Chanyeol POV
Aneh. Rasanya seperti aku pernah mengalami hal serupa. Entah mendapat motivasi darimana hingga secara tiba-tiba mulutku terbuka dan mengucapkan menu di cafe itu secara bersamaan dengan Wendy.
Gadis itu menatapku penuh tanda tanya. Aku harus apa?
Sementara pelayan itu menatapnya seraya bergidik ngeri. Seperti melihat hantu. Jelas saja. Wendy, gadis itu kini tengah menatapku dengan matanya yang melebar. Pelayan itu tak dapat melihatku tentunya. Itu yang membuatnya tercengang menatap Wendy.
"Tunggu sebentar ya nona" Balas pelayan itu setelah akhirnya sadar dari lamunannya. Wendy hanya mengangguk pelan. Dan pelayan itu pun berlalu.
"Apa kau menyukai Caramel Latte dan Pancake Cottage Blueberry?" Tanya Wendy dengan nada yang sedikit hati-hati.
'Ya aku sangat menyukainya. Sepertinya aku pernah merasakan makanan itu!' Batinku.
"Ya begitulah. Aku menyukainya dulu" Entah apa yang sedang ku pikirkan hingga bibirku mengatakannya.
Wendy mengangguk meng-iya-kan, kemudian pelayan itu pun datang.
"Ini nona pesanan anda sudah datang" Dengan cekatan gadis yang kira-kira berusia dua puluh tahun itu menaruh semua pesanan Wendy diatas meja. Wendy hanya tersenyum ramah menanggapinya.
Dan, oh astaga. Rasanya aku pernah melihat senyumnya. Senyum yang penuh dengan ketulusan. Apa ia telah melupakan kejadian kemarin hingga ia dengan mudahnya kini tersenyum?
Tak lama setelahnya pelayan itu pun kembali beralih ke meja lain untuk mencatat pesanan para pelanggan.
"Chakkaman. Tadi kau bilang kau menyukai makanan ini? Apa kau pernah menjadi manusia sebelumnya? Atau di duniamu juga ada cafe seperti ini?" Tanya Wendy seraya memakan pancake kesukaannya itu.
Aku tertawa pelan, "Hahahah.. eopseoyo. Aku pun tidak tahu, tapi sepertinya aku pernah memakannya dulu" Aku tersenyum tipis menatapnya, "Sepertinya ingatanku tidak baik, aku hanya dapat mengingat kejadian sejak aku siuman di suatu ruangan" Lanjutku.
"Ruangan? Sebelumnya kau tidak sadar?" Ia menghentikan kegiatannya sejenak. Sepertinya ia tertarik dengan ceritaku.
"Ya begitulah. Aku tak dapat mengingat apa yang terjadi sebelumnya"
Mata Wendy langsung berbinar-binar. Layaknya anak kecil ketika melihat gulali, "Jinjja?! Berarti kita sama!" Pekiknya. Beruntung dia mengambil tempat duduk di sudut ruangan. Jadi tak banyak yang mendengarnya. Ia bisa dikira tidak waras.
Aku mengangguk pelan seraya tersenyum.
"Kalau begitu kita bisa bekerja sama. Kau membantuku untuk menemukan ingatanku dan sebaliknya, bagaimana?" Ujarnya. Masih dengan mata yang berbinar.
"Arraseo" Sahutku santai.
'Kalau aku membantunya sih masih mungkin. Tapi bagaimana mungkin dia dapat membantuku mengingat?' Batinku.
Author POV
Wendy berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumahnya. Kali ini mereka sama sekali tak bersuara. Mereka tengah hanyut dalam pikiran masing-masing.
Wendy harus segera menemukan identitas para sahabatnya, jika ia tidak ingin terbully di sekolahnya seperti sehari yang lalu.
Sementara Chanyeol. Ia merasa pernah menjadi manusia normal. Namun ingatannya pun masih samar. Awalnya ia tidak tertarik untuk berusaha memulihkan ingatannya. Namun berkat perkataannya di cafe tadi, ia menjadi begitu tertarik untuk menemukan siapa dirinya yang dulu.
Keesokan harinya..
Seperti biasa. Ia menjadi topik hangat disekolahnya. Terutama ketika ia berjalan melewati koridor sekolah. Tak hanya gadis-gadis yang berbisik, bahkan para murid lelaki pun melakukan hal yang sama.
"Apa kau sudah mendengar tentang Son Wendy yang jatuh dari lantai enam namun hanya mendapat luka ringan?"
"Sudah, apa dia orangnya?"
"Apa gadis itu memiliki kekuatan super?"
"Gadis aneh. Aku yakin dia bukan manusia"
"Harusnya dia mati saja. Pembunuh tak pantas menginjakkan kaki di sekolah ini"
Kalimat-kalimat itu seakan menjadi makanan pokoknya disekolah. Sejak pertama ia masuk sekolah setelah kecelakaan yang merenggut ingatannya, ia selalu menjadi bahan omongan di sekolahnya.
Bukan Wendy namanya jika ia menujukkan kerapuhannya di depan mereka. Ia tetap berusaha tegar untuk menghadapi segalanya.
Wendy melirik Chanyeol sekilas setelah mereka telah sampai di rooftop yang kala itu sepi.
"Ada apa?" Tanya Chanyeol dengan wajah datarnya. Ya, itu ciri khasnya sejak pertama mereka bertemu di perjalanan menuju rumah Wendy.
Wendy terus melirik Chanyeol dengan tatapan mengintrogasi, "Apa kau yang melakukannya?"
"Melakukan apa?" Tanya Chanyeol dengan santai.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Menolongku agar tidak mati ketika mereka mendorongku, apa kau yang melakukannya?" Jelas Wendy dengan tatapan yang masih sama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Fanfiction"Apa aku terlalu bodoh untuk mempercayaimu sebagai malaikat?"