EMPAT

4.6K 269 6
                                    

Agatha mengucapkan terima kasih kepada Ferdinan  yang sudah mengantarnya pulang dan segera melengos masuk ke dalam rumah tanpa berbasa-basi sedikitpun untuk mengajak Ferdinan mampir ke rumah atau sekedar menawarkan satu gelas air putih.

Hingga justru ibu dari Agatha yang kebetulan sedang duduk di teras rumah menunggu kedua anaknya pulang menawarkan Ferdinan untuk mampir sekaligus makan malam.

Ferdinan awalnya menolak secara halus, namun akhirnya menuruti permintaan dari ibunda Agatha dan Abigail itu.

Abigail dan Rizky belum juga pulang ke rumah. Sehingga membuat Agatha dan Ferdinan hanya makan malam berdua saja saat ini. Mereka berdua makan di dalam keheningan. Saking heningnya, suasana di pemakaman saja kalah.

"Gimana Tha skripsi kamu? Sudah sampai mana?", tanya Ferdinan memecah keheningan di antara mereka berdua.

Agatha menatap ke arah Ferdinan sesaat sebelum menjawab pertanyaannya.

"Lagi mau finishing sih kak. Sekarang lagi nyusun bab lima dan tinggal beberapa  peretelan-peretelannya yang belum dibuat.", ucap Agatha sekedarnya. Kemudian mereka berdua kembali terdiam.

"Oh ya Tha. Cowok yang tadi bareng kamu di depan kampus itu, pacar kamu yah? Atau lagi pdkt (pendekatan)?", tanya Ferdinan kembali memecah keheningan.

"Hah? Yang tadi kak? Si Aldo maksud kakak?", tanya Agatha terkejut kemudian tertawa renyah.

"Yah gak lah kak. Mau pdkt gimana, ngobrol aja baru tadi kak. Lagian gak mungkin lah kak.", jawab Agatha singkat.

Ferdinan yang mendengarnya hanya membentuk mulutnya seperti huruf O dan mengangguk-angguk mengerti sambil menyerokkan beberapa sendok sayur ke piringnya kembali.

"Terus sekarang kamu lagi deket sama siapa? Atau sudah punya pacar?", tanya Ferdinan kembali.

"Lagi gak mikirin cinta-cintaan kak. Wasting time banget. By the way kenapa kak Ferdi kayak lagi introgasi aku yah.", jawab Agatha jutek.

"Cuma penasaran saja kok Tha. Tapi aku yakin suatu saat nanti kamu akan mulai berfikir soal cinta kalau kamu sudah jatuh cinta.", ucap Ferdinan setelah selesai menelan makanan yang dikunyahnya.

Agatha mengambil nafas dalam kemudian menghembuskannya kasar.

"Kak Ferdi, ada pepatah yang mengatakan, kalau sudah jatuh cinta, kotoran kucing pun rasa cokelat. Aku sih ogah deh makan kotoran kucing. Ada juga yang bilang kalau jatuh cinta, dunia serasa milik berdua yang lain cuma ngontrak. Aku sih gak masalah dianggap ngontrak yang penting gratis. Ada yang bilang, semua orang berhak untuk jatuh cinta. Tapi kenyataannya itu gak berlaku untuk cewek gendut. Cinta itu ibaratkan seperti naik sepeda. Tidak semua orang bisa naik sepeda dan aku lebih memilih untuk jadi penonton saja.", ucap Agatha panjang lebar.

Ferdinan tersenyum kecut sesaat mendengar jawaban Agatha kemudian mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Meletakkan sendok dan garpu yang digenggamnya di atas piring. Ferdinan menyatukan kedua tangannya di atas meja dan memandang serius ke arah Agatha.

"Kotoran kucing dibawa-bawa. Ntar kucingnya marah loh. Tha.", ucap Ferdinan sambil tersenyum tipis.

"Tha, ketika bicara soal cinta, kamu tidak bisa memilih untuk jatuh cinta atau tidak. Karena cinta itu bisa datang begitu saja. Kalau kamu ibaratkan dengan naik sepeda, memang tidak mungkin semua orang bisa naik di satu sepeda yang sama. Tapi semua terserah si pengendara mau mengajak siapa untuk dibonceng dan terserah juga yang diajak mau dibonceng atau tidak.", ucap Ferdinan sambil menatap ke dua bola mata Agatha.

"Hidup itu selalu dihadapkan pada pilihan Tha. Kalau gendut memangnya kenapa? Gak semua orang memandang fisik lah Tha. Yang penting itu hati Tha. Karena hati yang berbicara. Bahkan gak sedikit kok orang yang lebih memilih pacaran dengan yang gendut. Kalau seseorang memang tulus dan benar-benar cinta, dia gak akan mempermasalahkan kekurangan pasangannya. Apalagi fisik.", ucap Ferdinan kembali.

unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang