#16

36 1 1
                                    

Jovi : Shan, lo dimana? Sampai di rumah dengan selamat kan?

Tanpa bisa ditahan, sebuah senyum terukir begitu saja di mulut Shane ketika membaca pesan dari Jovi. Namun, alih-alih membalas pesan itu, ia justru me-lock kembali ponselnya dan disimpan dalam saku roknya.

Ia mendongak ketika mi ayam pesanannya dan Daren datang.

"Padahal, gue kan mau ajak lo makan bakso."

Shane mendelik, tangannya yang ingin menuang sambal ke mangkuknya pun terhenti. "Mi Ayam Mang Kumis itu paling enak di daerah sini lho, ga bakal nyesel deh," ujarnya sambil terkekeh.

"Ya deh, nurut aja sama Tuan Putri." Daren ikut menuangkan sambal pada mangkuk mi ayamnya lalu mengaduknya. Hingga sekiranya sudah tercampur rata, ia pun melahapnya. Detik itu pun, matanya membulat. Ia mencondongkan badannya ke arah Shane lalu berbisik, "Shan, kayaknya gue bakal nambah satu mangkuk lagi nanti."

Mendengar pernyataan itu, lantas membuat Shane mencibik. "Makanya, percaya sama ucapan Tuan Putri."

Daren memutar bola matanya, tanpa memperdulikan ucapan Shane, ia kembali melahap mi ayamnya. Nyatanya, Mi Ayam Mang Kumis memang enak, tapi Bakso Pakde Teno langganannya tetap menjadi posisi pertama di hatinya.

Di sisi jalan lain, tepatnya di kedai kecil pinggir jalan bernama Bakso Pakde Teno, Jovi dan Neysa sedang asik menyeruput es kelapa yang dipesan setelah perut mereka terisi penuh dengan semangkuk bakso.

"Gimana? Ga nyesel kan?" ucap Neysa sambil mengerling jahil pada Jovi.

Jovi menelan potongan kelapanya, lalu jarinya mengetuk dagunya sambil tampak berpikir. "Ya.. Saya kasih 8 deh."

"Wah, kok Bapak medit nilai sih? Naikin lah, Pak. Kan bonus es kelapa," seru Neysa.

Cowok di hadapannya pun melirik es kelapa di depannya sejenak. "Untuk es kelapa, saya kasih 9,5!"

"Yeyyy!!" teriak Neysa girang sambil bertepuk tangan riuh, menimbulkan lirikan aneh dari pengunjung lainnya maupun dari Pakde Teno. Jovi lantas ikut tertawa melihat keseruan Neysa. Padahal, ia sendiri tidak mengerti apa isi perbincangan mereka.

- - -

Daren memandang dua mangkuk di depannya dengan puas. Perkataannya untuk menambah satu mangkuk nyatanya benar-benar terjadi. Kini ia meraih gelas berisi es teh dan menyeruputnya. Di hadapannya, Shane mendelik.

"Udah puas? Ayo pulang."

Cowok yang diajak bicara pun mendongak, lalu melirik jam tangannya. "Ada yang mau gue bicarain sebentar."

Sebelah alis milik Shane terangkat, "tentang Neysa?"

Daren mengangguk dan pembicaraan serius pun dimulai.

"Menurut lo, rencana gue ini salah ga sih?"

Sempat hening sejenak hingga Shane menjawab, "memperbaiki kesalahan, menurut gue bukan tindakan yang salah."

Daren menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil bersedekap. "Sorry."

Dahi Shane mengerut. "Untuk?"

"Gue tau lo dan Jovi itu saling suka."

- - -

"Yah, ujan!"

Jovi mengulurkan tangannya merasakan tetesan hujan. "Cuma gerimis kok."

"Ga." Neysa menggeleng tegas. "Walaupun cuma gerimis, jalanannya tetep becek. Nanti sepatu gue kotor."

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang