#8

39 1 0
                                    

Daren menegakkan badannya. Tangannya terulur untuk merasakan tetesan hujan.

"Udah mulai reda nih," ucapnya ketika merasakan hanya tinggal beberapa tetes kecil saja yang jatuh dari langit.

Shane ikut mendongak, menatap langit yang kini benar-benar gelap. Ia melirik alrojinya, lalu ikut berdiri.

"Kalau gitu gue pulang ya, Jov. Udah malem juga," kata Shane sembari membetulkan posisi tas selempangnya.

"Gue juga pamit pulang ya," seru Daren sambil mengeratkan jaketnya.

Mata Jovi mengerjap melihat kekompakan dua orang dihadapannya, ia berdiri, lalu berkata, "ya udah. Dar, lo bisa anterin Shane kan?"

Sekali, dua kali, Shane mengedipkan matanya. Lalu ia menoleh pada cowok di sebelahnya. Sedangkan Daren masih berdiri dengan kaku.

"Ha?" tak disangka, seruan itu keluar dari mulut Shane dan Daren secara bersamaan. Menimbulkan tawa kecil dari Jovi.

"Tuh kan, kompak. Tenang Shan, Daren udah jinak kok. Dar, ga apa-apa kan? Lagian rumah kalian searah. Masa lo tega biarin cewek pulang malem sendirian?"

"Eh? Ya ud-"

"Kalau ga mau, biar gue aja yang anter." ucapan Daren langsung dipotong oleh Jovi. Kemudian Shane menyusul.

"Gue bisa pulang sendiri kok," katanya dengan cepat.

Maupun Daren atau Jovi, mereka sama-sama melayangkan tatapan tajam pada Shane, membuat cewek itu terpaku.

"Sama gue aja. Yuk," ajak Daren. Ia sudah melangkahkan kakinya lebih dulu menuju motornya yang terparkir di halaman rumah Jovi, meninggalkan Shane yang bergulat dengan pikirannya. Bagaimanapun juga, ia baru mengenal cowok itu.

Tapi, sebuah tepukan kecil melayang dipundaknya.

"Daren anak baik kok. Atau mau gue aja yang anter?" Shane mengerjap. Dengan ragu ia menjawab, "ga apa-apa, sama Daren aja."

"Oke, btw makasih ya udah mau ke sini. Sering-sering aja," ucap Jovi, senyum tulus pun muncul. "Daren! Gue titip Shane ya, harus selamat sampe rumahnya!" teriaknya pada Daren yang sudah siap dimotornya.

Daren memakai helmnya, lalu mengangkat tangannya dan menunjukan jari jempolnya, sambil berseru, "oke bos! Yuk, Shan. Gue ga gigit kok."

Perlahan, hati Shane sedikit tenang. Walau baru kenal, ia yakin Daren adalah anak baik-baik. Ia pun menghampiri Daren dan menaiki motor cowok itu. Setelah melambaikan tangan pada Jovi, motor pun melaju dan menjauh dari rumah Jovi.

Hening menyeliputi mereka berdua. Shane kembali membetulkan tas selempangnya, menjaganya untuk tidak jatuh. Kemudian memeluk dirinya sendiri. Semilir angin malam sesudah hujan cukup dingin baginya yang hanya menggunakan kardigan tipis. Ia mengedarkan pandangannya. Untungnya mereka sudah mulai memasuki kawasan rumahnya.

"Rumah lo di komplek sini juga?" tanya Shane, sedikit berteriak supaya bisa didengar oleh Daren.

"Iya. Rumah lo di blok berapa?"

"Blok B 2," katanya lagi.

"Lho, deket dong. Gue blok C 1,"

"Oh ya?" gumam Shane.

Kemudian keheningan kembali menyelimuti mereka. Tak lama kemudian, motor milik Daren sudah memasuki blok rumah Shane.

"Rumah lo yang mana?"

"Urutan ketiga, yang pagernya warna coklat."

"Ehm, Shan. Kayaknya semuanya warna coklat deh.."

Shane mengerjap, kemudian memerhatikan sekelilingnya. "Oh iya ya, hehe. Ini yang rumahnya warna putih," katanya sambil menunjuk rumah yang dimaksud.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang