SATU

13.2K 578 8
                                    

Agatha Stefany. Gadis berkulit putih dan  bertubuh tambun dengan tinggi sekitar 163 cm dan berat hampir menyentuh angka 100 kg. Saat ini Agatha yang sedang duduk di bangku kuliah semester tujuh ini sedang sibuk bersiap-siap untuk melanjutkan pekerjaan yang baru ditundanya selama empat jam.

Skripsi.

Satu kata horor untuk mahasiswa tingkat akhir dalam kuliahnya. Apalagi jika ditambah dengan paket mendapat dosen pembimbing dengan kualitas AAA+ alias standar skripsi yang disusun oleh mahasiswanya harus sangat tinggi. Lengkap sudah.

Harus siap untuk bolak balik ruangan dosen pembimbing hanya untuk mengajukan topik skripsi yang ingin dibahas beserta jurnal-jurnal yang diperlukan. Syukur-syukur yang kita ajuin diterima sama dosbing (dosen pembimbing) kita. Nah kalo ditolak? Alamat harus ulang lagi nyari topik baru beserta jurnal-jurnalnya. Print lagi. Ajuin lagi. Berulang terus sampai akhirnya disetujui sama dosbing.

Begitu juga nasib Agatha yang sudah ke sekian kali mengajukan topik baru untuk skripsinya dan akhirnya diterima dua hari yang lalu sama ibu dosbing yang syalala terkenal mantap. Mantap standarnya.

Agatha baru saja tidur jam empat pagi dan ia kembali bangun jam delapan pagi. Nasib terbiasa bangun pagi. Mau tidur jam berapapun. Paling siang Agatha akan bangun jam delapan. Tidak bisa lebih. Karena terbiasa untuk bangun pagi. Jika tidurnya cukup atau tidak bergadang sampai subuh, pasti ia sudah terbangun pukul enam pagi. 

Selesai beres-beres membersihkan diri dan merapikan tempat tidurnya, ia mulai hendak kembali menyelamkan dirinya di depan laptop dan tumpukan jurnal yang sudah di print nya itu untuk menyusun bab pertama.

Tolong dicatat. Bab pertama. Sedangkan saat ini adalah pertengahan semester tujuh, yang berarti Agatha harus menyelesaikan skripsinya dalam setengah semester yang gak sampai tiga bulan. Skakmat. Checkmate.

Selamat tinggal drama drama Korea yang akan gue cicil setelah selesai uji komprehensif atau yang dikenal sebagai sidang skripsi. Tapi jangan selamat tinggal deh. Sampai jumpa aja. Kan nanti bakal ketemu juga. Sampai jumpa variety show Korea yang kece-kece. Tenang. Kalian semua akan gue cicil beruntun saat semua sudah selesai.

Sampai jumpa acara komedi dan musik Indonesia. Bagaimanapun masih mencintai produk lokal. Ayeee.. Sampai bertemu kembali hingga skripsi tercinta ini selesai.

Kepala Agatha rasanya masih berat sekali rasanya. Penyakit kalau kurang tidur yah begitu. Saat ini ia sedang asik duduk di lantai bersenderkan bibir sofa sambil menyalakan laptopnya di ruang tamu rumah nya yang sederhana itu.

Rumah yang ditempati Agatha bersama ibu dan kakak laki-laki nya itu tidak terlalu kecil. Tapi juga bukan golongan rumah mewah. Rumah sederhana yang letaknya cukup strategis dan tidak terlalu jauh dari pasar. Sehingga dimanfaatkan oleh orang tua Agatha untuk membuka agen kecil-kecilan. Yang hingga saat ini dipegang oleh ibu Agatha.

Rumah yang mereka tempati merupakan satu-satunya peninggalan sang bapak yang sudah meninggal saat ia duduk di kelas sebelas. Rumah yang pada awalnya disewa oleh kedua orang tuanya dari awal mereka menikah hingga beberapa tahun kemudian mereka bisa membeli rumah ini. Jadi secara tidak langsung, rumah itu adalah saksi perjuangan sejak awal pernikahan kedua orang tua Agatha dan juga saksi tumbuh kembangnya Agatha dan kakaknya, Abigail Stefan.

Bicara soal Abigail, kakak laki-laki satu-satunya ini hanya berbeda dua tahun darinya. Saat ini ia sudah bekerja di salah satu perusahaan retail dan baru saja dipromosikan menjadi manager.

Tidak heran jika Abigail bisa menduduki posisinya yang sekarang. Secara dari semasa ia semester lima, Abigail sudah kerja paruh waktu di perusahaan tersebut. Bahkan begitu lulus kuliah, Abigail langsung diangkat sebagai karyawan tetap dan sering dikirim ke beberapa cabang perusahaan yang ada di luar kota. Sehingga sudah setahun ini, intensitas pertemuan dengan kakak nya ini bisa dihitung dengan jari.

unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang