***
"Coba deh kamu fikirkan! Berapa banyak bayi yang lahir ke dunia ini di luar nikah? Baik itu akibat pemerkosaan, kumpul kebo, pernikahan yang tidak sah, perzinahan..."
Gadis berseragam putih abu itu, tampak menikmati berbagai hidangan di restauran Jepang sore itu. Sesekali ia memfokuskan pandangannya pada laptop hitam polos yang berdiam diri di sampingnya, membaca puluhan artikel yang baru saja selesai didownloadnya.
"Sudahlah Dea! Aku itu bosan tahu dari tadi diskusiin hukuman ini. Lagian kita bisa copas artikel punya orang bukan?"
Seorang laki-laki yang kini duduk di hadapan gadis yang rupanya bernama Dea itu, berprotes-ria sambil menutup laptop gadis itu.
Dea mendesah berat. Menatap laki-laki itu serius "Ayolah Mario! Siapa coba yang nyiptain hukuman ini? Kamukan?"
"Ya, tapi kenapa gak si Japanesse aja yang nyelesain hukuman ini? Toh dia yang memulainya." laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Mario itu tetap bersikeras menentang pendapat Dea untuk menyelesaikan artikel yang ditugaskan oleh guru sosial mereka akibat dari pelanggaran yang mereka ciptakan di lingkungan sekolah 3 hari yang lalu.
[flashback]
Tatapan menikam yang terciprat di balik bola mata bening itu, benar-benar menciutkan adrenalin seorang gadis yang kini berdiri sejajar dengan laki-laki itu. Tubuh mereka sangat dekat! Sehingga terlihat seperti adegan tidak wajar yang mereka lakukan di loker sekolah.
"Dengar ya! Kamu tidak berhak memvonisku seperti itu!" ujar laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Kemarahan dan kebencian benar-benar tercoret dalam gurat-gurat wajahnya.
Gadis itu mundur beberapa langkah hingga tubuhnya tersandar di balik loker. Tatapannya tak kalah tajam. Namun tak dapat dipungkiri rasa takut melesat-lesat dalam hatinya.
"Alviiinn!"
Teriakan seseorang disusul dengan pukulan yang menghantam pipi kiri laki-laki yang dipanggil Alvin itu, sesaat membuat keadaan menegang menjadi lebih surut.
"Rio!" gadis itu berhambur ke dalam pelukan Rio. Menenangkan dirinya yang baru saja dihantam ketakutan akibat ulah Alvin.
"BR##@Z?K KAMU AL!!" seru Rio berusaha menenangkan gadis itu yang notabennya adalah pacar Rio "Apa yang kamu lakukan sama Agni Hah?"
Alvin berdiri. Menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Sedikit senyuman tergores di balik rasa perih yang menjadi teman di sekitar wajahnya. "Menurutmu? Apa yang aku lakukan sehingga membuat pacarmu menangis seperti itu kalau bukan memaksa bibirnya menempel pada bibirku..?!" cibir Alvin masih memamerkan senyumannya. Ia memandang Agni dan Rio puas.
Tanpa fikir panjang, Rio melepaskan pelukan Agni dan segera menyerbu tubuh Alvin, membanjiri tubuh itu dengan pukulan-pukulan. Alvin tidak membalas. Ia merelakan tubuhnya menjadi sasaran kemarahan Rio.
Agni berlari meninggalkan tempatnya saat sosok Dea berlari menghentikan aksi Rio yang semakin bernafsu memukuli Alvin yang sudah tidak berkutik.
"Rio! Cukup Yo!!!" Dea menarik tubuh Rio menjauh dari Alvin. Tapi setelah itu Rio kembali menyerbu tubuh Alvin.
Dengan sisa tenaga yang ada Alvin mendorong tubuh Rio untuk menjauh darinya. Dea menahan tubuh Rio. Menatap Alvin yang berusah membangkitkan tubuhnya yang sudah dipenuhi dengan luka memar.
"Alvin! Rio! Dea!"
Sontak pandangan mereka beralih ke arah suara itu berasal. Ibu Winda-guru social mereka tengah menatap mereka dengan tatapan membunuh.
"Ikut Ibu ke ruang BP!"
Mau tidak mau akhirnya kaki mereka melangkah mengikuti langkah guru mereka. Menunggu sidang yang hebat bukan main karena jelas perkelahian itu terjadi di jam tambahan Bu Winda.