Last Part

652 6 0
                                    


"Alvin paling suka lihat matahari senja. Warna kuning cerahnya menyebar memberi warna pada awan-awan sirus yang indah. Ia pernah bilang, ia ingin hidup dan memberi warna baru kepada orang di dekatanya." Kata Ify menyandarkan kepalanya di pundak Cakka saat mereka duduk berdua di taman kota.

Cakka tersenyum. Membayangkan Alvin. Membayangkan terakhir kalinya ia melihat matahari senja setelah seharian bermain basket bersama Alvin dan yang lainnya.

"Dulu Alvin yang duduk bareng gue disini. Menikmati angin sore sampai malam setelah gue dan dia nonton Harpotbareng-bareng"

Cakka masih diam. Mendengarkan kelanjutan cerita Ify. Jujur hatinya merindukan sosok Alvin. Sosok yang ia kenal tidak pernah menyerah. Sosok yang peduli terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Dia yang berjiwa besar
dan selalu mengalah. Dia, Alvin, sahabatnya yang hampir tiga minggu ini menghilang bak ditelan segitiga bermuda.

"Cakka!"

Ify menjauhkan kepalanya dari pundak Cakka. Kemudian memastikan siapa yang berdiri di belakangnya. "Agni? So, sorry gue..." ujarnya terbata.

Agni tersenyum kecut. Air matanya sudah membanjiri pipi putihnya. "GUE BENCI LO KKA!" Katanya berlari meninggalkan Cakka dan Ify.

"Kenapa lo diam aja? Kejar Agni Kka! Cepat kejar!" Support Ify begitu melihat Cakka diam saja.

Cakka tersenyum tipis. Menatap Ify dalam-dalam. Sejurus kemudian ia memeluk Ify kuat-kuat. Membuat Ify kaget dengan tindakan Cakka.

Mereka larut dalam dekapan itu selama beberapa saat. Ify benar-benar tidak berkutik. Ia merasa ada sesuatu yang menurutnya aneh. Entah apalah itu.

"Kka! Lo demam ya? Kok tubuh lo anget sih?" Kata Ify polos begitu tangannya menyentuh lengan Cakka.

Cakka melepaskan pelukannya. Lalu menggeleng pelan. "Pulang Yuk! Udah sore." Ajak Cakka.

"Ya udah, gue juga pengen online nih. Rasanya udah lama gue gak berpetualang di dunia maya. Kayaknya,facebook sama twitter gue udah lumutan deh. Haha.." Ify tertawa pelan.

Cakka yang melihat tawa Ify sedikit lega. Ia tersenyum menatap Ify. Tawa yang selama Alvin pergi, tertutup rapat, kini terlepas kembali. Meski tidak begitu lepas.

Sory Kka, gue udah nambah beban buat lo. Gue janji akan lebih tegar untuk ini. Demi Alvin dan demi lo. Batin Ify.

***

Semuanya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Di tempat yang berbeda dan dalam keadaan yang berbeda pula.
Ify yang saat ini sedang menekuni cairan-cairan kimia di lab bersama teman-temannya yang lain. Tampaknya ia lebih fresh dari dua minggu sebelumnya. Ia merasa ingin segera mengakhiri pelajaran ini. Ada sesuatu yang ingin ia tunjukan pada teman-temannya.

Sementara Agni dengan sangat malas, mendengarkan ocehan gurunya mengenai atom, hukum-hukum newton, grafitasi, magnet, hukum ohm, dan teori-teori fisika lain yang sudah berpuluh-puluh kali dipelajarinya dari SD dulu.

Sama halnya dengan Cakka, Iyel, Shilla dan Sivia yang masih bergulat dengan latihan soal sosiologi yang hampir seabrek. Membuat mereka nyaris pingsan saja.

Memang, tak ada yang betah duduk berlama-lama di dalam kelas. Rasanya mereka ingin segera pulang, meskipun setelah ini mereka akan terpojok di ruang osis karena tadi pagi Iyel meminta mereka untuk berkumpul.

Tapi, seberapa malas, membosankan dan membingungkan, mereka tetap seorang pelajar yang berkewajiban mengemban tugas untuk bekal menggapai mimpi mereka di esok hari.

***

"Lho, anak-anak osis yang lain mana Yel?" tanya Ify yang waktu itu baru sampai di ruang osis dan hanya melihat Cakka, Agni, Shilla, Sivia dan Iyel sendiri.

Queen Of Sad Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang