Tak Perlu Ada Akhir

412 5 0
                                    

***

"Selamat malam para ID-Lovers! Masih bersama saya, Raissa Arif Jasmine di 108.9 Idola Fm-Bandung."

Samar-samar suara itu terdengar di balik radio kamarnya yang setiap malam selalu rutin ibunya nyalakan hanya untuk gadis itu dengarkan suara di baliknya

"Baiklah.. Sebenarnya Acha punya banyak skrip cerita yang begitu menarik. Tapi, malam ini Acha ingin menemani para ID-Lovers dengan cerita yang lebih menarik.. Cerita yang dibuat oleh sahabat Acha, Sivia Azizah. Hm.. Semoga kalian menikmatinya.. Keep Listening.."

Mata gadis itu tertutup. Menyimak cerita yang akan dibawakan penyiar radio itu.

***

Tinta-tinta itu mengering tanpa alasan yang jelas. Menghentikan alur yang bahkan tak sempat menemui pembatas akhir.

Semuanya terasa senyap dan sunyi. Hanya detik demi detik yang diciptakan jarum merah yang merayap di dinding ruangan yang tampak samar.

Gadis itu menatap nanar sebuah buku dengan sampul biru langit di halaman depan dan sampul hitam di belakangnya. Tampak kusam dan berdebu. Perlahan jari jemarinya yang lancip meraba buku itu. Membekaskan noda-noda di balik kulit putihnya yang sudah tak terurus. Dengan sangat hati-hati ia membukanya.

Halaman pertama masih berwarna biru. Menjadi background untuk foto yang menempel di baliknya. Foto seorang pemain bola terkenal. Christiano Ronaldo tengah tersenyum manis kepadanya. Namun tak juga mampu membuat gadis itu membalasnya.
Ia berpijak pada saat itu. Masa lalu di saat kau masih dapat menemukan senyuman indahnya..

05 Mei 2011

"Siviiaaa...!"

Teriakan itu cukup mengusiknya yang begitu menikmati udara bergerak bersama tokoh-tokoh cerpennya di taman belakang sekolah sore itu. Tempat yang menyimpan lebih dari beribu-ribu ketenangan dan kenyamanan untuknya.

Ia alihkan titik fokus matanya pada seorang anak laki-laki berwajah oriental yang sudah berdiri di hadapannya. Cukup menengadah karena ia sedang dalam posisi duduk "Kau selalu mengagetkanku, Alvin!" komentarku.

Anak laki-laki yang dipanggil Alvin itu hanya tersenyum. Lalu duduk di hadapannya, mengganggu sedikit rumput-rumput taman yang sedang asyik bergoyang-goyang mengikuti irama sang angin karena berhasil Alvin duduki.

"Via! Aku punya sesuatu untukmu." kata Alvin membuka tas hitam putihnya "Taraa!!" ia menunjukan sebuah buku bersampul biru muda dengan semangat.

Sivia tersenyum senang. Bukan karena buku itu, karena ia sudah punya banyak buku yang seperti itu. Tapi karena yang memberikannyalah yang memicu tumbuhnya rasa bahagia dalam kamar hatinya.

"Untukku Al?" tanyanya sambil meraih buku itu.

Alvin mengangguk "keep writing selalu! Ok.. Penulis hebatku?" ujarnya sambil mengacak-ngacak foni Sivia manja.

Lagi-lagi Sivia hanya tersenyum sambil menyisir foninya dengan jari jemarinya. Ia sudah terbiasa dengan aksi temannya yang mengaku menggilai olahraga sepak bola itu "Aahh Alvin! Aku sudah sisiran.." protes Sivia sambil menggelitiki pinggang Alvin.

Alvin tertawa geli "Hei.. Hentikan Via! Via sudahlah! Geli nih!!" seru Alvin di sela tawanya karena Sivia semakin hebat melakukan aksinya.

"Ayo rasakan ini!" Sivia ikut tertawa.

"Via.. Haha..tolong hentikan! Ampun Via! Ampun!!"

Sivia menarik tangannya dari pinggang Alvin begitu ingat sesuatu. Alvin megap-megap, mengatur nafas. Seolah sudah maraton jarak jauh, dadanya naik turun dengan cepat.

Queen Of Sad Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang