[Chapter 14]

728 57 11
                                    

"Chan ada apa? Lakukanlah tugasmu sekarang" Pintanya.

Melihat kehadiran Suho, mata Chanyeol melebar. Ia harus mencari alasan agar ia tak harus melakukannya, "Ah ani, a-aku hanya--"

"Lakukanlah!"

"B-ba-baik" Balas Chanyeol terbata-bata.

.
.
.
.
.

"Mianhaeyo, jeongmal mianhae" Eunji membungkukan badannya, tak berani menatap kedua sosok malaikat di depannya.

Kening Chanyeol mengerut bingung, "Eunji?"

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Suho dengan tatapan penuh tanya.

"Maafkan aku, aku yang melakukan segalanya" Eunji terisak, bahunya berguncang, "Aku sungguh sangat menyesal maafkan aku telah merusak hubungan kalian. Aku yang menyebabkan kecelakaan itu. Sungguh maafkan aku" Ujarnya disela isakkannya.

Chanyeol dan Suho tersentak mendengarnya, Baekhyun pun tak kalah kagetnya.

Sementara itu di luar ruangan,Sehun tengah terduduk sembari menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Sedaritadi ia hanya menunggu kabar dari dokter mengenai Wendy yang tak kunjung sadar.

Jangan tanya mengenai Ny. Shon. Ia sedang ke Kanada sekarang, ada pekerjaan penting yang harus dikerjakannya. Lebih tepatnya sejak tiga hari yang lalu.

---------------------------------

"Arraseo. Begini, terimakasih karena telah memberitahu kami--" Suho menggantungkan kalimatnya, menatap Eunji seakan bertanya siapa namanya.

"Jung Eunji. 18 Agustus 1993, meninggal tanggal 23 Januari 2XXX" Jelas Eunji cepat.

"Ah ya, Eunji-ah gamsahamnida. Atas perbuatanmu kau akan dijatuhkan sanksi dan dikembalikan ke dunia asalmu" Ujar Suho panjang lebar.

Bahu Eunji kembali bergetar, ia tahu bahwa ia akan mendapat hukuman atas perbuatannya, "Arra, maafkan aku"

Baekhyun keluar dari persembunyiannya lantas menarik Suho keluar untuk membicarakan keputusannya, "Hey hyung, bisakah kau berbaik hati sedikit padanya? Dia telah mengakui kesalahannya. Bagiku untuk mengaku dihadapan kalian seperti itu adalah hal sulit, dan Eunji melakukannya"

Suho mengangguk mengerti, "Arraseo, kau, kembalikanlah dia ke dunianya"

"Arra hyung, gomawo" Kemudian mereka kembali memasuki kamar Wendy.

"Oh kau? Siapa namamu aku lupa, Baek.. ah aku lupa" Ujar Chanyeol.

"Baekhyun" Ia tersenyum tipis.

"Ah ya, Baekhyun-ssi. Kita bertemu lagi" Balas Chanyeol dengan senyum ramahnya.

"Ne Chanyeol-ssi"

"Baiklah, kalian berdua akan mengulang kejadian sebulan yang lalu, bersiaplah" Jelas Suho sembali menunjuk Chanyeol dan Wendy bergantian.

Mendengarnya, mata Chanyeol membulat berbinar-binar, "Jinjja? Gamsahamnida hyung" Ia membungkukan badannya berkali-kali.

"Baiklah, aku pergi dulu" Lantas Baekhyun membawa Eunji keluar ruangan.

Setelahnya Suho menjentikkan jarinya, dan seketika waktu berhenti berputar, lalu berjalan mundur. Setelah yakin bahwa telah menemukan waktu yang tepat, Suho kembali menjentikkan jarinya. Dan dimulailah kehidupan Chanyeol sebagai manusia normal, bersama Wendy tentunya.
.
.
.

30 Januari 2XXX, 8:17 P.M.
at Seoul International Hospital

Wendy membuka matanya perlahan, dikerjapkannya matanya berulang kali agar dapat menyesuaikan diri dengan rangsangan cahaya yang terdapat pada ruangan serba putih tempatnya berada, "Dimana ini?" Lirihnya.

"Wen? Kamu sudah sadar?" Perempuan paruh baya dihadapannya kini menangis bahagia mengetahui anaknya telah sadar.

"Eo-eomma?" Lirihnya lagi. Kepalanya terasa sangat berat. Badannya terasa sakit, tak dapat digerakkan. Kepalanya terbalut perban putih, dan tangannya diinfus.

"Ah tak usah dipikirkan sayang, cepatlah sembuh" Eommanya lalu mengusap kepala Wendy sayang.

Mata Wendy bergerak menyusuri setiap inchi ruangan, "Channie eodiga?"

"Dia di kamar sebelah" Ujar eommanya sembari tersenyum tipis.

----------------------------------

"Eomma" Lirih Chanyeol ketika berhasil membuka matanya yang terasa berat.

"Chanyeol? Kau sudah bangun nak?" Wanita paruh baya yang dipanggil 'eomma' itu mendekatinya perlahan.

Chanyeol mengangguk ringan, "Wendy eodiga?"

"Di kamar sebelah" Jelas eommanya singkat.

Seminggu kemudian..

"Channie!" Seru Wendy sembari menjalankan kursi rodanya menuju Chanyeol yang sedang menduduki sebuah bangku di taman rumah sakit.

"Ah Wan!" Serunya menampilkan senyum lebarnya sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Syukurlah kau tidak apa-apa" Ia lantas berdiri dari kursi rodanya dan memeluk Chanyeol.

"Wow, kau merindukanku eoh?"

"Ani, kau menyebalkan!"

"Hey lihat, kau semakin pendek!" Ledek Chanyeol yang dibalas oleh pukulan Wendy ditangannya.

"Dasar yoda, aaaa menyebalkan!"

Sebuah ide terlintas dibenak Chanyeol. Lantas ia meringis kesakitan, "Akhh, tanganku aw!" Ia memegangi tangannya.

"Eh? Maafkan aku kau tidak apa-apa? Mana yang sakit?" Tanya Wendy panik.

Chanyeol tersenyum jahil, idenya berhasil. Melihatnya membuat Wendy kesal, "Yak! Kau mengerjaiku eoh? Rasakan ini!" Lantas Wendy menjewer telinga Chanyeol.

"Arghh ini sakit Wan sungguh! Hentikan!"

Layaknya anak kecil, kemudian mereka berkejaran dan tertawa bersama.

'Aku menepati janjiku kan? Tetap berada disampingmu selalu, hingga suatu saat waktu yang memisahkan kita' - Chanyeol

'Terimakasih karena telah melindungiku, aku bahagia memilikimu Chan' - Wendy

-End-

.
.
.
.
.
.
.

Ya akhirnya selesai juga. Maaf kalau end-nya nggak sesuai ekspetasi kalian, soalnya ini pertama kalinya aku berhasil bikin ff bercabang(?) wkwk makasih buat yang udah baca, comment, vote. Makasih banyak yaaa sampai jumpa di ff berikutnya xD ohiya nanti aku kasih extra part buat ff ini deh ditunggu yaa

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan, mohon maaf jika ada salah kata ya. Semoga nggak bolong bolong(?) *lohh. Okay sekian, terimakasih.

- rein -

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang