[Chapter 13]

429 49 6
                                    

Sebuah ide terlintas di pikirannya. Sehun. Hanya orang itu yang dapat menolongnya sekarang. Tanpa pikir panjang Chanyeol segera mencari keberadaan sosok lelaki albino setinggi seratus delapan puluh senti itu.

Tak lama maniknya menangkap sosok Sehun yang tengah memejamkan matanya di kursi yang terletak disudut kelas. Ia sedang menghabiskan waktu istirahatnya untuk mengembalikan energinya. Itulah rutinitasnya. Dibanding menghabiskan waktunya untuk membicarakan hal tidak penting bersama teman lainnya, ia lebih memilih untuk memanfaatkan sedikit waktunya. Memang ia terkenal pendiam, dan dingin tentunya. Tetapi banyak yang mengaguminya secara diam-diam.

"Ah itu dia!" Gumam Chanyeol ketika mendapati Sehun yang masih tertidur pada posisinya tadi. Dengan seluruh kekuatan yang ia punya, Chanyeol berusaha untuk memindahkan Chanyeol ke lapangan belakang. Lapangan itu sangat sepi, jarang ada yang melewatinya ketika jam istirahat.

Sehun terjatuh ringan di lapangan aspal itu, "Akh! Aku dimana? Bagaimana bisa sampai disini?" Ia mengerjapkan matanya yang masih terasa kabur.

"Oh, ayolah Oh Sehun, lihatlah di belakangmu! Ku mohon" Seru Chanyeol dengan suara beratnya. Namun sekeras apapun suaranya tetap saja manusia normal tak dapat mendengarnya.

Seakan mendengar permintaan Chanyeol, manik cokelat milik Sehun menjelajah sekitarnya, matanya menyipit ketika mendapati sosok tak asing terkulai di pinggir lapangan tak jauh darinya.

"Wendy?!" Ia berlari ke arah Wendy, lantas membawanya segera ke rumah sakit.

"Apa ini perbuatan mereka lagi? Ck!" Sehun menggerutu kesal ketika dirinya kini berada di mobil ambulans.

Tak lama ambulans yang membawa Wendy pun sampai. Ia segera dilarikan ke ICU. Takut-takut kehabisan banyak darah.

Sehun kini terduduk di salah satu bangku panjang rumah sakit. Di hadapannya terdapat ruangan dengan pintu tertutup. Pikirannya melayang entah kemana, bagaimanapun juga Wendy adalah temannya.

Di sisi lain Chanyeol sedikit bersyukur akhirnya usahanya itu tak sia-sia. Tak peduli sebesar apa tenaganya terpakai ketika membawa Sehun menuju Wendy tadi.

Ia termenung menatap Wendy yang terbaring di sebuah kasur rumah sakit. Berharap takdir gadis dihadapannya berubah. Apa yang tertera di buku itu hanyalah khayalannya saja.

-------------------------------------

"Ppali, ini saatnya. Katakan sekarang atau semuanya akan berakhir buruk" Ujar Baekhyun yang kini berada disamping Eunji. Mereka berada diambang pintu kamar rumah sakit tempat Wendy terbaring.

Eunji meremas ujung bajunya gugup, ia masih berusaha mengumpulkan keberaniannya. Jujur tak semudah itu mengatakan kebenarannya, namun ia sudah bertekad untuk melakukannya, "A-ah, n-ne"

Sebelum kaki Eunji melangkah memasuki ruangan serba putih itu, sepasang kaki jenjang mendahuluinya. Suho. Ia turun tangan langsung ketika menyadari Chanyeol belum juga melepas nyawa Wendy.

"O-oh, nugu?" Tanya Eunji takut-takut kepada Baekhyun.

"Ah Suho hyung. Ppali, ini akan menjadi sangat rumit" Baekhyun mendorong punggung Eunji secara refleks. Membuat sosok astral gadis itu memunculkan dirinya dalam ruangan itu.

"Chan ada apa? Apa yang terjadi? Lakukanlah tugasmu sekarang" Pintanya.

Melihat kehadiran Suho, mata Chanyeol melebar. Ia harus mencari alasan agar ia tak harus melepas nyawa gadis yang terbaring di hadapannya kini, "Ah ani, a-aku hanya--"

"Lakukanlah!" Seru Suho dengan tegas.

"B-ba-baiklah" Ia menatap Wendy dengan penuh keraguan.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC..

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang