TUJUH BELAS

2.4K 166 1
                                    

Abigail melirik adiknya yang baru saja tiba di rumah. Abigail sedang duduk santai sembari berbincang dengan ibunya.

"Ih bu lihat deh penyakit jatuh cinta. Apalagi masih anget-anget tahi ayam bu. Senyum-senyum sendiri pulangnya. Sambil pegangin bibir lagi. Ditambah bibirnya bengkak. Pasti habis muach muach tuh bu. Siap-siap bentar lagi gelar pelaminan bu.", goda Abigail terkekeh yang diikuti kekehan dari ibunya.

Sedangkan yang digoda justru sudah memerah wajahnya sambil melipat bibirnya untuk mencegah bibirnya terlihat bengkak menurut kakaknya itu. Yang justru semakin dianggap membenarkan ucapan Abigail oleh kedua orang itu.

Ibu nya menyuruh Agatha untuk duduk di sampingnya. Wajah Agatha kini memucat ketakutan. Teringat perkataan ibunya mengenai pernikahan jika tertangkap basah oleh sang ibu melakukan sesuatu yang begitulah. Masa iyah, karena ini ia akan dipaksa menikah cepat.

"Kamu tenang aja Tha. Ibu juga pernah muda Tha. Kalau masalah ciuman, ibu juga pernah pas pacaran.", ucap ibu santai membuat Agatha terkejut.

"Yah sebenarnya sih kalau bisa memang jangan. Tapi namanya pacaran kan. Ibu cuma mau ngingetin aja, apalagi kamu kan selama ini belum pernah pacaran. Kamu masih polos sepolos pantat bayi", lanjut sang ibu yang membuat Abigail terkekeh mendengarnya.

"Kalau kamu gak percaya, tanya Abi. Biasanya pacaran kalau sudah melakukan sesuatu, pasti akan meminta lebih. Pertama elus-elus, berani pegangan tangan, meningkat ke pelukan, cium jidat, cium pipi, ntar naik lagi jadi cium bibir habis itu tangan pasangan mulai berani gentayangan buat meraba, kalau perlu langsung menyentuh kulit tanpa ada kain yang menghalangi dan terakhir berhubungan layaknya suami istri.", ucap ibu kembali dengan santai yang diikuti anggukan dari Abigail menyetujui.

Agatha mengernyitkan dahinya mendengarkan ucapan ibunya. Kemudian menyanggah ucapan ibunya itu.

"Tapi Ferdi kan baik bu. Gak mungkin lah dia bakal macem-macem sama aku.", sanggah Agatha.

"Ibu tahu nak. Tapi ibu cuma mau mengingatkan, supaya kalian mengontrol diri saat berpacaran. Namanya manusia, suka lupa. Apalagi kalau sudah khilaf. Ibu tahu Ferdi tidak akan macam-macam sama kamu. Cuma sekali lagi, kalau kalian berdua khilaf kan tidak ada yang tahu. Kamu kan sering denger, kalau ada dua orang dalam satu ruangan, yang ketiganya adalah setan. Lebih baik ibu peringatkan kamu sebelum kebablasan.", ucap ibu.

"Idih si Agtha, mentang-mentang dinasihatin begitu, mikirnya kita nuduh pacarnya macam-macam. Sekarang punya pacar, pacar dibelain bu. Kita mah apa bu. Cuma ngontrak.", sindir Abigail pada prinsip yang dipegang Agatha dulu. Ibu dan Abigail hanya tertawa melihat Agatha yang cemberut dengan ledekan kakaknya itu.

"Iyah bu. Agtha ngerti sekarang. Sering-sering ingetin Agtha yah bu. Biar gak lupa.", Agatha bergelayut manja dalam pelukan ibunya.

"Ih kok cuma berdua sih pelukannya. Ituttttt", ucap Abigail sok manja yang membuat mereka semua tertawa bersama. Membuat Agatha melupakan ketakutan dan kesedihan yang dialaminya hari ini. Semua karena keluarga dan Ferdinan, hidupnya terasa jauh indah dan sempurna.

***

Mira memegang ucapannya dengan tidak pernah membiarkan Agatha sendirian selama di kantor. Membuat Aldo tidak berkutik yang masih mencoba berbicara dengan Agatha selama dua bulan ini.

Sampai di kantor mereka berdua diledeki duo dempet. Di mana ada Agatha pasti ada Mira. Agatha benar-benar beruntung mempunyai sahabat macam Mira. Meski cantik, body aduhai, mendekati sempurna, tidak malu untuk berteman dengan Agatha. Kekurangan Mira hanya satu saat ini. Masih rajin stalking soal Ferdinan.

Kalau sudah cerita soal Ferdinan, Agatha hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Secara Agatha lebih mengenal Ferdinan. Eh Mira bercerita seolah-olah Agatha tidak mengenal orang yang diceritakannya itu. Bahkan persentase Mira bercerita soal Ferdinan dibandingkan Brian, pacarnya sendiri adalah 75 : 25.

unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang