06

1M 52.7K 1.2K
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

...

"Ini 'kan Kak Agatha," aku bergumam pelan saat melihat salah satu koleksi foto Agam di instagramnya. Oh iya, cowok itu tidak suka narsis. Itu yang kutahu dari berbagai hasil jepretannya di akun instagram miliknya. Agam suka photografi. Semua yang dia foto begitu alami. Pemandangan, orang-orang yang lalu lalang di pinggir jalan, para pengamen cilik yang berada jalan, sampai bangunan-bangunan pencakar langit pun dia foto. Semua hasilnya terlihat keren.

Satu yang membuatku bertanya-tanya, postingan paling awalnya adalah foto dirinya dengan Kak Agatha, siswi kelas XII yang cantik, tinggi, putih, wajah blasteran, seorang model, dan pintar.

Terdengar perfect.

Mungkinkah? Aku menggigiti bibir bawahku. Pemikiranku bahwa Agam adalah mantan dari Kak Agatha membuatku membanding-bandingkan diriku sendiri dengan cewek cantik itu. Selain cantik, Kak Agatha juga ramah. Dia adalah panitia MOS yang membimbing gugusku saat masa orientasi siswa.

Ingatanku tiba-tiba terarah pada kejadian sepulang aku sekolah tadi. Agam mengantarku sampai rumah. Dia tidak mengatakan apa-apa selain menatapku dengan tatapanya yang.... Ah, sudahlah.

Aku menyimpan ponselku di atas nakas. Kubaringkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar.

"Mulai hari ini, lo jadi cewek gue."

Aku tahu, kedepannya, aku akan menjadi bahan gosip para fans Agam. Bahkan aku juga tidak menyangka dia mengatakan hal itu. Tetapi, saat kata-kata itu terulang di memoriku, aku merasa itu sebuah perintah yang tidak bisa aku langgar.

Siapa bilang aku tidak bisa melanggarnya?

Aku akan melanggarnya. Sungguh.

Huh. Agam susah untukku stalk. Rasanya dia begitu dingin. Seperti ada tembok kuat di hatinya, sulit untukku tembus. Dan aku belum tahu siapa pacarnya.

Tunggu!

"Gue bukan?" Mataku tak berkedip sama sekali. Telunjukku terarah di mukaku sendiri. "Ya Tuhan. Hidup gue kok kayak gini sih."

Aku terus menggerutu. Saking geregetnya, aku menggigit bibirku kuat-kuat. Sakit memang. Tetapi, membayangkan diriku jadi bulan-bulanan di sekolah membuatku merinding.
  
Aku menyesal terlalu memedulikan urusan orang lain. Ingin tahu ini, ingin tahu itu.

Aku baru tersadar, setiap apa yang dilakukan manusia akan ada risikonya. Inilah risikoku. Seandainya aku tidak penasaran dengan Agam hingga mencarinya di ruang OSIS, kejadiannya pasti tidak seperti ini.

Seandainya...

***


 

True StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang