#14

35 1 2
                                    

Shane menatap bayangannya di cermin sekali lagi, memastikan tidak ada yang kurang dari penampilannya.

Detik berikutnya, terdengar teriakan dari bawah yang memanggil namanya. Ia menoleh ke arah pintu sekilas, "iya, Tante, bentar lagi." Lalu gadis itu meraih tas slempangnya dengan cepat dan bergegas menuju asal suara.

Ia menarik napas pendek. Sejujurnya, ia ingin berada di rumah saja sekarang. Rasanya sangat malas untuk pergi bersama om dan tantenya ke acara pernikahan temannya. Karna ia tau, pasti ia akan bertemu Jovi di sana. Dan ia merasa, ia belum siap.

- - -

Apa yang Shane takutkan, benar-benar terjadi.

Bibirnya memaksakan sebuah senyum kecil ketika orangtua Jovi menyapanya saat sampai di gedung pernikahan. Bisa ia lihat juga, cowok itu sedang berdiri tak jauh di belakang orangtuanya, sedang mengambil kue dan minum.

Shane menyalami orangtua Jovi, lalu kembali memaksakan senyum ketika Jovi datang dan tatapan mata mereka bertemu.

"Hei,"

"Hei." Shane balas menyapa Jovi dan menerima minum yang disodorkan sembari tersenyum simpul saat orangtua Jovi beserta om dan tante Shane ijin menjauh untuk menemui teman-temannya.

Awalnya, hanya hening yang menyeliputi mereka berdua selekas ditinggalkan. Namun, Jovi tau, kalau ada sesuatu yang menjanggal dari Shane.

Jovi berdeham. "Mau kue?"

Mendengar suara yang tiba-tiba itu, Shane menoleh, lalu menggeleng. Entah kenapa, saat ini ia tidak ingin berbicara banyak dengan Jovi.

"Shan, kita udah kenal berapa lama sih? Gue tau, ada sesuatu yang lagi lo pikirin sekarang. Apapun masalahnya, gue siap kok jadi pendengar," ucap Jovi. Ia menatap mata Shane dalam dan serius.

Namun, lagi-lagi Shane hanya menggeleng sambil tersenyum kecil.

Berada di kerumunan orang banyak, terutama dekat dengan orang yang saat ini sedang tidak ingin ditemui, lama-kelamaan membuat Shane mual.

Sesekali Shane dan Jovi tersenyum dan menyalami tamu yang kenal dengan mereka. Tapi tetap tidak ada perbincangan diantara mereka.

Shane melangkahkan kakinya untuk duduk sejenak. Jovi mendesah. Sebenarnya ada apa dengan Shane?

Lantas Jovi pun menyusul Shane dan duduk di sebelahnya. Ia menyodorkan kue pada cewek itu, namun ditolak halus. Lagi-lagi membuat Jovi jengah.

Jovi berdeham. Lalu memberanikan diri untuk bersuara.

"Kayaknya, lo dan Daren makin deket. Pdkt, huh?" canda Jovi sembari tertawa kecil. Namun tak terlihat tanda bahwa Shane tertarik. Justru cewek itu malah mendelik ke arahnya.

"Harusnya gue yang nanya sama lo."

Alis Jovi terangkat, sedikit terkejut mendapat nada tajam dari Shane. "Maksudnya?"

Shane menarik napas panjangnya, "Jov, kayaknya Neysa butuh lo."

Kini, Jovi benar-benar bingung. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa aneh dengan pernyataan itu, juga dengan perkataan Daren kemarin saat bermain basket.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang