Part7

522 3 0
                                    

***

Overboard-Justin Bieber mengalun lembut di balik headseatnya. Membuat langkah beratnya terasa ringan. Entahlah, lagu-lagu itu selalu bisa menghilangkan sedikit rasa gelisah dan perasaan-perasaan tak enak lainnya yang terendap dalam hatinya.

"Agni!"

Seseorang berlari mengejar Agni. Agni menghentikan langkahnya dan membalikan badan. Memandang siapa yang sedang berlari ke arahnya.

"Hah... hah... gue gue... min..minta maaf!" ujar Shilla berdiri di hadapan Agni sambil mengatur nafas. Ia meletakan telapak tangannya di lututnya. Membungkuk seolah habis berlari dalam jarak ratusan kilo. Ia terlihat begitu lelah.

Agni tersenyum. Lalu melepas headseatnya dan mengajak Shilla duduk di tangga sekolah yang baru saja Shilla naiki. "Gak apa-apa Shil. Gue udah tahu penjelasannya dari Cakka."

"Lo udah baikan sama Cakka Ag?" Tanya Shilla antusias.

"Belum Shil. Tapi lo gak perlu khawatir! Gue gak maafin Cakka bukan karena lo kok. Gue hanya ingin memberikan sedikit pelajaran buat sahabat lo itu. Gak apa-apa kan?"

Shilla mengangguk dan ikut tertawa. Agni tertawa juga. Ia tidak menyangka akan semudah itu kembali dekat dengan Shilla. Entahlah, kenapa ia tidak bisa benci sama gadis satu itu.

"Ag, Shil, lo berdua disini?" Ify berjalan menaiki tangga. Bersama Rio di sampingnya.

Shilla berdiri dari duduknya. "Fy, Alvin bagaimana? Dia baik kan? Semalam gue coba hubungi dia. Tapi gak bisa. Gue minta maaf bange ya?" Ujar Shilla tulus.

Ify tersenyum heran. Pasalnya belum pernah ia melihat Shilla yang biasanya tenang jadi nyerocos seperti ini. "Lo gak salah sama gue kali Shil." Ia memandang Shilla yang langsung memasang wajah lega. "Cakka, Iyel gak masuk ya? Alvin di rumah sakit."

"Hah? Rumah sakit? Kenapa Fy?" tanya semuanya hampir kompak.

"Eits, kompak banget lo pada! Apa sebegitu berharganya seorang Alvin jonathan sampai dia dikhawatirin banyak orang termasuk gue? haha.." Ify mengingat-ngingat bahwa kemarin ia orang paling cemas terhadap keadaan Alvin.

"Ehm, kata siapa gue di rumah sakit?" Alvin dengan santainya berdiri di bawah tangga. Memandang teman-temannya yang terbengong-bengong melihat kehadirannya, terutama Ify.

Ify turun ke bawah. Diikuti oleh yang lainnya. "Ngapain lo ke sekolah? Muka udah kaya mayat hidup juga. Masih aja berkeliaran di sekolah. Udah bagus diam di rumah sakit!" Cerocos Ify pura-pura kesal.

Alvin hanya terkekeh mendengar cerocosan Ify yang menurutnya terlalu berlebihan. "Yaelah Fy, gue baik kali. Kalo urusan pucet, ini tubh bukan pucet, tapi kulit gue kan udah putih dari sononya."

"Lagian mau apa sih lo kesini?"

"Sekolah lah fy! sekalian mau nyelesain urusan gue sama P.O dan kesiswaan, juga anak-anak Osis, tak lupa Ashilla Zahrantiara." Alvin memandang Shilla yang kali ini berdiri dì samping Rio dengan raut wajah yang tidak menggambarkan kalimat.

"Shilla!" panggil Sivia berdiri di samping Alvin. "Gue nyariin lo dari tadi."

"Untuk apa?" "Ini aku mau ini!" Sivia menunjukan kertas biru muda yang langsung mendapat tatapan aneh dari Alvin, Rio dan Agni serta Ify. Tentunya tatapan aneh yang berbeda beda. "Tolong balesin puisi ini ya?"

"Ye, urusan itu entar dulu, sekarang Shilla mau nyelesain urusannya sama gue!" Tanpa izin, Alvin langsung narik tangan Shilla. Menjauh dari semuanya.

Shilla sedikit menengok ke arah Ify dan mendapat anggukan kecil yang artinya tak perlu khawatir.

***

Queen Of Sad Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang