[Chapter 6]

478 59 4
                                    

Chanyeol POV

"Jangan pura-pura tak tahu. Menolongku agar tidak mati ketika mereka mendorongku. Apa itu kau yang melakukannya?" Tanya Wendy dengan nada cemas.

Aku menunduk menatap ujung kakiku yang menjuntai ketika menduduki ujung rooftop tempat kejadian kemarin. Gadis disebelahku ini masih bersikeras meminta penjelasan dariku. Memang itu benar aku yang melakukannya. Tapi aku punya alasan!

Matanya mencoba menangkap manikku berharap setidaknya ada sedikit jawaban di dalamnya. Aku menghela napas berat. Mau bagaimana lagi, dia sangat keras kepala, "Ne, aku yang melakukannya" Tak mungkin aku menjelaskan yang sebenarnya. Tentang buku itu dan segala tugasku yang benar-benar tak masuk akal manusia.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau berbicara dengan siapa?" Aku menoleh kearah sumber suara. Ada sesosok manusia lelaki disana. Ku lihat Wendy panik, ia gelagapan mencari alasan.

"A-a-aku sedang... menelepon seseorang. N-ne aku baru saja bertelepon dengan temanku" Sahut Wendy dengan gugup. Sedikit senyum kikuk terlukis diwajahnya.

Ekspresi lelaki itu tak berubah. Ia tetap menanggapinya dengan dingin, "Kembalilah ke kelas disana lebih aman. Kau bisa mati jika tiba-tiba ada yang mendorongmu seperti kemarin" Benar, Wendy tengah duduk bersamaku dipinggir rooftop. Tepat disebelahku.

"N-ne arraseo" Wendy segera bangkit dari duduknya dan berlalu turun dari rooftop. Kakinya mulai menuruni satu persatu anak tangga dengan lihai.

"Yang tadi itu siapa?" Tanyaku. Aku sedikit penasaran karena lelaki tadi berbeda dengan murid lainnya di sekolah ini. Ia tidak membully gadis ini.

"Bukan urusanmu" Balasnya singkat.

"Ya! Kau marah? Baiklah sepulang sekolah nanti akan ku beritahu yang sebenarnya terjadi. Sekarang jawab aku dia siapa?" Pekikku sembari mengejar langkah Wendy yang telah lebih jauh dariku.

Wendy berhenti, berbalik arah mengahapku. Kemudian ia berkacak pinggang, "Kau malaikat kan? Apa kau tidak dapat mencari identitasnya sendiri?"

Aku menghela napas panjang. Gadis di depanku ini benar-benar keras kepala, "Hanya namanya saja ku mohon"

"Oh Sehun" Akhirnya Wendy mengalah.

Wendy POV

"Benar Chanyeol yang melakukannya. Aku marah padanya bukan karena dia telah menyelamatkanku. Tapi karena ia menambah bahan bullyan mereka. Mereka bahkan mengataiku bukan manusia" Batinku.

Aku kini tidak langsung menuju kelas melainkan menuju taman belakang sekolah. Ku pikir disini tidak akan ramai.

Sesampainya disana aku, dipertemukan dengan Joy, gadis yang kemarin mendorongku hingga terjatuh dari lantai enam. Setahuku dia adalah ketua geng terbesar di sekolah ini. Setidaknya bersyukur karena aku dapat mengingat sedikit tentangnya.

"Eoh? Ada mainan datang" Ia menunjukkan senyum miringnya, "Bagaimana caramu menghindar dari maut kemarin Wendy-ssi?" Lanjutnya.

Aku berjalan mundur perlahan ketika langkahnya mulai mengunciku. Hingga akhirnya kini ia benar-benar mengunciku dengan menghimpitku diantara tembok, "Apa kau dapat menghindarinya juga sekarang?" Lagi. Senyumannya benar-benar mengerikan. Kemana Chanyeol? Dia tidak ada disini. Apa ini adalah takdirku untuk mati?

Joy bergerak pelan kearahku ia berbisik pelan, sangat pelan, "Ayo tunjukkan kemampuanmu Wendy Son" Kemudian ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku roknya.

Aku berusaha sekuat mungkin menelan salivaku. Rasanya kerongkonganku benar-benar kering sekarang. Ya. Jika inilah takdirku lakukanlah dengan cepat, setelah itu penderitaanku akan berakhir.

Air mataku terjatuh tanpa ku sadari. Teman-temannya memperhatikanku dengan seringaian yang tak kalah mengerikannya.

Ia mulai memutar pisaunya agar terlepas dari tutupnya, "Tunjukan padi kami Son Wendy" Bisiknya lagi. Jantungku mulai berdegup dengan sangat kencang. Aku menutup mataku. Tak sanggup melihat kejadian ini.

"Tahan sedikit Son Wendy. Setelah ini penderitaanmu akan berakhir. Aku menyayangimu eomma" Batinku.

Kemudian pisau itu terayun menuju leherku. Namun sampai saat ini aku tak merasakan sakit sama sekali. Aku memberanikan diri membuka mataku.

Itu Sehun. Lengannya terluka.

"Akhh" Ia meringis kesakitan,"Pergilah sebelum aku memanggil sonsaengnim" Lanjutnya masih dengan nada datar.

"Sehun-ssi? Kau terluka?" Tanyaku panik sembari memegang tangannya yang tergores pisau itu.

Joy dan teman-temannya berlari ketakutan.

"Tidak apa-apa, kau pergilah ke kelas. Sudah ku bilang daritadi untuk segera menuju kelas" Ia melepaskan genggaman tanganku pada lengannya.

Aku menundukan kepalaku. Benar. Jika saja tadi aku langsung ke kelas mungkin ia tidak akan terluka.

"Mi-mianhae. Gamsahamnida" Aku membungkukkan badanku sedikit kemudian berlari menuju kelas. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.

Diujung sana ada Chanyeol yang memerhatikan kejadian barusan. Kemana saja ia daritadi?
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang