by sirhayani
part of zhkansas
__
Ternyata aku dan Lia berada dalam satu kompleks. Hanya saja berbeda blok. Pantas saja wajah Lia tidak begitu asing saat aku pertama kali bertemu dengannya.
Tanganku baru saja ingin bergerak mengetuk pintu rumah Lia, tetapi pintu terbuka dengan cepat.
Mataku melotot.
Dia, seseorang yang saat ini berada di depanku, memakai kaos berwarna merah dengan tatapan datar. Dia adalah Ghali.
Aku meneguk ludah. Sepertinya, belakangan ini aku selalu dihadapkan pada hal-hal yang membuatku kaget.
"Ada..." Aku menggantungkan kalimatku. "Ada Lia, Kak?" tanyaku dengan gugup.
Dia diam dan memilih untuk menghindar daripada menjawab pertanyaanku. Ia menunjuk dengan dagunya sebuah kamar yang berada di lantai dua. "Terimakasih, Kak," kataku pelan.
"Lo siapanya Lia?"
Aku nyaris berteriak saat Ghali memegang pergelangan tanganku. Kusentakkan tangannya yang membuat matanya sedikit membelalak. Aku memegang pergelangan tanganku takut-takut. Efeknya membuatku gugup.
"Temen kelasnya, Kak," jawabku, masih menunduk. Pergelangan tanganku masih kupegang.
"Oh." Dia mengangguk lagi. Perlahan, kudongakkan kepalaku untuk melihatnya. Ternyata dia juga menatapku, entah dari tadi atau tidak. "Lo yang tadi pingsan di sekolah?"
Aku mengangguk pelan. Secepat itu dia lupa dengan tampangku.
"Lo udah mendingan?" tanyanya lagi. Aku mengangguk pelan. "Oh."
Kulihat dia memasuki sebuah mobil sedan. Setahuku, dia tidak pernah membawa kendaraan ke sekolah, selama beberapa hari ini aku di SMA Bakti Mulya.
Aku menghela napas. Sepertinya tak ada siapa-siapa di rumah ini selain Lia. Mungkin kedua orangtuanya masih kerja. Aku pun berlari kecil menuju kamar Lia dan tepat saat aku berada di ambang pintu, pintu kamar Lia terbuka.
"Weis, lo udah dateng ternyata. Gue kirain lo bakalan ingkar."
Aku tertawa. "Enggaklah, gue 'kan nggak suka ingkar janji."
Lia mendorong jidatku dengan pelan, membuat kepalaku terhuyung ke belakang. Dasar! "Eh, gimana selebgram di sekolah?"
Ya, aku ke sini hanya untuk bercerita mengenai Komunitas Stalker se-Indonesia. Lucu ya? Tapi, para stalker tidak ada satu pun yang tahu siapa stalker yang lain. Karena kami sudah berjanji untuk tidak membuka identitas. Kecuali aku membuka identitasku pada Lia, yang notabenenya adalah teman sebangkuku dan baru kukenal beberapa hari ini.
Komunitas Stalker adalah sebuah komunitas yang berdiri setahun belakangan ini, semenjak orang-orang biasa yang terkenal di sosial media merebak.
"Nathalie gimana?" tanya Lia. Aku sibuk membuka laptop di atas kasurnya, sedangkan dia di sampingku. Memang tidak baik menaruh laptop di atas kasur, tetapi aku malas membawa laptop ini ke meja belajar Lia.
"Gue pikir dia ngebet narsis," jawabku spontan. Aku kira ini sudah termasuk menggosipi orang lain. "Followersnya nggak sampai seribu di instagram. Setiap yang like fotonya hanya belasan. Followers twitternya baru puluhan. Dan dia ngebuat twitternya setahun yang lalu. Dia juga pernah jawab ask anon di ask.fm, kalau dia itu nggak punya facebook. Katanya orang yang punya facebook itu alay-alay. Iya sih, kadang-kadang orang berpikiran gitu. Tapi, mereka harusnya sadar kalau facebook itu ibarat nenek moyang sosial media." Aku mengambil kacang goreng yang dibawa Lia dan memasukkan kacang goreng itu ke mulutku. "Tapi, gue pernah iseng nyari nama lengkapnya di facebook, dan gue dapet. Fotonya juga ada. Dia bohong ternyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
True Stalker
Teen FictionAdaptasi True Stalker sudah tayang di Vidio! 🎬 - Aku adalah stalker. Itu sebuah hobi? Bisa dibilang begitu. Tetapi, aku hanyalah seorang gadis SMA yang duduk di bangku kelas X. "Lo udah tahu kelakuan gue di sekolah. Satu cara supaya gue bi...