***
Temukan aku dalam terang.
Sentuh bayangku dalam gelap.
Aku ada di sampingmu...
Menembus paradigma langkahmu...Aku tahu...
Kau yang terbaik...
Aku mengagumiku karena mencintaimu..."Ehm... Sivia, cie... cie... witwiw!" goda Ify yang saat itu duduk bersama Agni dan Sivia di DPR.
"Ehm-ehm, witwiw-witwiw! Pusing tahu gue Fy. Lo malah godain gue lagi. Udah tahu gue buta sastra! Gak tahu menahu nih apa maksud puisi ini." Cerewet Sivia sambil ngacung-ngacungin kertas biru itu.
Ify tertawa geli melihat tingkah Sivia. Sementara Agni masih sibuk dengan IPodnya. Sudah dari tadi Agni bolak-balik muter lagu Oveboard-nya Justin Bieber ft Jessica Jarrel itu. Ia merasa lagu itu sedikit mengalihkan perhatiannya yang sejak tadi dipenuhi nama Cakka.
"Lagian lo aneh tahu Vi! Ngakunya suka baca novel, tapi sastra gelap." Komentar Ify.
"Ye, beda lagi tahu!"
"Eh kira-kira secreat admire-nya Sivia siapa?" tanya Ify lagi.
"Gue rasa sih Alvin." Celetuk Agni tanpa mengalihkan perhatiannya dari playlist di IPod-nya.
Ify cemberut.
"Becanda doang Fy!"
Dan Ify diam sejenak. Ia berfikir, bisa saja Alvin yang jadi secreat admire-nya Sivia, karena selama ini ia belum mendengar berita Alvin mencintai seorang wanita. Tapi dengan cepat ia menepis fikiran yang menurutnya negatif itu. "Hm, gue rasa sih Cakka Ag! Dia kan playboy." Balas Ify.
"Ye, cinta Cakka cuma sama gue doang tahu!" protes Agni menatap Ify kesal.
Keadaan diam. Ify dan Agni tampak menebak-nebak. Sementara Sivia hanya geleng-geleng kepala lihat tingkah teman-temannya itu.
"Kalau Iyel sih, Impossible. Karena dia love death sama Shilla. Hmm..." Ify memandang Agni yang juga memandangnya. "Berarti..." Kata mereka barengan sambil tersenyum gak jelas. "RIO!" pekik mereka keras.
"Hello, apaan sih lo pada? Open your eyes woi!" protes Sivia kesal.
"Haha..." Alih-alih mendengarkan gertakan Sivia, mereka justru semakin keras menertawakannya.
Sivia memandang mereka super kesal. Tapi kemudian ikut tertawa. Aneh.
***
Alvin memandang layar ponselnya nanar. Ia tidak sampai berfikir akan sesulit itu bicara dan minta pada Iyel. "Gue harap lo gak bersikap seperti Iyel!" lirihnya tertunduk lesu.
"Tagu gak Vin? Baru kali ini gue ketemu sama orang kaya lo." Shilla yang waktu itu duduk di samping Alvin di depan laboratorium sekolah berbicara sambil terus fokus pada buku dan penanya. Seperti biasa.
Alvin memandang Shilla bingung. "Gue minta maaf Shill, soal bentakan gue kemarin. Lo tahu sendirilah Kemaren gue stresnya gimana? Itu pertama kalinya emosi gue gak bisa gue kendalikan." Alvin memainkan HP-nya asal.
Shilla berhenti menulis. Ia menarik nafas pendek sebelum bicara. "Dan itu pertama kalinya lo bentak cewek kan? Dan kenapa mesti gue sih cewek pertama yang lo bentak?" Shilla tertawa kecil. "Gue baru tahu kalau orang baik kaya lo yang jarang marahin orang, sekali marah bisa bikin orang nangis-nangis sakit hati."
Alvin tersenyum tipis.
"Udahlah, sebenarnya lo gak salah Vin! gue aja yang terlalu cengeng dan tidak bisa mengerti keadaan lo. Harusnya sebagai sekretari lo, gue bisa nenangin lo saat itu. Dan gue malah memperumit suasana. Jadi, ya wajarlah lo marah sama gue!"
"Tapi Shil,"
"Sekarang gini aja! Gue minta maaf sama lo, dan lo harus maafin gue! Dan gue maafin lo juga." Shilla memandang Alvin lalu tersenyum.
Perlahan Alvin mengangguk.
"Lo orang baik Vin!" ujar Shilla pelan dan kembali menekuni tulisannya.
Alvin tersenyum simpul. "Semoga!"
***
Alvin berusaha menyamakan langkah kakinya dengan orang yang berjalan di sampingnya yang tetap asyik dengan komiknya tanpa mempedulikan Alvin yang sudah kelelahan berjalanp sepanjang di koridor sekolah.
"Gue mau bicara Kka? Sebentar saja!" Alvin memelas.
"Lima menit!" kata Cakka masih tidak menghentikan aktivitasnya.
"Sepuluh menit Kka."
"Dua menit!"
"Baiklah lima menit.
"Setengah menit."
"Dua menit!"
"Gak perlu."
"Ok! setengah menit!" Alvin menyerah dan mulai mencari kata yang tepat agar mewakili seluruh menjelasan yang ingin ia sampaikan.
Cakka menutup komiknya dan memandang Alvin serius. "dimulai dari sekarang!"
"Hm.. gue minta maaf Kka! Agni gak marah sama lo sebenarnya. Dan gue minta tolong. Tolong jagain Ify! Karena gue..."
"Ok!" Cakka berlari meninggalkan Alvin sebelum Alvin menyelesaikan kalimatnya. Ia melihat Iyel berjalan ke arahnya. Entahlah Cakka merasa setiap kali melihat Iyel, emosinya suka nai tiba-tiba. Dan sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, ia memilih menghindar.
"Iyel!" Alvin memegang pergelangan tangan Iyel yang melintas di hadapannya. "Gue minta maaf!"
Iyel mencoba melepaskan cengkraman tangan Alvin dengan kasar. "Gue sibuk Vin!" alasan Iyel sambil berlari meninggalkan Alvin.
"GUE HARAP LO MAAFIN GUE YEL!" teriak Alvin begitu Iyel jauh dari tempatnya berdiri.
Alvin duduk bersandar di dinding kelas. Memegang kepalanya yang terasa penat dan berat. Tak habis fikir masalahnya akan jadi serumit ini. Dan ia menjadi satu-satunya orang yang mencoba peduli terhadap persahabatannya. Sebenarnya ia ingin memilih untuk tidak minta maaf. Tapi, Alvin adalah orang yang tidak suka berlama-lama bermusuhan. Ia akan meminta maaf meski bukan ia yang seratus persen salah.
"Kak Alvin!"
Alvin menengadah. Memastikan siapa yang memanggilnya. "Ya Cha?" katanya kembali menunduk. "Gimana keadaan Nova?" tanyanya memastikan keadaan adik kelasnya yang kemarin sempat terkena kecelakaan pas LDK-Osis.
"Katanya sih udah baikan." Jawab Acha heran melihat penampilan kusut Alvin. Ia sedikit mengetahui permasalahan Alvin Cs dari Rio. Dan ia benar-benar salut melihat Alvin yang mampu bertahan dalam pressing dari berbagai pihak.
"Ada apa?"
"Kesiswaan dan anak-anak osis udah nunggu Kakak buat nyelesain pertanggungjawaban kasus LDK kemarin."
Alvin tersenyum dan mengangguk.
Acha membalas senyuman Alvin dengan prihatin. Lalu beranjak dari tempatnya.
Bukannya cepat-cepat ke ruang osis, Alvin malah diam mematung di tempatnya. Ia benar-benar tampak sangat menyedihkan.
"Alvin?!" Ify berlari menghampiri Alvin dengan cemas. "Lo kenapa? Lo baik kan?"
Alvin tersenyum tipis. "Kenapa sih lo Fy? Bawaannya khawatr mulu sama gue. Lo suka gue?" canda Alvin sambil tertawa kecil.
Ify mendorong kepala Alvin pelan. "Ih, lo pede amat sih!"
"Auw! Udah
tahu gue pusing. Masih aja lo dorong-dorong kepala gue!" protes Alvin.Ify terkikik pelan. "Sory deh. Ke R.O yuk! Anak-anak osis udah nunggu lo"
Alvin mendesah. Lalu bangkit dari duduknya. Mulai berjalan bersama Ify.
"Oya Vin! Tadi pagi waktu gue lewat rumah lo, gue lihat orang tua lo. Tumben mereka ada di rumah." Kata Ify lagi. Alvin hanya tersenyum mendengarnya.
