[Chapter 10]

477 54 6
                                    

Author POV

"Wen" Panggil Chanyeol lirih.

"Hm?" Balas Wendy yang masih sibuk dengan roti dan selai di hadapannya.

1 detik

2 detik

3 detik

Tak ada jawaban dari sosok lelaki setinggi tiang basket itu.

Wendy kemudian membalikkan tubuhnya menatap sosok yang kini tengah terduduk manis di salah satu kursi ruang makannya.

"Kenapa Chan?" Tanyanya lagi.

Lelaki itu menggeleng pelan, "Ah ani, kau ingin kemana hari ini?" Pandangannya masih mengunci pada tubuh mungil gadis di depannya. Walaupun sebenarnya pikirannya kini tengah meluncur ke kenangan masa lalu mereka.

Wendy. Gadis itu membawa rotinya ke meja makan bersama segelas susu putih sebagai menu sarapannya seperti biasa, "Entahlah, mungkin aku ingin sedikit jalan-jalan.. dan mampir di cafe minggu lalu mungkin?" Ia menarik kursi dihadapan Chanyeol lantas mendudukinya.

Chanyeol mengangguk paham

tiga hari lagi. dan segalanya akan berakhir.

Terhitung sudah dua bulan kurang tiga hari sejak Chanyeol membaca riwayat hidup gadis itu. Dan sebentar lagi hari itu tiba. Ia masih bimbang untuk memutuskan pilihannya tersebut.

"Arghh! Apa memang takdirku sesulit ini?!" Batin Chanyeol sembari mengacak rambut hitamnya yang tertata rapih.

--------------------------------------------

"Ini pesanan anda nona" Pelayan cafe tersebut meletakkan satu persatu pesanan Wendy diatas meja tersebut dengan hati-hati.

"Gamsahamnida" Balas Wendy singkat. Tak lupa menyisipkan seulas senyum ramah dibibir mungilnya.

Lantas pelayan itu pun berlalu menuju meja pelanggan lainnya.

Kali ini mereka terdiam. Meja bernomor 023 itu terasa hening. Baik Chanyeol maupun Wendy, keduanya sedang bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Ada yang ingin ku tanyakan"

"Ada yang ingin ku tanyakan"

Lagi lagi mereka mengatakannya bersamaan.

"Kau duluan" Ujar Chanyeol dengan sikap dinginnya seperti biasa.

Wendy menghela napas berat mencoba mencari kata awal dari cerita yang akan disampaikannya, "Begini, semalam aku bermimpi tentang masa laluku"

Deg!

Jantung Chanyeol berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajahnya sedikit memerah panik. Namun ia tetap berusaha bersikap layaknya tak terjadi apapun.

"Ingatanmu sudah kembali?"

Wendy menggeleng dengan ragu, "Belum, hanya saja.. aku bermimpi sedang bermain ayunan di sebuah taman dan.. aku bertemu kedua sahabatku disana. Tapi aku tak dapat melihat wajahnya" Ia menghela napas berat. Seperti putus asa rasanya.

"Begitu kah? Itu awal yang baik. Mungkin nanti malam kau akan mulai mengingatnya secara perlahan"

"Ya, semoga aku cepat mengingatnya. Ini sangat menyiksaku kau tau? Aku tak mengingat tentang mereka sedikit pun tetapi justru aku yang dibully"

Chanyeol mengangguk paham.

Kriinngg

Bel pintu cafe berbunyi menandakan seseorang telah datang. Wendy menolehkan pandangannya sekilas. Orang itu Sehun.

Matanya menjelajah seisi cafe berharap menemukan tempat yang strategis. Mata bermanik abu-abu itu menangkap sosok yang dikenalnya, lantas melangkahkan kakinya kearah sosok gadis disudut cafe tersebut.

"Dia lagi" Batin Chanyeol. Malaikat berparas tampan itu mendengus kesal mengetahui siapa yang datang barusan.

"Boleh duduk disini?" Tanya Sehun.

Wendy mengangguk pelan sembari menatap Chanyeol yang tengah menempati kursi tersebut.

Chanyeol mendengus kesal lalu segera berdiri dari kursi tersebut ketika Sehun menempatinya.

"Kau, masih belum dapat mengingatnya?" Sehun mulai membuka suara.

Dahi Wendy mengerut bingung.

"Eunji dan Chanyeol"

"Belum" Balas Wendy singkat.

"Aku tahu itu semua bukan salahmu, Wen" Sehun menyeruput bubble tea yang entah kapan ia pesan.

"Maksudmu? Aku tidak melakukan apapun kan pada mereka?"

Sehun mengangguk singkat, "Baiklah akan ku beri tahu sedikit. Hanya ini yang ku tahu. Eunji, dia bunuh diri karena dia menyukai Chanyeol kala itu. Dan aku sangat terpukul kau tau?"

"Kenapa?"

"Karena aku... menyukainya" Sehun menunduk dalam, "Tentang Chanyeol, yang ku tahu ia kecelakaan bersamamu"

Wendy sedikit terkejut mendengarnya. Begitupun dengan Chanyeol yanh berdiri tepat disebelah Wendy.

"Jangan salah paham, aku melakukannya demi sekolah. Kau tahu kan aku anak kepala sekolah? Dan perilaku Joy waktu itu dapat menghancurkan sekolah, juga reputasi orang tuaku"

Wendy mengangguk paham.

"Jadi berusahalah untuk mengingatnya dan segalanya akan berakhir. Aku akan membantumu sebisaku"

"Gomawo Sehun-ah"

Ada sedikit rasa bahagia di hati Chanyeol mengetahui perasaan Sehun yang sebenarnya. Namun ia juga kaget sekaligus sedih mengetahui alasan Eunji untuk memilih dengan berakhir mengenaskan.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.
[ Btw pict di mulmed rada menggoda ya xD wkwk ]

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang