#4

60 3 2
                                    

Neysa memakai sepatunya dengan cepat, dipundaknya terjepit ponselnya yang juga tertempel ditelinganya.

"Lo beneran ga bisa, Shan?"

"Sorry banget ya, Sa. Gue harus bantu Tante gue nih," jawab Shane dari seberang telepon.

Neysa mendesah, ia juga tidak bisa memaksa Shane menemaninya. "Ya udah deh, bye."

Sambungan terputus. Neysa memasukan ponselnya ke dalam tas kecil slempangnya yang berwarna biru. Setelah memastikan semuanya beres, ia melangkahkan kaki keluar rumah.

Sebuah mobil sudah menunggu di depan rumahnya. Neysa tidak menyangka taksi pesanannya sudah datang secepat itu.

Selama di perjalanan, matanya tak berhenti memandangi jalanan yang ia lewati. Hingga sesuatu membuat matanya membulat sempurna.

"Pak, berhenti pak!" seru Neysa. Saat itu juga taksi yang ditumpanginya berhenti. Beruntung keadaan jalan sedang sepi, jadi tidak menimbulkan kemacetan. Ia bergegas menghampiri orang yang tadi membuatnya berhenti mendadak setelah membayar ongkos taksinya.

Awalnya ia sempat takut salah orang, namun semakin dekat, ia yakin orang itu adalah Jovi.

"Jovi?" yang dipanggil menoleh, membuat Neysa bernapas lega. Dia memang tidak salah orang. "Motor lo kenapa?"

Jovi tersenyum kecil, yang entah kenapa berhasil membuat hati Neysa menghangat. "Mogok,"

"Oh..." mendadak hening, Neysa tidak tau harus berkata apa lagi. Ia juga tidak mengerti tentang masalah motor. Ia pun tidak mengerti kenapa tadi mendadak berhenti di pinggir jalan dan menghampiri cowok itu.

Hingga suara itu memecah keheningan. "Lo mau kemana?"

Neysa menoleh dengan cepat, dengan ragu ia menjawab. "Uhm, tadi mau ke mall cari kado buat sepupu gue. Terus..." ia berhenti, berusaha memikirkan jawaban apa yang tepat. Tapi beruntung Jovi kembali bersuara.

"Kalau aja motor gue ga mogok, pasti gue anterin."

"Kalau motor lo ga mogok, gue ga bakal ketemu lo di sini,"

Eh.

Neysa membungkam mulutnya sendir dengan tangan. Bodoh, kenapa bisa ngomong kayak gitu sih, pikirnya.

Sedangkan Jovi justru tertawa sambil terus mencoba menyalakan motornya lagi.

"Eh, ajaib! Motor gue nyala lagi," seru Jovi, membuat Neysa tergelak, terutama setelah kalimat selanjutnya.

"Gue anterin yuk,"

"Eh?" Neysa hanya mematung. Berusaha meyakinkan kalau yang ia dengar barusan itu tidak salah.

"Ayo, cepet naik, keburu ujan tuh." dengan cepat Neysa langsung menaiki motor Jovi, dan melesat menuju mall yang dituju.

Sesampai di sana, hal yang tidak diduga oleh Neysa adalah Jovi ikut menemaninya, tidak hanya mengantar. Entah kenapa, ia sedikit bersyukur Shane tidak bisa menemaninya. Disisi lain, entah kenapa, Jovi merasa bersyukur motornya mogok.

"Kok lo ikut gue?" tanya Neysa. Rasa penasarannya tidak lagi bisa ia tahan.

Jovi mengangkat alisnya, "ga boleh?"

"Eh, engga. Maksud gue, kirain tadi lo mau pergi, atau ada perlu kemana gitu."

"Engga kok, tadi gue abis latihan basket."

Dahi Neysa berkerut. Rasa penasaran kembali muncul. "Sama temen lo yang waktu itu?"

"Yang waktu itu?" dahi Jovi ikut berkerut, berusaha mengingat siapa yang dimaksud. "Oh, Daren maksud lo?"

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang