Chanyeol berjalan menuju tempat Suho berada, ada banyak hal yang ingin ditanyakannya. Mulai dari buku tua yang menurutnya rusak itu, hingga kehidupannya sebelum ia tersadar di suatu ruangan.
Ia kini tengah meninggalkan Wendy yang tengah terlelap dikamarnya.
"Suho-ssi, apa aku boleh bertanya perihal sesuatu padamu?" Tanya Chanyeol dengan nada sedikit gugup.
"Eoh Chanyeol-ssi? Tanyakan saja"
"Apa kau yakin mengenai buku ini? Maksudku.. kemarin benda ini menyala, namun meredup seketika. Lalu ketika gadis itu akan mati, justru benda ini tak bereaksi" Jelasnya panjang lebar.
Suho mengangguk pelan, "Aku lupa memberitahumu untuk membaca rekam hidup gadis itu. Disana ada tanggalnya, hanya tinggal kau perhatikan"
"APAAA?!!" Ia terbelalak dan memekik dengan suara beratnya, "Jadi selama ini aku tak apa bila meninggalkannya? Mengapa kau tak mengatakannya Suho-ssi? Bahkan aku harus menguntitnya kemana pun" Chanyeol mengacak rambutnya frustasi.
Suho hanya bisa memberi tatapan innocent-nya terhadap Chanyeol, lantas tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapih disana, "Mianhae, aku benar-benar lupa"
"Lalu bagaimana dengan penglihatannya? Bagaimana mungkin ia dapat melihatku?"
Suho mengernyit heran. Otaknya mencoba untuk mencerna satu persatu kata dari Chanyeol, "A-apa? Maksudmu Wendy dapat melihatmu?"
Chanyeol mengangguk pelan. Maniknya tetap terpusat pada Suho. Menunggu penjelasan darinya.
"Mungkin karena kematiannya yang tertunda. Biasanya ini terjadi pada satu dari miliaran manusia" Jelasnya panjang lebar.
"Ah begitu? Arraseo. Aku pergi dulu Suho-ssi" Kemudian Chanyeol berlalu menuju sebuah perpustakaan yang kala itu sudah tutup.
Ia hanya butuh waktu untuk sendiri dan mencoba membantu Wendy. Maka dari itu menghindari tempat ramai terutama dekat dengan Wendy.
Ia perlahan mulai membuka buku itu, dan terpampanglah kisah hidup seorang Son Wendy sejak ia lahir. Chanyeol membacanya dengan intensif, kemudian beralih membaca halaman terakhirnya. Dahinya mengernyit seketika, "13 April 2XXX Kecelakaan Mobil?"
Itu artinya gadis itu akan menjemput ajalnya dalam waktu dua bulan lagi.
Ia harus segera bergegas mencari tahu tentang gadis itu. Chanyeol lalu menjentikkan jarinya ketika telah menemukan nama para sahabat Wendy, "Nah! Ini dia, Jung Eunji dan Park ..... Chanyeol?" Ia mempercepat gerakan tangannya untuk mencari informasi tentang lelaki berparas tampan yang menjadi sahabat kecil Wendy itu.
"Ini mirip! Atau jangan-jangan?"
Ini benar-benar aku. Bagaimana ini? Bagaimana bisa?!
------------------------------------------------
"Oh kau sudah bangun?" Sapa Chanyeol dengan ekspresi datarnya seperti biasa. Ia bersikap seakan-akan tak mengetahui apapun. Ia memang sedang bimbang kini.
'Jadi, aku lah sahabatnya dulu? Bagaimana mungkin aku dapat memberitahunya jika aku lah yang menyebabkan penderitaannya?' Batin Chanyeol.
"Eoh hai Chan" Balas Wendy singkat lalu kemudian bersiap-siap untuk berangkat.
Pikiran Chanyeol kini tidak karuan. Ia sedang diambang batas untuk memilih. Jika ia memberitahu bahwa sahabat kecil Wendy adalah dia, maka dapat dipastikan ia akan dibenci gadis itu, atau mungkin bahkan ditinggalkannya. Dan itu sebuah masalah besar bagi Chanyeol yang kini mulai menyimpan perasaan pada gadis itu.
Disisi lain, ia telah berjanji pada Wendy untuk membantu gadis itu memperoleh kembali ingatannya dimasa lampau. Ini sangat berguna bagi kehidupan gadis itu disekolah. Ditambah waktu hidup gadis itu yang terbilang singkat. Mendekati ajal.
Ia benar-benar tak habis pikir untuk memilih salah satu dari pilihan yang kenyataannya sangat penting baginya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hayoooo Chanyeol pilih yang mana? Kasih tau Wendy atau nggak? ihiw :3 wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Fanfiction"Apa aku terlalu bodoh untuk mempercayaimu sebagai malaikat?"