by sirhayani
part of zhkansas
__
"Kalo gue pikir-pikir, Kak Agam cuma modus pake cara itu."
Aku mengerutkan kening karena bingung. "Modus? Pake cara yang mana?"
Lia memasukkan satu bakso ke dalam mulutnya. "Iytuwh, yyang nembuak elo di dephan gelbang sekowlah.""Lo ngomong apaan sih? Nggak jelas, tauk."
Lia terkekeh. Dia menelan makanannya setelah mengunyah makanan itu dengan cepat dan kembali menatapku dengan serius. "Gini, menurut gue, menurut gue ya? Kak Agam manfaatin situasi saat lo dapetin dia lagi ehm. Mana tahu 'kan kalau tuh cowok ternyata ada rasa sama lo."
Aku mendengus malas. "Cewek kayak gue?" Aku menunjuk diriku sendiri. "Nggak mungkin lah. Dia juga bilang alasannya. Dan menurut gue, alasannya itu masuk akal. Gue juga semalem nge-stalk instagramnya tuh cowok. Dan lo tahu apa yang gue dapet?" Lia menggelengkan kepalanya. "Di postingan paling pertamanya dia, ada foto dia dan Kak Agatha. Berdua. Lo kenal Kak Agatha 'kan?"
"Kenal lah, siapa lagi yang nggak kenal dia? Udah cantik, baik, pokoknya the best lah. Banyak cowok-cowok yang naksir dia. Seangkatan kita juga banyak. Lo bisa bayangin nggak, di lokernya dia itu selalu ada cokelat, bunga, dan surat cinta. Full. Palingan semua itu dia kasih ke temen-temen kelasnya."
"Lo tahu dari mana semuanya? Bakat banget lo jadi stalker." Aku menatap Lia heran. Dia sepertinya banyak tahu tentang kisah-kisah di sekolah ini, padahal ini baru hari kedua kami di SMA Bakti Mulya.
Kulihat Lia terkikik. "Ini mah bukan hasil dari nge-stalk. Tapi, hasil dari ngegosip. Kalau lo, gue akuin lo stalker hebat. Lo stalker sejati."
Cih, padahal cewek di depanku ini baru mengenalku kemarin. Kami memang begitu nyambung jika mengobrol, tak heran banyak pembahasan yang sudah kami bahas.
Oke, mengenai stalker sejati dan gosip, menurutku memang dua hal yang berbeda. Dari namanya saja sudah berbeda. Stalker mendapatkan informasi untuk dirinya sendiri, sedangkan tukang gosip mendapatkan informasi dari tukang gosip lain. Aku tertawa tipis. Mungkin perbedaannya seperti itu.
"Nah, gimana kalau kita uji Kak Agam aja?"
Aku menaikkan kedua alisku dan menatap Lia penuh heran. "Maksud lo?"
"Ya, gitu. Gimana kalau lo deket sama cowok?"
"Hah, maksud lo?" tanyaku makin heran.
"Kalau Kak Agam cemburu, dia beneran sayang tuh sama lo. Tapi, kalau enggak, ya emang nggak sayang. Heheh."
Aku mencibir. "Nggak, ah. Emang cowoknya siapa, juga? Entar gue dikiranya sok cantik. Nyatanya enggak." Aku menatap siswa-siswi di kantin. Penuh. Kutatap kembali Lia yang kini terkekeh pelan. "Lo kenapa ketawa gitu?"
Lia menatapku tanpa berkedip. "Lo emang nggak cantik kayak Kak Agatha, tapi lumayanlah kalau lo jadi ceweknya Kak Agam."
"Gue tahu lo mau ngolok gue." Aku berdecak kesal. "Jangan bahas ini deh, ganti topik."
"Gue serius, Dib. Seribu rius malah. Bulu mata lo lentik, gue tahu kebanyakan cowok suka lihat bulu mata cewek yang lentik." Lia menerawang. Beberapa detik kemudian dia menatapku dengan serius. "Gue tahu cowoknya."
"Siapa?" tanyaku penasaran.
"Kak Ghali."
"APA?" Aku segera menutup mulut saat sadar ternyata baru saja aku berteriak kencang. Pelan-pelan, kuperhatikan orang-orang di sekelilingku. Mereka menatapku tak suka. Aku yakin, mereka marah.
"Lo sih!" Lia berdecak kesal. Rautnya yang tadi takut kini menjadi normal. "Gimana? Lo setuju 'kan?"
Aku menatap Lia. "Enggak!" jawabku kesal. Siapa juga yang mau dekat dengan preman sekolah? Lia sudah bercerita panjang lebar tentang Ghali. Ghali sendiri baru kulihat tadi pagi, dia sedang membuat keributan di kelas. Berita lain, Lia bilang Ghali adalah sepupunya.
"Btw, lo kenapa selalunya bilang Agam? Bukan Kak Agam?"
Aku memang sering menyebut Agam daripada Kak Agam. "Kalau sama cowok, gue males pake embel-embel Kakak. Apalagi kalau kelakuan mereka nggak baik. Kalau sama cewek, apalagi baik, gue hormatin mereka lah."
"Lo aneh," kata Lia sambil mengarahkan telunjuknya di jidat. Itu 'kan gila. "Ayo kita mulai, gue nggak sabar pengen nonton drama."
"Dasar gila!" Aku menatap Lia dengan kesal. "Gue nggak mau," lanjutku yang membuat Lia mencibir.
"Ya udah deh. Kita lihat takdir lo kayak gimana nantinya."
___

KAMU SEDANG MEMBACA
True Stalker
Teen FictionAdaptasi True Stalker sudah tayang di Vidio! 🎬 - Aku adalah stalker. Itu sebuah hobi? Bisa dibilang begitu. Tetapi, aku hanyalah seorang gadis SMA yang duduk di bangku kelas X. "Lo udah tahu kelakuan gue di sekolah. Satu cara supaya gue bi...