pamitku sambil memeluk orang tuaku dan mertuaku bergantian.
"Hati-hati dan selamat bersenang-senang." ucap mereka kompak. Kami tersenyum dan melambaikan tangan.
Tanpa terasa kami sudah sampai di tempat tujuan. Selama di pesawat aku hanya tidur jadi aku tak tau kalo perjalanan kami sudah sampai di Maldives.
Kookie terus menggandeng tanganku erat sejak kami turun dari pesawat sampai kami sampai di resort ini. Aku senang dengan perlakuan manis Kookie, ditambah lagi dengan pemandangan yang memanjakan mata ini. Kebahagiaanku berlipat-lipat ganda.
Lepas dari hiruk pikuk perkotaan yang di rasakan kami setiap hari, nuansa pantai yang dikelilingi air jernih, pasir putih, serta suara daun-daun pepohonan yang melambai tersapu angin terdengar mendayu dapat menjadikan kami sangat terpesona dengan tempat ini. Indah sekali.
"Kau suka?" tanya Kookie yang menatapku dengan eye smilenya.
"Tentu. Ini sangat indah." balasku dengan mata berbinar dan senyum yang merekah.
"Ini baru awal. Banyak keindahan lain yang harus kita nikmati disini nanti." Ucap Kookie semangat.
"Benar. Ah, aku jadi ingin tau apa saja yang bisa kita lakukan di resort ini." ucapku membenarkan.
"Sebaiknya kita masuk dan meletakkan barang-barang kita." Kookie tersenyum dan membawa barang bawaan kami. Aku mengikutinya dengan tangan yang masih di gandeng Kookie erat.
"Siapa yang mandi duluan?" tanyaku setelah kami selesai menata barang bawaan kami.
"Kenapa tak mandi bersama?" tanya Kookie dengan nada menggoda. Aku menelan ludah ku.
"Tidak. Aku tak mau berlama-lama mandinya. Kita harus menikmati pemandangan resort ini dan melihat sunset, Kookie." Tolakku yakin.
"Baiklah, kau dulu yang mandi." Ucap Kookie mengalah. Aku tersenyum puas.
"Gomawo Chagi." ucapku sebelum melesat ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Lovers
FanfictionDari dulu sampai sekarang, aku selalu suka dokter yang memakai jubah putih kebesarannya yang memperkokoh identitas mereka sebagai dokter yang bisa menyembuhkan pasien. Apalagi kalo dokter-dokter itu tampan! Seharian memandang pun tak akan bosan. :-D...